Cara Bijak Kelola Keuangan bagi “Mompreneur Wanna Be”



Mompreneur Wanna Be. Do you one of ?

Kalau iya, harus bangeeeet membekali diri dengan literasi finansial yang cukup. Dan yang lebih penting lagi, harus sudah mantap dalam pengelolaan keuangan keluarga. Supaya, keuangan usaha dan keluarga tidak tercampur baur. Nah, sudah belum?....  

Ngga usah panik kalau belum.  Tidak pernah ada kata terlambat kok untuk memulai sesuatu yang baik.  Better later than never. 

Di sini saya akan berbagi langkah-langkah apa saja yang wajib diterapkan para ibu dalam pengelolaan keuangan rumah tangga dan ketika akan melangkah di dunia wirausaha. Langkah-langkah tersebut dipaparkan Finansial Educator terkemuka Prita Hapsari Gozie dalam Workshop #IbuBerbagiBijak pada Rabu, 8 Agustus lalu di Gedung Nyi Ageng Serang, Jakarta.  “Bijak Kelola Keuangan, Kunci Keluarga dan Masa Depan Sejahtera”, begitu tajuk yang diusung dalam workshop ini.


Prita Gozie dikenal sebagai Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang juga pendiri dan Direktur perusahaan konsultan perencanaan keuangan ZAP Finance.  Prita juga aktif menulis buku dan menjadi narasumber untuk perencanaan keuangan.  

Workshop #IbuBerbagiBijak ini merupakan yang kedua kalinya dilaksanakan atas kerjasama Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan PT Visa Worldwide Indonesia. Di tahun 2017, workshop serupa telah dilaksanakan dan berfokus pada manjemen keuangan keluarga.  Di tahun kedua ini, lebih difokuskan sebagai bekal literasi keuangan bagi para mompreneur maupun calon mompreneur. 



Selain mendengarkan pemaparan Prita Gozie, dalam workshop #IbuBerbagiBijak saya juga berkesempatan mendengarkan sharing dari mompreneur Jenahara Nasution, seorang designer yang berfokus pada usaha moslem fashion.  Suasana di aula lantai 2 Gedung Nyi Ageng Serang jadi terasa hangat dan seru, karena audiens yang hadir full!  Para ibu Pengurus Dharma Wanita Pemprov DKI Jakarta dan mombloggers dari berbagai Komunitas Blogger hadir dengan antusiasme tinggi untuk mengikuti workshop yang ditunggu-tunggu ini.  

Saya yang termasuk sangat newbie dalam belajar literasi keuangan, merasa sangat bersyukur ikut diundang oleh The Urban Mama Bloggers dalam kegiatan ini.  Sudah lama sekali ingin langsung belajar dari Mrs. Prita Gozie, dan kesampaian juga. Alhamdulillah...


Perempuan Perlu Belajar Pengelolaan Keuangan?


Perlu bangeeet. 

Sebabnya?  Perempuan sebagai Ibu adalah manajer keuangan keluarga yang harus dapat diandalkan.  Jadi, sangat penting bagi tiap ibu untuk membekali diri dengan pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan keuangan keluarga. Literasi keuangan perempuan harus cukup. 

Sayangnya, ternyata masih ditemui adanya kesenjangan kemampuan literasi keuangan pada perempuan dan laki-laki.  Meskipun di tiap kelompok baik laki-laki maupun perempuan terjadi peningkatan literasi keuangan dari tahun ke tahun, namun survei yang dilaksanakan OJK (2018) mendapati kemampuan literasi perempuan (25,5%) masih lebih rendah daripada laki-laki (33,2%).   Untuk mengatasi kesenjangan ini, workshop #IbuBerbagiBijak hadir.



Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Riko Abdurrahman yang membuka Workshop #IbuBerbagiBijak menyambut baik antusiasme para ibu untuk meningkatkan literasi keuangan.  “Selain membekali perempuan dengan literasi keuangan, kami juga ingin menginspirasi perempuan untuk menjadi wirausahawati yang mampu mengelola keuangan usaha dan keluarga dengan baik,” ujarnya. 


Dasar-Dasar Pengelolaan Keuangan Keluarga


Sebelum sampai ke pengelolaan keuangan bisnis, setiap ibu harus mantap dulu nih dengan pengelolaan keuangan keluarga. Ada 3 hal paling mendasar dalam pengelolaan keuangan keluarga yang harus diperhatikan untuk mencapai keuangan ideal.  Tiga hal tersebut adalah:

1. Financial Check Up
2. Mengelola Arus Kas
3. Merencanakaan Keuangan 

Mari kita tilik satu persatu. 


1. Financial Check Up

Sebelum mengelola keuangan rumah tangga, perlu diketahui dulu kondisi awal keuangan keluarga saat ini.  Sehat kah?  Kondisi keuangan keluarga yang sehat dapat diindikasikan dengan empat indikator ini nih :



a. Apakah ada utang/pinjaman ?  

Jika ada utang, coba dicek apakah utang tersebut utang produktif atau konsumtif? Utang produktif misalnya cicilan rumah, cicilan emas, atau cicilan properti. Utang produktif disarankan besarnya di bawah 30% penghasilan.  Semakin besar utang baik produktif maupun konsumtif, maka makin tidak sehat kondisi keuangan keluarga. 
Notes penting dari Prita Gozie: “ Jika Anda akan membeli sesuatu dengan cara berhutang/cicilan, pastikan bahwa produk yang dibeli memang layak dibeli dengan cara cicilan (bukan produk konsumtif). Jika terpaksa mencicil barang konsumtif, pastikan Anda tidak mengambil cicilan baru sebelum cicilan yang lama lunas.” 



b. Apakah biaya hidup lebih besar dari pemasukan?

Pedoman “Jangan lebih besar pasak daripada tiang” wajib dipegang teguh.  Idealnya biaya hidup adalah maksimal 50% dari jumlah pemasukan.  Apabila selama ini biaya hidup lebih dari itu, atau bahkan selalu kurang, maka perlu dicek kembali. Apakah biaya yang dikeluarkan betul-betul perlu?  
Untuk mengecek ulang, beri tanda pada pengeluaran mana yang prioritas, mana yang wajib, mana yang butuh, dan mana yang hanya sekedar ingin?..... 
Note penting dari Prita Gozie: “ Jika setiap bulan Anda selalu ada pinjaman untuk keperluan biaya hidup, artinya keuangan Anda tidak sehat”. 



c. Apakah punya dana darurat?

Idealnya, dana darurat tersedia dalam bentuk kas sejumlah tiga kali pengeluaran rutin. Maksudnya, apabila hal buruk terjadi misalnya kehilangan pekerjaan atau kepala keluarga wafat, maka masih tersedia dana untuk melanjutkan hidup selama tiga bulan sambil mencari pekerjaan atau sumber penghasilan baru.  
Bahkan untuk keluarga yang punya anak usia sekolah, idealnya punya dana darurat sebesar 12 kali pengeluaran rutin.  Sehingga ketika hal buruk terjadi, anak-anak tidak harus putus sekolah.  
Note penting dari Prita Gozie: “ Dana darurat harus dalam bentuk kas/ tunai.  Boleh dipadu dengan emas, tetapi dalam bentuk kas harus tetap ada.  Itulah gunanya kita memiliki tabungan.” 



d. Apakah punya tabungan?  

Tabungan bukan hanya untuk dana darurat, melainkan juga untuk mewujudkan rencana-rencana pengeluaran di hari esok seperti liburan.  Tabungan juga bisa sebagai modal investasi untuk masa depan. 
Note penting dari Prita Gozie: ”Dompet Digital tidak dapat dikategorikan sebagai tabungan. Bahkan, cenderung membuat diri menjadi konsumtif apabila tidak melakukan batasan pengeluaran dengan bijak.” 



