Belajar 7 Manfaat Penting Family Camping



Berapa banyak pasangan urban kalangan menengah yang memilih family camping untuk mengisi akhir pekan bersama keluarga? Kelihatannya, mengunjungi pusat perbelanjaan dan hiburan ditengah hingga pinggir kota masih jadi pilihan teratas papa mama urban. Masih lebih menarik perhatian dibandingkan family camping. Karena lebih praktis? Barangkali ya.  Namun, kita perlu belajar hal baru.  Tak semua kualitas dan manfaat libur didapat dari yang praktis kan? Percaya?...

"Saya percaya. Saya percaya bahwa libur yang bermanfaat adalah yang memberikan kesegaran pada tubuh dan otak untuk siap menghadapi weekdays.  Selain itu, harus ada nilai plusnya seperti memberikan pengalaman dan pelajaran baru yang bermakna bagi anggota keluarga. Karena dalam mindset kami (Saya dan pasangan), libur juga menjadi salah satu sarana belajar bersyukur. Belakangan, kami punya kriteria baru untk menentukan agenda di hari libur yaitu lebih mengutamakan kegiatan yang mampu mengalihkan anak-anak dari gadget".


Saya percaya semua manfaat libur itu tidak selamanya didapat dari yang praktis seperti jalan-jalan ke mall dan  tempat hiburan. Kita juga butuh kegiatan-kegiatan yang di dalamnya melatih anggota keluarga untuk belajar praktek lebih solid.  Family camping adalah paket nyata yang tepat untuk dipilih. Repot, ribet dan rempong memang akan dirasakan, terutama oleh Ibu apabila anak-anak masih balita.  Tapi, manfaat yang dirasakan akan jauh lebih besar dari semua kerepotan itu. 

Panorama hutan dan gunung di camping ground Kampung Cai

Family camping juga sekaligus merupakan liburan paket investasi yang hasilnya tidak hanya dirasakan sekarang tapi di masa yang  akan datang. Apabila family camping rutin dilaksanakan ke wilayah camping ground yang berbeda bersama keluarga-keluarga lainnya, Saya yakin kegiatan ini sangat positif untuk pembentukan karakter anak-anak. Akan terbentuk generasi yang terbiasa dekat dengan alam, siap survival, senang berbagi, mampu bertoleransi, dan siap bekerjasama. Bukankah nilai-nilai itu sudah semakin luntur saat ini?

Komunitas yang memfasilitasi  keluarga kami one stop learning

Kami sekeluarga baru sempat merasakan serunya family camping bersama Komunitas Kemah Keluarga Indonesia (K3I) pada Sabtu-Minggu tanggal 12-13 Agustus 2017 lalu. Bergabung dengan lebih dari 250 orang dari 50 keluarga,  family camping ini memilih tempat di Bumi Perkemahan Rancaupas, Kampung Cai di kawasan Ciwidey Bandung Jawa Barat.  Udara sejuk, Oksigen yang berlimpah, dan alam yang murni menemani kami dalam upaya membangun kekompakan dengan keluarga dan antar keluarga dalam komunitas. 

Inilah tujuh manfaat yang Saya rasakan dari kegiatan family camping:
1. Belajar fase baru dalam parenting
2. Lebih dekat dengan alam dan bertanggung jawab 
3. Belajar kerja sama tim
4. Melatih survival dan kemandirian 
5. Belajar berbagi dalam kondisi tak biasa
6. Belajar toleransi dan silaturahim dalam komunitas kemah keluarga
7. Lebih mensyukuri kehidupan 

Yuk kita tilik satu persatu manfaat itu :

1. Belajar fase baru dalam parenting

Pada waktu memilih family camping sebagai kegiatan untuk mengisi akhir pekan, orang tua akan belajar fase baru dalam parenting. Saya menyebutnya fase transformasi.  Kenapa? Karena pada fase ini orang tua sedang berubah.  

Awalnya sebagai orang tua, Saya dan pasangan terlebih dahulu berdiskusi tentang bagaimana kami bisa komit dan konsisten untuk mengajarkan kemandirian, kerjasama tim, toleransi, prinsip berbagi, dan mendekatkan diri pada alam dan Tuhan.  Kami ingin semuanya terangkum dalam satu kegiatan yang melibatkan seluruh angggota keluarga.  Istilahnya, kalau dalam marketing, kami mencoba mencari one stop shopping. Satu toko, jual semua.  Satu kegiatan, banyak manfaat.  Kalau dalam peribahasanya: sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. 

