Dua belas tahun lalu, pada kehamilan yang kedua, saya suka membacakan cerita, puisi, dan ayat suci untuk si jabang bayi. Itu semua kegiatan yang belum sempat saya lakukan di kehamilan pertama, karena takdir sang janin gugur di bulan keempat.
Kenapa saya membaca untuk bayi dalam kandungan? Semata-mata karena ingin si bocah nantinya juga gemar membaca seperti ibunya. Sehingga, kami bisa melakukan aktivitas membaca menyenangkan bersama-sama. Terbayang rasanya punya anak yang gemar membaca Al Quran, suka membaca buku-buku bermutu, serta berhati lembut bagai untaian puisi. Indahnya….
Di kehamilan yang ketiga, sayangnya saya jadi relatif jarang membacakan ayat suci, cerita, dan puisi untuk si jabang bayi. Malah lebih banyak membaca jurnal ilmiah dan buku teks. Waktu itu saya sedang menempuh pendidikan pascasarjana.
Itulah, jadi ada perbedaan perlakuan pada si sulung dan si bungsu ketika dalam kandungan. Memang, sebagai orang tua kita selalu dihadapkan pada kondisi yang berbeda untuk tiap anak.
Cinta Buku Dahulu, Cinta Membaca Kemudian
Kini si sulung sudah berusia 11 tahun dan si bungsu 8 tahun. Si Sulung sudah mulai membaca novel Lord of The Rings ketika usianya 10 tahun. Sementara adiknya, lebih suka membaca komik. Keluarga Super Irit dan Serial Why adalah komik favoritnya.
Kami sengaja tidak menggunakan televisi di rumah sejak 6 tahun lalu, agar lebih banyak waktu bebas dari menatap layar digital. Sebagai penggantinya, buku-buku kami tebarkan di rumah sehingga anak-anak mau tak mau terkondisikan untuk membaca. Kebiasaan membaca sebelum tidur sudah rutin dilakukan sejak masih batita.
Membaca novel Lord of The Rings |
Membaca komik kesukaannya |
Untuk sampai terbiasa begitu, saya dan suami memulainya dengan Gerakan Cinta Buku yang diterapkan sejak buah hati kami masih bayi. Kami memperkenalkan buku yang terbuat dari kain, berbentuk bantal, dan meletakkannya di antara mainan bayi.
Buku kain tentang cerita bergambar berwarna cerah sangat menarik bagi bayi. Bila kotor, bukunya bisa dicuci. Sambil merangkak, meraih dan menyentuh benda, bayi akan mulai membiasakan diri dengan benda yang bernama buku.
Berikut ini adalah contoh buku kain dan buku bantalnya:
Terlalu dini? Menurut saya tidak. Saya teringat masa kecil ketika masih berusia lima tahun. Sebelum gemar membaca buku, saya terlebih dulu suka pada bentuk-bentuk buku bergambar dan berwarna yang menarik. Betapa ingin rasanya memiliki benda yang disebut buku itu.
Namun, saya harus menahan diri karena ayah dan ibu tak punya cukup uang untuk membelinya. Jadi, hanya bisa membayangkan bahagianya memeluk buku cerita berwarna dengan gambar-gambar yang bagus, seperti milik teman-teman sebaya yang suka dipamerkan saat berkumpul.
Pengalaman itu membuat saya menarik kesimpulan, supaya anak-anak jadi gemar membaca, saya terlebih dahulu harus bisa membuat mereka cinta buku. Cinta buku dahulu, baru cinta membaca kemudian. Ketika telah terbentuk persepsi yang baik tentang buku dan bahan bacaan di benak anak-anak sejak kecil, akan lebih mudah mengajak mereka untuk gemar membacanya.
Untuk membentuk persepsi yang menyenangkan tentang buku, maka sejak dini kami perkenalkanlah si bayi dengan buku kain berwarna-warni menyolok itu. Terbayang bukan di benak sang bayi, benda itu sungguh menarik dan bagus! Benda itu adalah buku. Si bayi pun jadi jatuh cinta pada si buku.
