"Bu Opi, anaknya belajar coding di mana?"
Pertanyaan itu sering saya dapat dari para orang tua. Utamanya setelah si Sulung yang berusia 12 tahun masuk final dan meraih peringkat 3 bersejajar dengan orang dewasa dalam sebuah Web Programming Event of The Year yang digelar Komunitas Programmer WPU (Web Programming Unpas) besutan Sandhika Galih.
Sandhika Galih pastinya sudah tidak asing lagi di kalangan netizen penggemar web programming. Beliau adalah dosen tetap aktif di Program Studi Teknik Informatika Universitas Pasundan (UNPAS). Nama lengkap beliau R Sandhika Galih Amalga, menjadi ikon pembelajaran programming yang muda, fresh, akrab, dan menyenangkan. Biasa disapa Pak Dhika, berbekal Pendidikan S1 UNPAS dan S2 ITB, beliau meluaskan beragam tutorial pembelajaran melalui akun Youtube Web Programming UNPAS (WPU) dan komunitas WPU di platfom Discord.
Saya termasuk orang tua yang sangat berterima kasih kepada Pak Dhika. Karena beliaulah anak saya makin mantap menemukan semangat belajar coding dan web development secara mandiri. Tanpa dipaksa, murni bergerak dari mimpinya untuk menjadi pengendali teknologi di masa depan.
Melalui artikel ini saya tidak dalam posisi merekomendasikan website, channel, ataupun institusi tertentu yang harus dipilih untuk anak belajar coding. Hanya menyajikan pengalaman dan referensi saja. Saya lebih berniat untuk menggugah orang tua agar ikut mengulik benarkah sesungguhnya anak kita berminat pada dunia programming? Atau semata kita sebagai orang tua ingin mengarahkan anak pada bidang itu, sementara anak justru memiliki minat di bidang yang lain?...
Pasalnya, belakangan saya mengamati semakin banyak institusi sekolah coding yang mengiklankan les coding dengan biaya yang tidak sedikit kepada para orang tua. Orang tua pun berbondong-bondong mendaftarkan anaknya. Rela merogoh kocek belasan jutaan rupiah untuk itu. Tidak salah sih… Justru di sisi lain menunjukkan kesadaran betapa pentingnya mengekspos anak pada penguasaan teknologi sejak dini. Namun sekali lagi, jangan paksakan anak untuk les coding semata-mata karena gengsi.
Bagaimana memastikan minat anak bisa ditilik di artikel saya sebelumnya di artikel 5 Prinsip Merakit Kreativitas Anak di Masa Pandemi
Baca juga: 5 Prinsip Merakit Kreativitas Anak di Masa Pandemi
Namun, saya yakin menumbuhkan minat anak terhadap coding sangat perlu. Mereka kelak akan hidup di era serba komputer yang dikendalikan oleh bahasa pemrograman. Skill ini akan sangat bermanfaat buat mereka kelak. Dan kabar baiknya, coding bisa dipelajari secara gratis, seperti yang dilakukan anak saya. Pada tahapan belajar selanjutnya barulah kita akan bisa mempertimbangkan kapan butuh kursus berbayar dan kapan cukup cari yang gratis saja.
Kenapa Coding Direkomendasikan untuk Anak?...
Coding (sebagaimana dilansir berbagai situs coding) adalah kegiatan menerjemahkan persyaratan logika dari pseudocode (diagram alur) ke dalam suatu bahasa pemrograman, baik huruf, angka, dan simbol yang membentuk sebuah program. Program disini bisa disebut juga aplikasi atau software. Saat melakukan proses coding, kita harus mengikuti syntax (aturan bahasa pemrograman).
Dalam bahasa yang sederhana, coding adalah aktivitas yang dilakukan programmer untuk bisa melakukan komunikasi dengan komputer.
Orang yang memiliki kemampuan coding, biasa disebut sebagai programmer atau developer. Mereka bekerja dengan cara menyusun rentetan kode yang disebut dengan istilah bahasa pemrograman. Susunan kode-kode tersebut, kemudian dapat digunakan menjadi software dalam berbagai bentuk.