Camping ground di Kampung Cai, Ranca Upas Ciwidey 

Kami lalu sepakat kegiatan itu adalah family camping.  Namun, ternyata tantangan untuk mewujudkannya luar biasa. Luar biasa berat buat kami.  Beberapa hal harus dikesampingkan untuk prioritas ini.  Termasuk satu hal yang sangat luar bisa berat: mencocokkan jadwal sehingga kami bisa berkumpul bersama untuk camping. 

Setelah gagal melaksanakannya pada bulan Februari, akibat tugas pekerjaan, akhirnya kami berhasil mewujudkannya di bulan Agustus. Bulan Februari, family camping terpaksa batal karena Saya ditugaskan mengikuti Diklat Managerial Madya dari kantor tempat Saya bekerja.  Diklat selama 10 hari ini tidak bisa ditinggal termasuk di akhir pekan, untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Camping ground  Ranca Upas dilihat dari atas 

Dan di bulan Agustus ini, family camping nyaris gagal karena Ayah sebagai kepala keluarga harus dinas ke luar negeri selama dua pekan. Saya sangat mengapresiasi pasangan yang kemudian berhasil mempercepat kepulangannya demi terwujudnya rencana ini. Walaupun, Ayah harus menahan lelah dan kantuk karena mepetnya jadwal kepulangan ke Jakarta dengan keberangkatan ke lokasi camping ground di Ranca Upas Bandung Jawa Barat. Ayah pun berhasil meyakinkan atasannya bahwa meski pulang lebih cepat dari jadwal tetapi pekerjaan dapat diselesaikannya dengan baik. 

Bagi kami sebagai orang tua, ini tidak mudah.  Kami sebagai orang tua paham bahwa tugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan lahiriah harus seimbang dengan pendidikan ruhiyah. Kami juga sadar bahwa waktu bersama keluarga jangan sampai terabaikan karena kesibukan pekerjaan. Kami berdua pun jadi tertantang dengan manajemen waktu.  Kami butuh soliditas sebagai orang tua.  Kami butuh saling support demi anak-anak.  Kami butuh azzam yang kuat untuk prioritas yang sudah kami tetapkan. 

Suasana pagi di Ranca Upas

Fase ini mengajarkan kepada kami sebagai pasangan untuk saling meredam emosi dan saling membuka diri untuk diskusi yang sehat.  Kami harus bisa mengambil keputusan terbaik, dengan maksimal kemaslahatan dan minimal kemudharatan. Alhamdulillah, kami belajar untuk ini. Kendatipun prosesnya tidaklah mudah.

Saya pribadi , belajar dari pasangan untuk lebih santai menghadapi sesuatu dalam merencanakan family camping ini.  Sebab, Saya termasuk orang yang rempong kalau hendak bepergian.  Kadang, Saya kurang bisa menikmati piknik karena sibuk dengan persiapan dan terlalu kuatir pada anak-anak. Ujung-ujungnya, Saya yang paling banyak ngomel dan stress.  Pada fase ini, Saya belajar untuk lebih rileks dan menikmati proses.  Tidak mudah, tetapi memang Saya harus mempraktekkannya. 

Memasuki Camping Ground Ranca Upas, Jawa Barat

2. Lebih dekat dengan alam dan  bertanggung jawab 

Tinggal sekeluarga dalam kemah di alam terbuka sudah pasti akan membuka kesempatan luas untuk mendekatkan diri ke alam.  Situasinya akan berbeda dengan di lingkungan rumah. 

Di lingkungan rumah, anak-anak kesulitan bermain bola dan berlarian di tempat yang luas.  Di camping ground ini mereka bebas menikmati alam. Tentunya bebas yang bertanggung jawab.  Anak-anak belajar membiasakan diri melakukan aktifitas yang disukai di alam terbuka dengan tetap menjaga kelestarian alam. 