Di zaman ketika saya masih kecil, belum ada piranti gawai seperti yang marak saat ini. Maka, mencintai buku jadi lebih mudah karena tak banyak pilihan lain. Sebab, pilihan lain seperti mainanpun sangat terbatas. Saya pun jadi waspada, jangan sampai bayi kami lebih dulu jatuh cinta pada gawai dan bermacam mainan daripada cinta buku. Bisa susah payahlah nanti kami orang tuanya menumbuhkan minat baca padanya.
Itulah sebabnya kami terlebih dulu membuat bayi terpapar pada buku sebelum terpapar gawai dan mainan modern lainnya. Kami terinfo tentang pembatasan screen time pada bayi, batita, dan balita sehingga sangat berhati-hati dengan gawai. Begitupun, jika saya muncul di dekat bayi sambil pegang handphone, si mungil lebih tertarik untuk meraih handphone daripada buku lho!
Seiring bertambahnya usia bayi menuju batita dan balita, saya dan suami mulai menambahkan buku-buku dari bahan karton yang tebal, agar tak mudah sobek. Semakin bertambah usianya, semakin kami sesuaikan dengan bentuk buku yang sesungguhnya. Kalau awalnya hanya buku-buku bergambar, lalu meningkat menjadi buku bergambar dengan sedikit tulisan yang besar-besar.
Terbayang bukan, jika anak-anak tidak memiliki persepsi yang baik tentang buku? Andaikan mereka terlanjur menganggap buku itu membosankan, tidak seru, dan kuno jika dibandingkan mainan atau benda-benda lain? Olala, akan butuh upaya ekstra keras untuk mengubah persepsi itu. Makin berat untuk menumbuhkan minat bacanya. Makanya, Gerakan Cinta Buku sejak dini untuk membentuk persepsi baik tentang buku itu mutlak penting lho.
Memanfaatkan sudut rumah untuk tempat membaca |
Anak-anak saya mulai bisa membaca di usia tujuh tahun, saat masuk Sekolah Dasar. Ketika itulah terjadi percepatan membaca yang sangat dahsyat. Seingat saya, bisa sepekan sekali harus beli buku baru karena buku yang lama sudah selesai dibaca.
Saya dan suami lalu mulai membawa anak-anak ke perpustakaan. Saat itu, dan sampai sekarang, saya merasakan mimpi jadi kenyataan. Melakukan aktivitas membaca menyenangkan bersama-sama, adalah mimpi saya sejak mengandung anak-anak ini. Itu terwujud. Senangnya…..
Membaca buku di perpustakaan |
Semakin anak-anak bertambah usia, tantangan untuk terus menumbuhsuburkan minat baca semakin meningkat. Terutama dengan adanya piranti gawai yang mau tidak mau telah mereka gunakan juga untuk aktivitas edutainment.
Let’s Read, Membantu Menumbuhsuburkan Minat Baca Anak
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, kini saya mulai memperkenalkan e-book dan aplikasi baca Let’s Read agar minat baca mereka tetap terpupuk. Rasanya, ini saat yang tepat bagi mereka. Kedua anak saya sudah memiliki kebiasaan membaca buku fisik setiap hari sebelum tidur, dan bisa memilih buku yang disukai.
Saya pikir sudah waktunya mereka diperkenalkan pada sumber-sumber bacaan baru. Dengan mengetahui beragam macam sumber bacaan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka, saya berharap keingintahuan dan motivasi membaca jadi semakin subur.
Berikut ini tampilan aplikasi Let's Read yang sudah saya unduh di gawai :
Tampilan Aplikasi Let's Read |
Di era modern ini, banyak sekali teknologi sebagai tools yang hadir untuk mempermudah kita, termasuk untuk menumbuhkan minat baca dan membudayakan membaca menyenangkan. Salah satunya adalah aplikasi baca Let’s Read. Aplikasi ini memuat beragam buku dalam berbagai pilihan bahasa dan bermacam tema untuk anak-anak. Ayah dan Ibu dapat mengunduh aplikasinya DI SINI.
Di aplikasi ini, kita bisa membaca buku secara online maupun offline. Jika ingin membaca secara offline, terlebih dahulu buku dapat diunduh dengan menekan pilihan unduh buku. Untuk kenyamanan membaca, tampilan buku serta jenis huruf dan ukuran huruf juga bisa dipilih yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Untuk anak-anak kelas rendah (kelas 1 hingga 3 SD), akan lebih nyaman memilih ukuran huruf yang lebih besar. Sedangkan untuk anak-anak kelas tinggi (kelas 4 hingga 6 SD), mungkin bisa memilih ukuran huruf yang lebih kecil.