Selain meningkatkan kemampuan untuk menguasai bahasa pemrograman, coding juga bisa mengasah soft skills. Saat belajar coding, anak-anak bisa belajar menggunakan alogaritma dasar dan berpikir untuk menemukan serta memecahkan masalah (problem solving) secara kreatif. Ini juga memacu anak menjadi memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Kabar baiknya juga, selain mengasah logika, nalar, analisis, dan kreativitas, coding akan berdampak positif pada anak untuk lebih memahami implementasi Matematika. Ini berlaku untuk anak saya yang selalu mimpi buruk tentang pelajaran Matematika. Syukurlah.
Setidaknya, dari coding lah anak saya paham bahwa Matematika itu ada gunanya yang bisa dirasakan langsung olehnya.
Baca juga : Fun Coding: Berkreasi dengan Teknologi Informasi di Tengah Pandemi
Sejak Usia Berapa Anak Bisa Belajar Coding?
Sejauh pengetahuan saya, tidak ada batasan mutlak sejak usia berapa anak boleh belajar coding. Selama anak sudah bisa membaca dan menulis, bisa menggunakan laptop, dan memiliki minat, nampaknya anak sudah bisa diekspos belajar coding.
Anak sulung saya mulai belajar coding ketika berusia 7 tahun. Saat itu ia duduk di kelas 1 SD semester 2. Sekarang anak saya sudah berusia 12 tahun. Bagaimana ceritanya anak kelas 1 SD bisa tertarik belajar coding?... Sementara kedua orang tuanya termasuk yang tergopoh-gopoh dalam teknologi informasi karena gaptek.
Jadi begini….
Di kelas 1SD anak saya diperkenankan untuk mengikuti maksimal dua ekstrakurikuler di sekolah. Awalnya anak sulung saya hanya memilih biola dan choirs. Saya membelikannya biola bekas untuknya berlatih. Di semester dua, ia lalu minta kepada saya untuk pindah ekskul.
“Bu, tadi ada yang presentasi di sekolah tentang ekskul Coding. Aku mau ikut ya semester depan. Choirs nya ngga ikut deh ganti Coding, “katanya saat itu.
“Apa yang membuat Mas Dio tertarik ikut ekskul Coding?” tanyaku.
Ia tak bersegera menjawab. Cuma cengar-cengir sambil bergumam, hingga akhirnya berkata,” biar bisa maen game selain saat weekend dan juga bikin game hehehehe…. Boleh ya bu?”
Saya diam sejenak.
Saya memang tidak menggunakan siaran televisi di rumah dan membatasi screen time pada anak sejak usia dini. Anak-anak hanya diberi kesempatan main game di akhir pekan dengan kesepakatan semua tugas sudah selesai. Ooooh rupanya bocah sedang bersiasat supaya bisa berkencan dengan game lebih lama kalau ikut coding. Sebab, salah satu pelajaran coding di level dasar adalah membuat game dengan aplikasi Scratch.
“Ibu dan ayah pertimbangkan dulu ya,” jawabku menggantung. Si Sulung berharap sangat.
Saya dan suami menimbang-nimbang dari berbagai sisi. Satu pendorong yang akhirnya membuat kami memutuskan untuk membolehkannya adalah kisah yang saya baca tanpa sengaja. Saya membaca kisah sukses Arianna Huffington, yang awalnya ngeblog dan blognya “The Huffington Post” kini menjadi salah satu blog paling sukses di Amerika, cukup berpengaruh di dunia, bahkan mampu meraup dollar yang menakjubkan. Banyak kolumnis terkenal dan hebat menulis secara rutin di blog ini serta menjadikannya sebagai kanal pembentuk opini publik, tak hanya di Amerika.
Kata Ariana: “Learning to code is useful no matter what your career ambitions are.”
Saya pikir-pikir, benar juga kata Ariana. Walaupun kelak anak saya akan menjadi seorang programmer atau tidak, skill codingnya akan sangat bermanfaat untuk berkomunikasi dengan komputer.