Setiap keluarga dituntut disiplin menjaga kebersihan dan keindahan alam sekitar camping ground yang berbatasan langsung dengan hutan.  Membuang sampah pada tempatnya, menggunakan seminimal mungkin wadah sekali pakai untuk mengurangi sampah, dan tidak memetik tanaman sembarangan merupakan hal wajib yang harus kami ajarkan pada anak-anak. 

Aktifitas memasak di alam terbuka

Pada saat family camping, Saya senang melihat anak-anak menikmati aktifitas memasak di alam terbuka.  Si Sulung mencoba menanak nasi untuk makan bersama. Kami juga menikmati minum teh di alam terbuka, di depan kemah, sambil menikmati udara bersih yang berlimpah oksigen. Saya bisa bilang, teh yang kami minum sama dengan yang biasa kami nikmati di rumah, tetapi terasa berbeda ketika dinikmati di alam terbuka.  Lebih nikmat.  Sementara, Si Bungsu sangat menikmati berlarian di rerumputan yang basah oleh embun. Tawa riangnya tak bisa membohongi siapapun yang melihat, sebagai ekspresi rasa senangnya menikmati alam yang asri.

Berlari bebas di rumput yang berembun

Kami sekeluarga bersama keluarga lainnya menikmati malam yang dingin dan membalutnya dalam kehangatan api unggun.  Kami juga menyaksikan kegelapan malam di tengah hutan lengkap dengan suara binatang malam yang berirama.  Sambil menikmati jagung bakar, kami bisa bercengkerama tentang banyak hal. Sementara, di tengah camping ground juga diadakan api unggun besar dan pesta kambing guling dilanjutkan nonton layar tancap.  Filmnya film anak-anak yang mendidik karakter. 

Berlarian bebas menikmati luasnya alam 

Senam bersama juga beberapa perlombaan untuk anak-anak dan keluarga diselenggarakan di pagi hari. Mulai dari makan kerupuk sampai lomba joged. Semua dilaksanakan di alam terbuka. Bagi mereka yang hobi fotografi, akan mendapatkan banyak moment dan spot bagus sebagai objek. Matahari terbit, kegembiraan anak-anak, matahari terbenam, sungai yang mengalir damai, hewan hewan yang berseliweran, hingga kabut pagi yang misterius.  

Bermain dan memberi makan rusa

Kebetulan sekali camping ground di Kampung Cai Ranca Upas ini berdampingan dengan lokasi penangkaran rusa dan menyediakan kolam renang di tengah alam terbuka.  Anak-anak sangat menikmati kegiatan memberi makan rusa sambil menikmati keindahan alam sekitar.  Pada saat memberi makan rusa, mereka jadi belajar untuk berdekatan dengan hewan tanpa merasa jijik. Mereka jadi belajar mencintai hewan ciptaan Tuhan dengan bersikap lemah lembut dan hati-hati saat menyodorkan wortel kepada rusa-rusa. 

Riang bermain di alam bebas
Kebanyakan anak-anak kota tidak terbiasa berdekatan dengan hewan-hewan. Rasa sayang kepada makhluk ciptaan Tuhan yang namanya hewan kadang tidak terlatih dirasakan karena kebanyakan anak kota tidak punya hewan peliharaan di rumah.  Space yang minim dan mahal di kota menyebabkan orang kota berpikir seratus kali untuk memutuskan memelihara hewan di rumah.   

Menikmati kolam renang di alam sejuk

Fasilitas lain yang dapat dinikmati di sekitar camping ground Ranca Upas adalah kolam renang yang dibuat di alam terbuka.  Kolam renangnya dilengkapi fasilitas serupa water boom yang menyenangkan buat anak-anak. Karena terletak di alam terbuka, kita bisa berenang  dan bermain air sambil menikmati keindahan alam dari dekat. Tepian hutan yang dijejeri barisan pohon tinggi lengkap dengan kabutnya di pagi hari membuat acara main air jadi sangat berbeda rasa.  Udara sejuk dan atmosfer yang bersih menemani kegiatan di kolam dari awal sampai akhir.  