Berdasarkan pengalaman saya, si bungsu justru lebih tertarik dengan aplikasi ini dibandingkan si sulung. Rupanya, si bungsu yang berusia 8 tahun memang sedang masanya suka membaca beragam cerita. Karenanya, sangat senang bisa menemukan banyak buku cerita di aplikasi Let’s Read.
Membaca menyenangkan dengan Let's Read |
Sementara si sulung yang berusia 11 tahun, mulai menyukai buku-buku non fiksi seperti buku motivasi dan pengembangan diri, serta buku-buku coding yang memang menjadi kegemarannya. Kabar baiknya untuk saya, mereka berdua tak perlu berebut gawai untuk baca di Let’s Read. Sang adik membaca di aplikasi, si kakak membaca buku fisik. Saya, ibunya, bisa fokus mendampingi adik.
Tips Agar Minat Baca Anak Tumbuh Subur
Percayalah ayah dan ibu, bahwa budaya membaca pada anak tidak muncul tiba-tiba. Minat anak untuk membaca tidak hadir begitu saja. Ada tahapan yang panjang sejak anak-anak belum dilahirkan, harus dijalani oleh orang tua untuk menumbuhsuburkannya.
Saya teringat seorang kawan SMA yang sekarang berprofesi sebagai Psikolog, juga menjabat sebagai Direktur STIFIN Institute, Hidayati Nurokhmah, yang sejak SMA biasa saya sapa Hiday. Hiday bilang begini kepada saya: “Sampaikan yang Dilakukan dan Lakukan yang Disampaikan.” Maka, inilah sejumlah tips yang dapat saya sampaikan, yang telah dan masih saya lakukan terus untuk anak-anak hingga saat ini agar minat baca tumbuh subur:
1. Dimulai dari orang tua, saya dan suami harus gemar membaca.
Anak adalah peniru ulung. Ketika orang tua gemar membaca, anak-anak akan meniru. Maka, posisikan diri ayah dan ibu sebagai teman teladan bagi anak.
Si bungsu sering ikut-ikut melihat buku-buku di meja kerja saya ketika ditinggal sebentar saja |
2. Biasakan bacakan buku sejak anak dalam kandungan.
Bacakan apapun yang menyenangkan dan berdampak baik. Ayat suci, cerita, puisi, doa, dan apapun. Ini menjadi sugesti yang ampuh sekaligus doa seorang ibu agar anaknya gemar membaca kelak.
3. Awali dengan Gerakan Cinta Buku.
Sediakan buku sejak anak-anak masih bayi, berupa buku kain atau buku bantal. Seiring bertambah usia, gunakan buku dari karton yang tebal agar tak mudah sobek. Perkenalkan dengan buku-buku bergambar yang menarik.
4. Batasi screen time (siaran televisi, gadget, game, dan sejenisnya).
Upayakan tidak mengenalkan gawai pada anak sebelum mengenalkan buku dan bahan bacaan. Akan lebih baik jika memperkenalkan gawai setelah anak sudah akrab dengan buku. Sepakati waktu screen time dengan anak-anak ketika mereka sudah bisa diajak untuk berdiskusi. Tepati, dan nikmati waktu yang cukup bersama anak.
Biarkan bocah memilih buku yang disukai, selama itu baik dan sudah discreening oleh orang tua |
5. Biarkan anak memilih dan membaca buku yang disukai.
Ketika usianya masih balita, orang tua bisa memilihkan buku-buku yang dinilai baik untuk anak disesuaikan dengan budget. Ketika mereka duduk di Sekolah Dasar, beri kesempataan untuk memilih buku yang mereka suka, namun tetap berikan masukan untuk menyepakati buku yang akan dipilih.
Si Sulung lebih menyukai buku-buku genre teknologi |
6. Tebarkan buku di seluruh sudut rumah atau buat perpustakaan di rumah.
Ini sebagai upaya untuk menciptakan suasana cinta buku dan gemar baca. Ajarkan juga anak-anak untuk merawat buku-buku. Tanamkan adab terhadap buku sebagai sumber ilmu. Tak perlu menyuruh anak-anak membaca karena cara itu tak pernah berhasil jika kita sebagai orang tua tidak menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membaca.