Anak saya pun kami ijinkan belajar coding di Coding First yang berkolaborasi dengan pihak sekolah. Ia belajar coding setiap hari Jumat, satu jam saja, seusai jam pelajaran sekolah. Biayanya Rp 600.000,- untuk satu semester kala itu. Menggunakan laptop bekas ayahnya yang sudah cukup lemot, Sulung bersemangat belajar coding.
Sementara teman-temannya menggunakan laptop baru, ia tak peduli. Di rumah pada akhir pekan, dia berlatih dan mengerjakan project dengan sangat bersemangat. Selain belajar membuat game, bocah juga diajari membuat beberapa aplikasi sederhana seperti kalkulator dan kamus digital.
Belajar Coding Harus Jadi Programmer?
Jawabannya: TIDAK. Tidak harus jadi programmer. Sebagai skill tambahan pun nampaknya sah-sah saja. Mengingat, skill ini akan banyak dibutuhkan di masa yang akan datang untuk membantu menyelesaikan pekerjaan.
Anak saya justru malah tertarik untuk kelak menjadi programmer setelah belajar coding selama beberapa tahun. Semangatnya ditunjukkan dengan giat berlatih walau dengan laptop lemot dan butut bekas ayahnya.
Bertahun-tahun ia menabung uang yang didapat dari kakek, nenek, om, tante, bude, atau saudara saat ulang tahun, Lebaran, bahkan saat ia dikhitan. “Untuk beli laptop baru yang bagus buat coding,” katanya.
Ya, kami orang tuanya sebetulnya mampu saja langsung membelikannya laptop baru. Tapi kami memutuskan untuk memintanya menabung, sebagai edukasi dan penanaman karakter anak. Agar ia belajar berjuang. Untuk diingatnya sampai dewasa, rasa bangga menggunakan laptop yang dibeli dari uang sendiri.
Setelah 3 tahun lebih menabung, ia berhasil mengumpulkan uang sejumlah empat juta rupiah. Saya menambahnya hingga mencukupi untuk membeli sebuah laptop baru untuknya. Sejak itu ia semakin semangat belajar coding. Meskipun setiap kali ingin ikut lomba saya tidak bisa memfasilitasinya. Sedih juga. Menyesal juga karena saya dan suami yang bekerja di kantor tidak meluangkan waktu untuk mensupportnya. Lomba selalu di hari kerja, bertahap, serta lokasi lomba tidak memungkinkan anak untuk hadir sendiri.
Sampai datanglah pandemi Covid 19, yang membuat Coding First menghentikan kerjasama dengan pihak sekolah. Anak-anak pun sekolah dari rumah hanya untuk mata pelajaran saja. Semua ekskul dihentikan. Anak sulung saya mati gaya. Dari sanalah saya mulai turun tangan untuk membantunya menyediakan sarana belajar coding dari berbagai sumber.
Beberapa kali anak saya mengatakan kangen sekali dengan kelas offline coding bersama kakak pengajar dari CodingFirst. Guru pertama untuk bidang ilmu baru memang selalu berkesan.
Belajar Coding Secara Mandiri
Nah, pandemi membuat anak saya jadi belajar coding secara mandiri. Ia belajar dari situs di internet yang memuat free online course, tutorial di channel youtube, buku, dan komunitas programmer di platform Discord. Saat pandemi justru anak saya bisa ikut berbagai project secara online untuk menguji kemampuan.
Situs internet yang digunakannya pertama kali untuk belajar coding adalah https://sekolahkoding.com/. Buku pertama yang menggugahnya untuk semangat ngoding adalah buku digital berjudul “HADIAH UNTUK PROGRAMMER” karya Hilman Ramadhan, founder Sekolah Koding. Channel Youtube pertama tempatnya belajar coding adalah Web Programming Unpas (WPU). Komunitas Programmer pertama yang diikutinya di platform Discord adalah WPU. Semuanya serba free. Modal Wifi kenceng sih. Saya juga akan membahas tentang kelas berbayar yang diikuti anak saya beserta pertimbangannya.