Setelah tahapan financial chek up ini dilakukan, langsung ketahuan kan kondisi real keuangan keluarga saat ini?.. Cukup sehat?  Atau sakit parah?  Yuk dibenahi .... Setelah berbenah, baru masuk ke tahap kedua ini. 


2. Mengelola Arus Kas

Bagaimana cara yang bijak dalam mengelola arus kas? Intinya harus ada kesadaran bahwa pemasukan adalah given, sementara pengeluaran butuh dikendalikan oleh diri masing-masing.  
Sebagai pedoman, harus ada keseimbangan antara uang yang masuk dengan uang yang keluar.  Pemasukan keluarga dapat diperoleh dari gaji, keuntungan usaha, ataupun bonus.  Sementara pengeluaran keluarga, lazimnya dibedakan menjadi:

a. Zakat/Sedekah , idealnya 5% dari pemasukan
b. Assurance /Jaminan, idealnya meliputi dana darurat berupa kas dan asuransi, totalnya  = 10% dari pemasukan 
c. Present Consumption, yaitu pengeluaran masa kini termasuk biaya hidup = 30% dari pemasukan. Perlu diingat bahwa sangat pantang berhutang untuk pemgeluaran rutin. 
d. Future Spending, yaitu pengeluaran masa depan misalnya untuk liburan, khitanan, pernikahan, sekolah, mudik dll = 10% dari pemasukan.
e. Investasi = 15 % dari pemasukan.
f. Cicilan/Pinjaman, idealnya jangan lebih dari 30% pemasukan keluarga. 



3. Merencanakaan Keuangan 

Merencanakan keuangan sederhanaya adalah mengetahui dengan pasti apa kebutuhan dan mimpi-mimpi yang ingin diwujudkan keluarga, serta cara mencapainya. Rencana- rencana yang ingin dilakukan mungkin membutuhkan biaya yang tidak sedikit.  Agar biaya tersebut tidak lebih besar dari pemasukan maka ada alternatif pilihan untuk menambah income keluarga dengan menjalankan usaha.  

Menjadi mompreneur saat ini adalah pilihan ibu bijak untuk membantu menopang hidup keluarga saat ini dan di masa depan. Sebab pilihan hanya dua, menambah income atau mengurangi pengeluaran.  

Note penting dari Prita Gozie:” Kita semua punya mimpi-mimpi untuk diwujudkan.  Tetapi menabung saja tidak cukup, karena ada inflasi yang selalu menggerus nilai mata uang.”

5 Langkah Pengelolaan Keuangan Usaha


Apabila dasar pengelolaan keuangan keluarga sebagaimana tahapan di atas sudah dimantapkan, maka ibu akan melangkah ke tahap berikutnya yaitu mengelola keuangan usaha. 
Mengapa berusaha?

Usaha (menjadi mompreneur) merupakan salah satu cara bagi ibu untuk menambah penghasilan keluarga.  Cara lain yang dapat ditempuh adalah bekerja secara aktif atau menjadi investor. Biasanya, sebelum nyemplung ke duania usaha, ibu akan menghadapi tantangan baru berupa: 

a. Mau usaha apa? Biasanya ibu bingung, mau usaha apa ya yang bisa menambah income keluarga?  Saran dari Prita Gozie, sebaiknya usaha yang dijalani bermula dari kesukaan atau hobi ibu yang sudah menemukan pasar yang tepat. Sesuai dengan passion lah. Jika belum, ibu tampaknya harus menggali lagi.  Jangan sampai usaha yang dilakukan cuma jadi jam sibuk yang tidak menghasilkan.  Bedakan antara mengelola bisnis dengan mengisi waktu luang ya ibu. 