Bermain dan menikmati keindahan teratai

Anak-anak hampir tidak mau berhenti menyudahi acara berenang dalam suasana ini. Riangnya bukan main.  Orng tua yang tidak ikut berenang bisa gelar matras dan piknik di rumput sekitar playground.  Di dekatnya ada kolam teratai yang indah dan menarik perhatian untuk dinikmati.  Ada pula ayunan dan jungkat jungkit yang ketika mendudukinya kita bisa menikmati misteri pinggiran hutan yang gelap. Terasa begitu dekat dengan alam.  Terasa begitu luas ciptaan Tuhan. 

Bermain di kolam teratai
Menikmati alam 

Berenang senang
Menatap gunung sambil main air

3. Belajar kerja sama tim

Family camping secara langsung membuat anggota keluarga belajar team building.  Belajar bekerjasama dalam tim. Belajar melatih kekompakan. Belajar berbagi tugas secara bertanggung jawab.  

Bekerjasama mendirikan tenda

Ketika sampai di lokasi camping ground, kami harus berbagi tugas.  Mulai dari mencari spot pendirian tenda yang paling oke, mendirikan tenda bersama-sama, membawa barang barang dari lokasi parkir ke lokasi tenda, dan mengatur perabotan ketika tenda telah selesai didirikan. Termasuk juga berbagi tugas menyiapkan minuman segar dan camilan untuk pelepas lelah setelah mendirikan tenda.  Ini sangat mengasyikkan. 

Menikmati kebersamaan di alam bebas
Untuk kerja sama tim ini, Saya dan pasangan sudah mengkondisikannya sejak beberapa hari sebelum berangkat family camping.  Kami sudah melakukan sosialisasi pada anak-anak bahwa nanti kita akan berbagi tugas.  Si Sulung sudah kami ajak browsing video cara mendirikan tenda yang baik dan benar, menontonnya bersama-sama sebagai bekal di lapangan. 

Mendapat cerita dan pengalaman baru 
Karena kedua anak kami baru pertama kali diajak camping betulan (selama ini hanya camping-campingan di halaman rumah atau di taman dekat rumah), Saya agak kuatir kalau nanti mereka masih belum bisa diajak berbagi tugas. Ayah lalu berinisiatif  mengajak adiknya yang kebetulan kuliah di ITB dan ngekos di Bandung untuk ikut serta membantu kami mengkondisikan kedua bocah di lapangan.  Alhamdulilah, kehadiran Om Tya  sangat membantu.  Ia pun belajar banyak tentang pengasuhan anak yang berguna untuk bekalnya membangun keluarga kelak. 

4. Melatih survival dan kemandirian 

Selama dua hari penuh family camping, Saya dan pasangan berusaha melatih survival dan kemandirian anak-anak di alam.  Dari mulai belajar menyiapkan makanan, beradaptasi dengan udara dingin, dan bertahan hidup dengan air yang terbatas karena harus berbagi dengan sekian ratus orang.  

Si Sulung juga sangat antusias belajar membuat api unggun dengan menggesek gesekkan batu alam. Ia belajar bagaimana menyusun ranting kayu untuk api unggun. Ayahnya mengajarkan cara membuat api tetap bertahan hidup sampai akhirnya menghasilkan bara yang cukup untuk membakar jagung.   

Membuat api unggun
Om Tya mengajarkan anak-anak kami untuk membantu dan antri mengambil air untuk cuci cuci. Ia melatih bagaimana trik menggunakan sedikit air untuk menyikat gigi atau membersihkan perabot.  Meskipun kedua bocah masih kelihatan agak malas, tetapi kami yakin dampaknya bukan sekarang.  Mereka akan merasakan dampaknya ketika besar nanti mereka berada di kondisi harus survive dan mandiri di tengah berbagai keterbatasan atau jauh dari orang tua.  Mereka akan ingat moment camping ini.  Mereka akan mampu dan termotivasi untuk bertahan.  Saya meyakininya. Apalagi masih akan ada moment-moment camping lagi berikutnya dalam suasan alam yang berbeda. 

Lokasi parkir yang luas

Saya dan pasangan percaya bahwa survival dan kemandirin itu terbentuk karena latihan.  Kita sebagai orang tua berkewajiban menyediakan beragam wahana untuk mereka berlatih dari waktu ke waktu sesuai dengan usianya.  Kami meyakini bahwa family camping dalam komunitas ini adalah salah satu wahananya. 