Belajar Mandiri dari Situs Internet
Belajar mandiri sangat banyak keuntungannya. Selain waktunya bisa diatur sesuai kenyamanan sendiri, anak juga jadi punya kesempatan merambah banyak sumber belajar. Di sisi lain, ini cukup melelahkan bagi orang tua sebagai pendamping jika anak masih di bawah umur. Orang tua harus menyiapkan energi, waktu, dan empati lebih.
Saat ini banyak sekali situs internet yang menyediakan sarana belajar coding secara gratis. Bermodal Wifi kenceng, ini dia 26 situs belajar coding gratis yang bisa diubek-ubek sampai puas:
1. SekolahKoding
2. Code.org
3. Udemy
4. Free Code Camp
5. Codewars
6. W3Schools
7. BitDegree
8. Coursera
9. Code Academy
10. edX
11. Khan Academy
12. Dash General Assembly
13. Code Conquest
14. MIT Open C0urseware
15. The Odin Project
16. Hackcr.io
17. Bento.io
18. Code Avengers
19. Solo Learn
20. Google Android Training
21. Upskill
22. Plural Sight
23. Codeasy.net
24. Hack.pledge
25. aGupieWare
26. Edabit
Dari ke-26 situs tersebut, nomor 1 sd 6 (SekolahKoding, Code.org, Udemy, Free Code Camp, Codewars, dan W3Schools ) adalah deretan teratas yang digunakan anak saya untuk belajar coding. Banyak modul dan tutorial dasar gratis yang bisa dijadikan sumber belajar di sana. Meskipun, ada juga yang berbayar. Biasanya, untuk modul dan tutorial lanjutan, tidak gratis lagi melainkan berbayar.
Jika anak Anda benar-benar pemula, situs Code.org nampaknya yang paling direkomendasikan. Anak saya menjelaskan bahwa di situs itu, kita dimudahkan karena sudah ada blok-blok text coding sehingga tidak perlu mengetik sendiri. Sehingga, kemungkinan error karena salah ketik kode tidak akan terjadi. Perlu diketahui bahwa saat coding, kesalahan kurang titik atau koma saja bisa bikin error lho.
Anak saya hanya memilih modul yang gratis saja di keenam situs tersebut.
Belajar Mandiri dari Buku
Buku tentang Coding yang pertama dibaca anak saya adalah sebuah buku digital (e-book) berjudul “Hadiah Untuk Programmer” yang ditulis founder SekolahKoding Hilman Ramadhan. Buku tersebut memang bukan tentang bagaimana cara coding tetapi lebih pada kisah pengalaman dan inspirasi dari Hilman sebagai seorang Programmer.
Dari sanalah semangat anak saya untuk terus belajar coding semakin terpupuk. Teman-teman bisa membaca buku tersebut dengan terlebih dahulu mengunduhnya di link berikut :
https://bit.ly/HadiahUntukProgrammer.
Bukunya sangat inspiratif, mengisahkan perjalanan belajar Hilman di Jerman hingga berkarya dari sana. Termasuk, mentalitas pembelajar yang ditularkan Hilman, sangat bagus untuk anak-anak yang sedang meyakini minat dan jati diri.
Buku Coding yang digunakan anak saya untuk belajar secara mandiri adalah ini :
1. Buku Sakti HTML, CSS, dan Javascript: Pemrograman Web itu Gampang (harga Rp 60.000,-, beli di Tokopedia )
2. Pemrograman Javascript (harga Rp 100.000,- beli di Tokopedia juga )
3. Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar (Harga Rp 135.000,- beli di Tokopedia lagi )
Saya hanya mengikuti anak saya saja tentang buku yang dibutuhkannya. Karena soal buku, tergantung anak kita sudah ada di level mana dan butuh penjabaran yang mana. Biasanya anak akan butuh setelah mengikuti tutorial yang ada di online course.
Belajar Mandiri dari Channel Youtube
Inilah sumber belajar yang paling disukai anak saya. Tutorial coding dari channel Youtube Sandhika Galih yaitu Web Programming UNPAS dan Dev Ed adalah channel favoritnya yang tak pernah dilewatkan.