Tanpa disuruh, anak-anak akan membaca jika suasana dan sarananya mendukung. Jangan lupa orang tua untuk screening semua buku bacaan yang akan diberikan kepada anak, pilih bacaan yang bermutu.
7. Jadikan membaca sebagai rutinitas sehingga terbiasa.
Biasakan menyediakan waktu membaca setiap hari. Misalnya setengah jam sebelum tidur. Temani anak-anak ketika membaca atau bacakan cerita untuk mereka.
Terbiasa membaca buku sebelum tidur |
8. Ajak dan dampingi anak-anak ke perpustakaan offline maupun online, bazaar/pameran literasi, dan toko buku.
Biasakan meluangkan waktu khusus untuk ke perpustakaan atau ke toko buku. Buat jadi rutinitas bulanan. Bisa lebih sering jika bisa. Atau, ajak anak browsing buku secara online. Mulai perkenalkan e-book untuk anak yang lebih besar.
9. Berikan hadiah buku untuk ulang tahun, kenaikan kelas, atau prestasi lainnya.
Ini akan membuat anak-anak terbiasa menempatkan buku sebagai bentuk apresiasi yang tinggi.
10. Sediakan budget untuk membeli buku-buku berkualitas.
Kurangi jajan dan membeli barang yang kurang bermanfaat. Utamakan untuk membeli buku. Latih anak untuk menabung apabila ingin membeli buku yang harganya cukup mahal.
11. Ciptakan moment reading time yang hangat, perkenalkan dengan aplikasi membaca untuk anak yang lebih besar.
Ayah dan Ibu bisa mulai memperkenalkan aplikasi membaca seperti Let’s Read kepada anak-anak dan mendampingi mereka saat membaca dengan tetap memperhatikan batasan screen time. Tekankan pada anak-anak bahwa teknologi bisa kita kendalikan untuk berliterasi.
Aplikasi Let's Read |
12. Ajak dan dampingi anak untuk menceritakan dan menuliskan apa yang telah dibaca.
Apabila minat baca anak semakin baik, terbiasa membaca dan mulai terbentuk karakter literasinya, anak sudah mulai bisa dirangsang untuk bercerita dan menulis apa yang telah dibaca. Dampingi dengan sabar. Berikan apresiasi untuk usaha anak-anak dalam menjalani aktivitas ini.
Saya berharap tips yang disampaikan bisa menginspirasi dan dipraktikkan. Semoga saya jadi punya banyak teman seperjuangan untuk menyuburkan minat baca anak serta budaya membaca. Percayalah, para penulis ternama juga adalah para pembaca ulung. Siapa tahu, kelak anak-anak kita akan menjadi penulis buku bermutu yang dibaca oleh insan di seluruh dunia. Bangga kan…. Aamiin.
Membaca hanyalah satu dari sekian banyak kemampuan literasi. Mendengar, berbicara, menulis, dan berkomunikasi dengan berbagai bahasa, adalah bentuk literasi lainnya. Tanpa gemar membaca, literasi kita menjadi rendah. Karena itulah bangsa yang berliterasi tinggi dimulai dari kegemaran warga negaranya untuk membaca. Para orang tua punya peran untuk mewujudkannya melalui anak-anak tercinta.
Teringat selalu kata Gunawan Mohamad tentang membaca. Begini katanya: “Buku mengisi jam-jam kita yang kosong dengan percakapan yang mungkin tak akan pernah selesai, tapi membuat kita tahu: kita hanyalah penafsir tanda-tanda, di mana kebenaran menerakan jejaknya. Itu sebabnya kata pertama yang menakjubkan adalah :”BACALAH”.
sejak dini ay mbak, kalau anak2 sdh suka wah kita tinggal kasih sarananya
BalasHapusIya mba dan dimantain motivasinya anak anak juga
HapusKeren kak. Jadi ilmu sebelum nikah😊 semoga saya dan suami kelak bisa nerapin seperti hanya bunda.
BalasHapusSemoga semangat terus mba Ovi.....aamiin
Hapuskeren banget didikannya mbak anak-anak jadi pelahap buku ya..
BalasHapus