5. Belajar berbagi dalam kondisi tak biasa

Agama yang Saya anut mengajarkan untuk selalu berbagi dalam keadaan lapang dan sempit. Ajaran itu telah Saya sosialisasikan kepada anak-anak sejak masih mereka dalam kandungan.  

Saya usap-usap perut ketika hamildan berbicara pada si jabang bayi,” Nak, baik-baik di dalam sana ya. Pada waktunya nanti kamu hadir ke dunia, jadilah anak yang senang belajar berbagai hal dan mempraktekkan hasil belajarmu dalam kehidupan nyata.  Nanti kamu akan belajar berbagi, baik ketika kamu sedang punya banyak hal untuk dibagi, maupun ketika kamu sedang kesusahan. Minimal, bagikan salam dan senyum yang tulus jika kamu tidak punya uang sepeserpun untuk dibagikan.  Kalau punya roti satu, bagi sebelah untuk adikmu atau temanmu.  Kalau punya dua, bagikan satu. Kalau punya empat, bagikan dua. Walaupun kita akan merasa tak punya apa-apa, kita harus selalu punya sesuatu untuk dibagi.”

Aktifitas seru masak bareng 

Setelah mereka lahir dan tumbuh, bisa bicara dan makin berkembang otaknya untuk berpikir, mereka mulai bertanya kenapa agama mengajarkan kita harus berbagi?  Sebagai orang tua, Saya menjelaskan dengan bahasa sederhana bahwa kita hidup di dunia tidak sendiri.  Tuhan menciptakan makhluknya dalam keberagaman, ada yang kekurangan ada yang cukup. Kita semua saling membutuhkan.  Karena itu kita berbagi.

Kemudian setelah anak tumbuh di masa balita hingga usia sekolah,  praktek untuk saling berbagi semakin diperkuat karena mereka juga diajarkan hal yang sama di sekolah. Dalam keseharian, anak-anak berada dalam kondisi yang normal, dalam arti cukup makanan, minuman, waktu, kasih sayang dan perhatian.  Dengan mudah mereka bisa mempraktekkan ajaran berbagi yang disosialisasikan orang tua dan guru.

Buat sate rame rame 

Nah, pada saat family camping bersama ratusan orang lainnya di camping ground yang luas, orang tua dan anak akan belajar praktek berbagi dengan yang lain dalam kondisi yang tidak biasa. Kondisi yang tak biasa artinya di camping ground kita berada dalam keterbatasan lahan, sumber air, toilet, dan pemenuhan kebutuhan kenyamanan lainnya.   Kita akan belajar berbagi lahan untuk mendirikan tenda, berbagi makanan dan minuman dengan tetangga camp, berbagi sumber air yang terbatas, berbagi toilet, sampai berbagi cerita dan pengalaman. Itu ngga mudah lho buat orang tua yang belum terbiasa.  Apalagi anak-anak. 

Contoh sederhana berbagi di camping ground yang juga dinikmati anggota keluarga adalah ketika tetangga sebelah camp masak tumis kangkung, lainnya merebus kentang dan telur, dan sebelah lagi meracik nasi goreng.  Aromanya berbaur di udara.  Lalu kita akan saling menawarkan hasil masakan masing-masing.  Saling berbagi masakan walau sedikit-sedikit.  Rasanya menjadi nikmat.  

Bersantai dan bermusik di alam bebas

Di camping ground, suasananya sungguh berbeda dengan keseharian yang penuh beban tugas.  Belajar berbagi dapat dipraktekkan dengan menyenangkan karena berada di alam yang murni segar sehingga turut membantu menciptakan mood yang bagus bagi anak-anak.  Anak-anak cepat belajar jika berada di kondisi dan suasana yang nyaman, tanpa tekanan. Mereka lupa sejenak bahwa sebenarnya mereka sedang belajar berbagi. Jika dilakukan berulang-ulang, konsep ini akan melekat dan mereka akan terbiasa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Konsep berbagi dalam kondisi tidak biasa ini juga bisa lebih dipahami anak-anak di camping ground, berbarengan dengan prinsip saling menolong dan toleransi.  