Kenapa? Karena pembahasannya jelas dan lengkap, sesuai dengan apa yang ia butuhkan. Beberapa channel lain, (tidak saya sebutkan) menurut anak saya kadang membingungkan karena tidak dijelaskan kenapa bisa seperti itu, tahu tahu begitu saja, katanya. Sedangkan channel Sandhika Galih bahkan membahas dari mulai filosofinya. Sehingga jadi paham kenapa digunakan A dan bukan B. Gitu. Selain itu, Sandhika Galih juga sangat inspiratif komunikatif dengan livestreaming yang menampilkan tamu, membahas project yang mngikutsertakan anggota komunitas programmer, dan menyelenggarakan event programming.
Sementara Dev Ed, menjadi favoritnya karena menurut anak saya Dev Ed sangat keren dan up to date. Ia khusus mengusung tema kreatif dalam pemrograman yang ditampilkannya. Saat ini anak saya sedang mengikuti kelas berbayar Creatif Javascript dari Dev Ed. Kelas diikutinya setelah selesai pelajaran sekolah.
Belajar Mandiri dari Komunitas
Masuk ke dalam komunitas programmer adalah salah satu cara untuk bisa terus belajar tanpa henti. Anak saya memberanikan diri masuk ke komunitas WPU yang dibesut Sandhika Galih di platform Discord. Discord adalah sebuah platform yang mirip dengan media sosial sperti Telegram atau WA, namun pada awalnya ini digunakan para gamers. Namun saat ini Discord sudah menjadi platform bagi berbagai profesi untuk membangun komunitasnya.
Tak pandang umur, siapa saja bisa belajar. Saling bertanya dan menjawab jika ada kesulitan dalam coding. Setiap anggota bisa berkontribusi. Di sini anak saya belajar etika dalam berkomunikasi di dunia maya.
Kapan Perlu Ikut Kelas Coding Berbayar?
Sebetulnya ini sangat relatif. Jika kasusnya seperti anak saya yang pada awalnya ikut kursus offline berbayar murah meriah lalu harus off karena pandemi, maka pilihannya tergantung apakah modul yang ingin dipelajari bisa tersedia secara free atau tidak.
Namun, jika anak baru mau mulai belajar coding, tampaknya memang sebaiknya ambil course berbayar dari lembaga yang terpercaya.
Ini beberapa alternatif kursus coding online berbayar:
KodingNext (https://kodingnext.com/)
Jl. Trembesi blok d no 4 Bandar Baru Jakarta Utara
The Mansion Bougenville Retail No 9D-9H
Nort Jakarta, DKI Jakarta 11410, ID
Biaya berkisar mulai Rp 6 juta sd Rp 8 juta per modul - tergantung jenis modul. 1 modul untuk 6 bulan (20 kali pertemuan @1,5 jam)
Anak saya pernah mengikuti trial classnya untuk modul Phyton. Namun karena ia sedang dalam tahapan belajar Javascript untuk Web Development maka ia mengatakan pada saya tidak mau ikut modul Phyton. Sementara modul WebDev saat itu belum dibuka di KodingNext. Menurut pengalaman kami melalui trial class, cukup mengesankan. Layanan CS nya juga ramah, responsif dan informatif. Mereka juga memberikan diskon serta promo untuk saat tertentu.
BrightCHAMPS (https://www.brightchamps.com/)
USA Headquarter: 2100 Geng Road, Suite 210, Palo Alto, California, 94303, USA
Call us at +91 80-471-91727 Email : support@brightchamps.com
Asian region Headquarter: Level 9 Raheja Towers, 26-27 Mahatma Gandhi Road, Bangalore, Karnataka, 560 001, India
Biaya berkisar mulai Rp 5,7 juta sd Rp 22 juta tergantung level.
Kami baru diundang via email untuk mengikuti trial classnya, namun anak saya tidak tertarik. Ia lebih suka belajar lanjut dari Youtube dan buku serta ikut kelas berbayar Dev Ed yang jauh lebih fleksibel dan terjangkau (sekitar 50 $ USA untuk satu course).