b. Tidak tahu untung rugi.  Ini jadi tantangan besar karena ibu yang baru memualai usaha biasanya masih mencampur aduk biaya keluarga dengan biaya usaha.  Untuk itu, sejak awal harus sudah dipisahkan antara keuangan keluarga dan usaha.  Alangkah baiknya, ibu memiliki catatan arus kas tersendiri.  Bahkan sangat penting untuk mencatat modal investasi dan biaya yang dikeluarkan secara detil. 

c. Pertimbangan modal dan mitra.  Ini juga terkadang jadi dilema.  Tapi jangan lama-lama ya ibu dilemanya.  Akan bermitra atau jalan sendiri, maupun bermodal besar atau kecil, harus dipetakan dengan jelas baik buruknya. Jika baru mulai dan sangat newbie, ada baiknya jalan sendiri.  Tetapi jika peluang pasar nampak sangat baik, dan untuk hal-hal tertentu bukan merupakan keahlian ibu, tidak ada salahnya bermitra. 



Apabila ketiga hal dasar tersebut sudah KLIK dan PAS untuk ibu, maka ibu dapat memulai usaha dan menjalankan kelima langkah /tips dari Prita Gozie ini:  

1. Punya Rencana Pengeluaran 
2. Berpantang Utang Konsumtif
3. Sisihkan untuk Tabungan dan Investasi
4. Sediakan Dana Darurat
5. Jangan Abaikan Asuransi Kesehatan dan Jiwa 

Yuk kita bahas satu persatu: 

1. Punya Rencana Pengeluaran 
Rencana pengeluaran sebaiknya dirinci dan dipisahkan dari keuangan rumah tangga.  Pengeluaran seperti gaji bagi diri sendiri, ongkos angkut, alat-alat produksi, atau tempat usaha yang kebetulan menggunakan aset rumah tangga juga harus dihitung. Supaya, bisa ditentukan berapa omzet usaha dan biayanya.  Omzet usaha dikurangi biaya adalah keuntungan usaha.  Keuntungan usaha ini nantinya menjadi pemasukan (dana kas masuk) bagi keuangan rumah tangga. 
Note penting dari Prita Gozie: “ Setiap keuntungan sebaiknya dalam bentuk kas, baru dimasukkan ke dalam pendapatan keluarga.” 

2. Berpantang Utang Konsumtif
Dalam menjalankan usaha, boleh saja berhutang untuk menambah modal usaha.  Ini yang disebut utang produktif.  Tetapi, jangan sekai-kali berutang konsumtif saat menjalankan usaha, apalagi belum menghasilkan keuntungan. Utang konsumtif misalnya berutang untuk pembelian yang tidak memberikan benefit pada keberlanjutan usaha. Selain mengganggu dana kas, juga akan menggerus laba jika ada.  
Note penting dari Prita Gozie:”Setelah memulai usaha jangan sampai punya utang konsumtif, itu pertanda usaha tidak sehat.”



3. Sisihkan untuk Tabungan dan Investasi
Dari setiap keuntungan usaha, sisihkan untuk tabungan dan investasi yang bertujuan keberlanjutan dan pengembangan usaha.  Sisihkan walau keuntungan belum banyak.  
Note penting dari Prita Gozie:” Menyisihkan sebagian keuntungan usaha untuk tabungan dan investasi usaha itu harus, supaya ketika usaha makin berkembang, ibu punya bayangan bagaimana melanjutkan usaha.”

4. Sediakan Dana Darurat
Dana darurat usaha ini terpisah dengan dana darurat pada keuangan keluarga. Jumlahnya dapat disesuaikan lebih dulu dengan perkembangan usaha. 
Note penting dari Prita Gozie:” Dengan adanya dana darurat berupa kas dapat menjaga keberlanjutan usaha ketika terjadi dinamika usaha dan krisis.” 