6. Belajar toleransi dan silaturahim dalam komunitas kemah keluarga

Pada family camping bersama komunitas K3I, kita akan berbaur dengan ratusan orang di camping ground dengan latar belakang agama, ekonomi, politik, dan sosial yang berbeda beda.  Kita pun akan belajar untuk saling toleransi dengan anggota keluarga yang lain di suasana alam yang menyenangkan.  Keluarga muslim pada saat camping sangat suka sholat berjamaah di alam terbuka.  Keluarga yang non muslim akan menahan diri untuk tidak melakukan aktifitas yang mengganggu di rumput sekitar tempat sholat. 

Toleransi saat buang hajat pun jadi pelajaran penting buat keluarga saat family camping.  Kita belajar menahan diri.  Tidak berlama-lama di toilet, itu yang utama.  Kita juga belajar untuk mendahulukan anak/orang tua/yang sudah tak tertahan hajatnya untuk diberi kesempatan lebih dulu.  Sadar diri untuk menjaga kebersihan toilet untuk kenyamanan bersama, juga diajarkan. Semua dipraktekkan.  Dalam suasana yang menyenangkan, karena semua saling menahan diri.  Semua punya mindset yang sejalan yaitu menjadikan family camping sebagai wahana belajar keluarga. 

Selfie di hamparan kemah

Berkenalan dengan keluarga baru di camping ground, menjadikan silaturahim terjalin indah.  Kita bisa saling berbagi cerita tentang pengalaman di camping ground yang lain.  Ada beberapa keluarga yang memang baru mengikuti family camping, ada pula yang sudah rutin melakukannya beberapa tahun terakhir di tempat yang berbeda-beda.  Mereka menceritakan bagaimana awalnya anak-anak sangat tergantung pada gadget di akhir pekan. Pelan-pelan lalu diubah.  Anak-anak dibawa ke alam terbuka, diajak camping dan melakukan aktifitas fisik bersama di camping ground.  Walhasil, lupa deh sama gadget-nya. 

Wefie di camping ground


Dampaknya, anak-anak jadi lebih sehat secara fisik dan mental karena melakukan banyak aktivitas bersama teman-teman baru di alam terbuka. Mereka bergerak dan tergerak. Di camping ground kita bisa melakukan banyak aktifitas bersama-sama keluarga lain.  Masak bareng, nyanyi-nyanyi dan main gitar mengelilingi api unggun di malam hari, buat jagung bakar di api unggun, buat kambing guling dan makan sama-sama mengelilingi api unggun, serta nonton layar tancap rame-rame. Ini hal yang asyik tetapi langka di jaman  modern seperti sekarang. Bahkan, kita bisa makan nasi liwetan bareng. 



Menikmati liwetan

Aktifitas ibadah, seni, dan olahraga juga bisa dilakukan sama-sama di alam terbuka.  Anak-anak bebas berlarian dan main bola di rerumputan yang luas. Juga melakukan permainan yang disukai bersama-sama.  Jika ingin santai, bisa main ayunan dan hammock yang ditalikan di antara pohon-pohon.  Sambil mengamati tumbuhan, langit bersih, dan burung-burung yang singgah.  Ini menjadi paduan bermain dan belajar yang tidak ditemui di rumah atau sekolah, karena semua dipraktekkan di alam  terbuka. 

7. Lebih mensyukuri kehidupan

Semua aktifitas yang dilakukan bersama di camping ground pada puncaknya mengajarkan anggota keluarga untuk lebih mensyukuri kehidupan.  Betapa kita selayaknya bersyukur karena ternyata indah dan nikmatnya hidup itu bukan semata didapat dari uang atau harta yang berlimpah.  Dengan family camping yang biayanya jauh relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan makan di restoran, kita bisa mendapatkan banyak berkah. Untuk camping ground dan toilet selama dua hari kami hanya dikenakan Rp 60.000,- per orang. 

Ngeteh di alam terbuka 

Apa saja berkah yang mungkin diraih? Berkah ketika kita berusaha ikhlas berbagi dengan bahkan orang-orang yang baru kita kenal di camping ground.  Berkah ketika paru-paru ini diisi dengan udara kaya oksigen.  Berkah ketika waktu yang terbatas diisi dengan kegiatan yang bermanfaat karena mendekatkan diri kepada Yang Maha Pemberi Kehidupan seperti ibadah, olahraga, dan seni bersama.  Berkah karena berbagi pengalaman dengan sesama keluarga.  Semua membuat kita akan lebih bersyukur.  