CODY’S APP ACADEMY www.codyappacademy.com
Bintaro Entertainment Center
Jl. Rasuna Said kav. B7/A5-08, Sektor 7 CBD Bintaro Jaya
Telp. 082213900250
CODING INDONESIA (www.codingcamp.id)
Lantai 2 Plaza Kemang 88
Jl. Kemang Raya, Mampang Prapatan, Jakarta
Facebook: Coding Indonesia
CLEVIO CODER CAMP (www.clevio.co)
Bukit Golf Cibubur, Riverside 1
Blok A7/25 Gunung Putri, Jawa Barat
Telp. 08121260444
Untuk tiga yang di atas itu kami belum mencoba trial classnya.
Tambahan Tips dari Dio
Anak saya mengatakan pada saya bahwa untuk belajar coding, ada bagusnya sudah lancar mengetik. Baginya lancar mengetik tanpa melihat tuts keyboard sangat membantu ketika coding. Karena itu, ia terlebih dulu belajar mengetik secara online di situs internet.
Berikut situs yang dikunjungi Dio untuk belajar ngetik : https://typing.com.
Dan ini beberapa situs yang digunakannya untuk latihan mengetik hingga lancar 64 WPM (Word per Minute) :
https://10fastfingers.com/typing-test/english
https://monkeytype.com/
https://new.typing.works/
https://typing.works/
The Last but not The Least : Bentuk Support Orang Tua
Ada satu hal penting yang ingin saya sampaikan tentang bentuk support orang tua kepada anak yang belajar coding secara mandiri. Support kita bukan hanya berupa kata-kata ,” Saya dukung.” Lebih dari itu. Ini dia bentuk support nyata yang niscaya membuat anak semakin semangat dan yakin akan langkah belajarnya :
1. Ikut terjun sejak awal. Mulai dari membuatkan email atas nama anak yang passwordnya diketahui bersama oleh orang tua dan anak. Fungsi email adalah untuk membuat akun pada situs-sitius belajar yang akan dikunjungi. Dengan diketahui bersama, orang tua bisa terinfo dan menerima notifikasi email yang masuk dan kemajuan belajar anak. Begitu pula saat membeli course berbayar di internet, sebaiknya gunakan email orang tua sebagai pembeli.2. Dampingi penuh. Pantau sejauh mana kemajuan anak dalam menyelesaikan satu modul. Cek apakah dia mengalami kesulitan. Tanyakan tapi jangan terlalu sering. Biasanya anak bisa menyelesaikan masalahnya, tapi merasa diperhatikan orang tua akan membuatnya lebih yakin.3. Ikut terlibat pada saat-saat tertentu, terutama saat anak butuh dukungan. Misalnya saat ia sampai di akhir modul dan harus membuat project. Sementara banyak tugas sekolah. Perhatikan makan dan istirahatnya. Kadang coding membuat anak lupa waktu.4. Berikan pemahaman tentang internet safety. Semua aktivitas anak di dunia maya wajib dalam pantauan orang tua. Jangan dilepas saja.
Pada akhirnya, sebagai orang tua kita hanya membuka jalan bagi anak untuk menjadi pembelajar yang tangguh. Anak-anak kita sendirilah yang akan menjalani dan memetik hasilnya kelak. Tak perlu memaksakan apapun pada mereka. Karena tugas kita sebagai orang tua adalah membuat anak mampu menemukan dan menampilkan sisi terbaiknya, untuk kebermanfaatan diri dan lingkungannya.
Learning to write programs stretches your mind, and helps you think better, creates a way of thinking about things that I think is helpful in all domains”, begitu kata Bill Gates , Co-Founder Microsoft.