5. Jangan Abaikan Asuransi Kesehatan dan Jiwa
Ketika usaha makin berkembang, ibu akan menyadari bahwa asuransi kesehatan dan jiwa sangat penting.  Saat usaha makin maju, ada kemantapan hati ibu untuk resign dari pekerjaan sebagai pegawai kantoran dan fokus menjalankan usaha.  Nah, jika sebelumnya asuransi kesehatan ditanggung oleh kantor maka setelah menjadi wirausaha harus menanggung sendiri biaya tersebut. 



Note penting dari Prita Gozie:”Usaha yang dijalankan ibu tidak selamanya mendatangkan keuntungan yang besar.  Ada masa pasang dan masa surut.  Memiliki asuransi kesehatan dan jiwa akan mebantu ibu untuk mengalokasikan biaya berobat dengan bijak.  Sehingga, tidak perlu pusing memikirkan dana tunai untuk berobat ketika membutuhkan sementara usaha sedang surut.“

Dalam berbisnis, ada kalanya ibu mungkin harus write off terhadap piutang dari klien yang tidak terbayar hingga bertahun-tahun. “Ya sudah direlakan saja untuk yang demikian.  Tidak perlu lagi dicatat terus karena kenyataannya tidak bisa tertagih dan tidak jadi kas,” ujar Prita. 

Nampaknya ribet ya, belum mulai usaha tapi sudah harus memikirkan tentang pengelolaan keuangannya. Ribet di awal lebih baik ibu, dibandingkan setelah menjalankan usaha ibu lalu bingung. Perencanaan yang matang memang mutlak dibutuhkan.  Itu baru namanya Ibu Bijak.  

Tips Mompreneur dari Jenahara Nasution


Jika Prita Gozie banyak membahas langkah dan tips pengelolaan keuangan yang ideal, Jenahara sebagai designer yang sudah 7 tahun ini terjun di dunia usaha moslem fashion memberikan beberapa tips praktis. 



Ini dia tips dari Jenahara:

a. Tentukan tujuan utama dan motivasi yang kuat, yang mampu membuat kita bangkit ketika jatuh dan tetap berjalan ketika hasil seolah tidak kunjung nampak.  
b. Dari tujuan utama, tetapkan target dan pecah target itu menjadi target-target kecil yang harus dicapai dalam waktu tertentu.  Berusahalah konsisten mencapai target itu dengan melihat lagi tujuan utama. 
c. Konsisten untuk memisahkan secara detil keuangan rumah tangga dengan keuangan bisnis
d. Pilih mitra atau partner bisnis yang dapat dipercaya dan membuat kita terus termotivasi untuk maju

Putri pasangan Ida Royani dan Keenan Nasution ini memang sudah bercita-cita menjadi designer sejak kecil.  Namun baru mulai berbisnis ketika telah berumah tangga dan hamil anak kedua. 



Selain mendengarkan pemaparan Prita Gozie dan Jenahara Nasution, para undangan juga menerima buku saku Ibu Bijak yang berisikan pengetahuan dan wawasan literasi keuangan bagi perempuan.  Isinya sangat bermanfaat buat para ibu, termasuk saya. Terima kasih dan apresiasi untuk The Urban Mama yang telah mengikutsertakan saya dalam Workshop #IbuBerbagiBijak yang sangat bermanfaat ini. 

Saya berharap , sharing tentang #IbuBerbagiBijak bisa menambah kesadaran dan motivasi kita sebagai ibu untuk meningkatkan literasi keuangan dan terus belajar. Supaya makin keren dalam mengelola keuangan keluarga, berani jadi mompreneur, dan makin mantap mengelola keuangan bisnisnya. Semoga ya.....  (Opi)  

3 komentar

  1. wah beruntung sekali bisa dateng ke seminarnya mba Prita. aku baru baca bukunya aj ni mba :D

    BalasHapus
  2. 1000 hari emas bagi tumbuh kembangnya manusia baru, memang perlu diperhatikan agar anak sehat.

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.