Setelah usai family camping di satu tempat , kita akan bersemangat untuk hunting camping ground lainnya untuk family camping berikutnya.  Kita akan termotivasi untuk menelusuri dan mencari tempat-tempat indah yang sekiranya akan membuat banyak keluarga dapat lebih mensyukuri kehidupan.  

We are team work 
Tidak ada cara lain untuk mensyukuri kehidupan selain dengan menyadari betapa Maha Pengasihnya Tuhan.  Dan untuk menyadari betapa Tuhan Maha Besar, Maha Pengasih dan Penyayang adalah dengan mendekatkan diri kepadaNya.  Cara untuk mendekatkan diri kepadaNya bisa dengan banyak cara, termasuk di dalamnya dengan mendekatkan diri ke alam ciptaanNya. 

Walau ini hanya salah satu cara, tetapi kadang sering terlupakan di kehidupan urban yang padat dan sibuk. Keluarga kota sudah hampir tenggelam dengan polusi dan hedonisme.  Tak ada salahnya kita kembali ke alam. Alam yang selama ini menjadi wahana segala sumber daya hayati penyokong kehidupan. Alam pun pasti bahagia, jika manusia kembali belajar darinya dalam rangka syukur kepada Pencipta. 

Menikmati stroberi dan blueberry

Sunrise @camping ground

Untuk semua keluarga yang tinggal di kota, tidak perlu ragu lagi untuk mencoba family camping sebagai pengisi weekend. Selain ketujuh manfaat penting yang Saya rasakan itu, bukan tidak mungkin keluarga lain juga merasakan manfaat yang lain.  Sekali coba, jadi ketagihan.  Cobain aja deh …… Selamat mencoba dan have a great family camping !!!    (Opi)

**Foto foto dalam tulisan ini adalah koleksi penulis dan Komunitas Kemah Keluarga Indonesia (K3I)

12 komentar

  1. Kereeen Mba kegiatannya. Aku juga lebih suka liburan ke alam daripada ngemall. Karena di alam kita bisa lebih banyak mendapatkan ilmu. Lihat foto-fotonya udah seru banget, udara sejuk khas pegunungan itulah yg selalu bikin kangen buat balik lagi ke alam hehe..

    BalasHapus
  2. kapan kapan kita kemping bareng ichaaaa..... di lampung camping ground yang fenomenal di mana cha?...

    BalasHapus
  3. bagus ya, apalagi kamping jaman sekarang sangat dimudahkan dg banyak fasilitas gak kayak aku dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, kemah jaman sekarang beda dengan jaman dulu mba. sekarang banyak fasilitas di camping ground yang sangat memudahkan. malah sekarang ada yang namanya glamping alias glamour camping. semua sudah disiapkan, kita tinggal bawa diri aja.

      Hapus
  4. kegiatan semacam ini mbak ..bisa membuat perkembangan anak makin bagus mbak .. dan buat orang tua lumayan lah mbak bisa ngilangin stres

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe...iya terutama perkembangan kreatifitas dan kemandirian anak anak. Kalau di mall kan ujung-ujungnya makan junk food dan beli mainan yang mahal mahal hihihihi...... walaupun ngga selalu sih. dikombinasi saja supaya anak-anak juga tahu beragam hal

      Hapus
  5. bener ya, kepribadian asli itu keluar saat bepergian. harus saling belajar mengenal diri lagi.. kemping yang asik banget itu mbak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. ketahuan aslinya ya yang mandinya lama hahahaha..... yang suka bagiin makanan, yang pelit minjemin barang, gitu ya mba?... hihihihi

      Hapus
  6. Waaa... seru banget kempingnya mbaaak!

    Terakhir saya ikut kemping waktu masih SMA, karena acara pramuka. Sejak jadi mahasiswa, selalu diajakin temen2 alumni untuk ikutan kemping. Tapi berhubung saya kuliahnya agak jauh jadi nggak pernah bisa ikut :(

    Tapi insyaallah bulan depan ada rencana kemping berdua sama suami, buat mengobati kangen kemping hehe :)

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. siiipp.... nti habis camping lg ditulis lagiiiiiii

      Hapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.