Selamat mendampingi anak-anak belajar coding, semoga sukses dan tetap semangat !!! (Opi)
Wah, jaman sekarang sarana dan prasarana anak untuk belajar banyak hal udah pada keren-keren ya! Saya baru tahu juga ternyata dari usia 7 tahun anak sudah bisa belajar coding, bisa menginspirasi saya ke depannya nanti, hehe
BalasHapusmakasih infonya, wah ini bikin anak2 menguasai dengan mudah
BalasHapusMasya Allah putranya pintar sekali mbak...semoga bisa menginspirasi anak-anak lain untuk selalu belajar dan mengisi waktunya dengan hal bermanfaat...ternyata belajar coding sangat bermanfaat dan bisa diajarkan sedini mungkin ya...padahal ilmu seperti itu kan tingkat kesulitannya cukup tinggi...tapi mungkin bagi anak-anak yang pikirannya masih fresh, malah bisa cepat menguasai ilmu coding ini
BalasHapusWah hebat mas dio udah bisa suka dan paham dengan bahasa pemrograman yang rumit di usia yang sangat muda. Semoga sukses ya mba buat Dio
BalasHapusKeren anaknya, Bunda... dia sudah tahu minatnya dimana dan mau menekuninya. Salut deh, coding ini sulit namun anaknya tetap telaten.
BalasHapusMasya Allah, kakak keren banget mbak Opi, jadi awalnya kursus dulu ya sebagai dasar dan selanjutnya belajar mandiri via internet..
BalasHapusPengen kalau anakku Aldebaran belajar begini mbak bagus banget mengasah kreativitas ya.. semoga ada yang dekat sini kursusnya..coba belajar via internet bisa ya..
BalasHapusTapi betulan deh aku juga suka belajar coding gini. Soalnya memang melatih problem solving walaupun mumet.
BalasHapusFyi, di youtube ada channel code.org itu didanai sama Bill Gates untuk orang2 yg mau belajar coding, gratissss. Aku suka nonton itu, bisa juga lewat game UBISOFT nama gamenya aku lupa~
Wah..hebat banget anaknya bun... mungkin kalau anakku gede tertarik coding akan aku kasih option2 belajar di atas, makasih ya bun..
BalasHapuswaahh keren banget itu untuk bisa belajar coding.. apalagi masih diusia yang belia dan sudah pernah ikutan lomba!
BalasHapusMemasuki dunia yang sudah mulai digital, penting banget untuk generasi muda dalam mengenal dunia digital, apalagi coding se dini mungkin.
Salut deh buat anaknyaa dan ibunya yang perhatian ini hehe
mbaaakk, makasih banyak udah sharing iniii. aku aja yg udah bukan anak2 pengen banget belajar coding buat ngutak-atik blog, biasanya cuma modal googling, ehh baca artikel ini malah dapet rekomendasi tempat belajar coding gratisss. makasyiiiii 😃😃😃🙏
BalasHapusWah keren banget Bu, aku jadi insecure, harus semangat lagi untuk belajar ini gak mau kalah juga saya hahahha
BalasHapusWah, hebat kak, lengkap sekali.informasinya, memang penting belajar koding jamam now, biar tidak ktinggalan jaman
BalasHapusSaya setuju belajar coding usia dini, karena semua berbasis internet dan bahasa pemrogaman harus dikuasai
BalasHapusBener nih mbak belajar coding ga melulu yg jalurnya pengen jd programmer. Akupun sempet kepincut pengen belajar saat anakku ikut free trial di brightcamp bbrp waktu lalu. Btw thanks sharing nya
BalasHapusAku yakin banget anak-anak cepat banget pasti ya mb memahami dunia coding ini karena katanya otaknya masih belum banyak urusan yang rumit-rumit. Jadi penasaran bagaimana anakku kalau dikenalin belajar coding apakah dia bakalan suka ya hihi
BalasHapusMantab mbak semoga rencana anaku bisa sehebat kak Dio he he he
BalasHapusTerima kasih sharingnya bunda
BalasHapusTerima kasih sharing nya bu🙏🙏 berguna sekali
BalasHapusWah pas bener baca ini. Anakku juga suka eskul koding di sekolahnya.
BalasHapusTerima kasih banyak mba. Komplitt banget penjelasannya
BalasHapus