MAKAN SAGU BISA KONTROL BERAT BADAN?

BISA. 

Pasti langsung kebayang makan Cilok (Aci Dicolok), Cireng (Aci Digoreng), dan Ciku (Aci Dikuahin) deh ya. Penggemar makanan dari sagu ini bisa langsung protes, “Kok saya makan Cilok tiap hari malah jadi tambah gemuk?” 


Yang benar nih, masa makan sagu bisa bikin berat badan terkontrol? 


Eiits, tunggu dulu.  Paham dong pastinya bahwa Cilok, Cireng, dan kawan-kawannya itu memang terbuat dari bahan dasar sagu (dikombinasi dengan tapioka dan terigu). Tapi, cek lagi “pendamping” nya.  Cilok walau dikukus, tapi disantap bersama sambal kacang yang kacangnya digoreng menggunakan minyak.  Cireng, juga berselimutkan minyak bekas menggorengnya.  Ciku?  Kuahnya sudah pasti mengandung bumbu yang berminyak. Nah, jadi “pendampingnya” inilah yang menyumbang lemak ke tubuh kita.  Sementara sagunya sih aman-aman saja. 


Jadi, makan sagu yang bagaimana nih yang bisa mengontrol berat badan?  


Ini jawabannya.  Mengkonsumsi nasi analog dari sagu campur tepung beras merah sebagai pengganti makan siang, terbukti bisa menurunkan berat badan. Selain menurunkan berat badan, juga mengurangi Indeks Masa Tubuh (IMT), dan mengurangi lemak visceral (lemak di rongga perut). Minimal, konsumsi dilakukan konsisten selama satu bulan untuk mendapatkan impaknya.  


Hal di atas sudah dibuktikan dalam penelitian lho.   Hasil penelitiannya dilaporkan dalam artikel ilmiah berjudul “Pengaruh Konsumsi Beras Sagu terhadap Perubahan Parameter Antopometri pada Relawan Sehat”, yang dimuat di Jurnal Pangan (diakses online melalui jurnalpangan.com) Volume 29 No.2 bulan Agustus 2020. Penelitian dilakukan oleh Bambang Hariyanto, Galih Kusuma Aji, Hardaning Pranamuda, dan Alit Pangestu.  Mereka adalah para peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Universitas Sahid Jakarta.



Penelitian mereka terhadap relawan sehat berusia 25 sd 60 tahun, menunjukkan bahwa beras sagu dapat menjadi alternatif sebagai pendamping beras sebagai makanan pokok. Dampak mengkonsumsi beras sagu ini adalah menurunkan beberapa parameter antropometri seperti berat badan, indeks masa tubuh, dan persentase lemak viseral. Mengonsumsi beras sagu secara teratur selama satu bulan dapat memberikan efek kesehatan terutama untuk penurunan berat badan. 


Bagaimana penelitian tentang makan sagu ini dilakukan?  Caranya sederhana, yaitu memberikan nasi sagu untuk makan siang pengganti nasi putih kepada 68 orang relawan selama empat minggu. Lalu, dilakukan pengamatan berat badan, IMT, persen lemak tubuh dan viseral. Setelah empat minggu, hasil penelitian menunjukkan bahwa beras sagu yang dikonsumsi minimal 1x per hari sebagai makanan pokok mampu menurunkan secara signifikan parameter antropometri seperti berat badan (berkurang 0,39 kg), IMT ( berkurang 0,18 kg/m2) dan lemak viseral (berkurang 0,20 persen).



Para peneliti terdorong meneliti tentang efek konsumsi sagu ini karena tergerak melihat keberlimpahan produksi sagu di Indonesia.   Ini sangat potensial untuk dijadikan alternatif makanan sehat.  Terutama, makanan yang bisa membantu menjaga berat badan tanpa kehilangan asupan gizi yang dibutuhkan. Mereka pun mencoba meracik sagu dengan tepung beras menjadi nasi sagu sebagai menu utama pengganti nasi dari beras. Nasi sagu ini biasa disebut sebagai beras analog.  Beras analog bisa dibentuk dari berbagai bahan seperti jagung, singkong, dan lainnya.  


Produksi beras analog untuk menghasilkan nasi sagu dilakukan di Pusat Teknologi Agroindustri (PTA), Serpong, Tangerang Selatan dengan mencampur pati sagu (70%) dan tepung beras merah (30%). Formula beras analog sagu dan preparasinya mengacu pada pada Paten yang sudah didaftarkan oleh PTA.


Apa saja sih nilai gizi yang terkandung dalam nasi sagu?  Berikut rinciannya dalam tabel.


Tabel.1 informasi Nilai Gizi Beras Sagu (per 100 gram)

Zat Gizi

Jumlah

Satuan

Energi

380

Kkal

Serat Pangan

6,86

gram

Indeks Glikemik

55,5

 

Pati tahan cerna

11,18

gram

Kadar Lemak

2,14

gram

Kadar Protein

3,16

gram

Karbohidrat

87,06

gram

Ca

15,36

mg

Na

34,86

mg

Fe

1,43

mg

P

78,20

mg


Bagaimana Konsumsi Sagu bisa Mengontrol Berat Badan?


Ini penjelasannya.  Pati tidak tercerna memiliki sifat fungsional yang sama dengan serat di dalam tubuh manusia. Mekanisme serat dalam menurunkan berat terjadi secara bertahap.  Pertama, adalah dengan cara mengurangi kadar insulin post-prandial.  Kedua, meningkatkan pelepasan hormone kenyang di usus.  Ketiga, meningkatkan oksidasi lemak.  Keempat, menurunkan penyimpanan lemak di sel adiposit, serta menjaga massa tubuh. 


Sebagai informasi tambahan, menurut penelitian, makanan yang banyak mengandung pati tidak tercerna akan memberikan efek kekenyangan yang lebih lama pada responden sehat dibandingkan dengan makanan rendah pati tidak tercerna. Sebab itulah beras analog dibuat dengan presentasi sagu lebih besar (70%) daripada tepung beras merahnya (30%).  Ini untuk memaksimalkan kandungan pati tidak tercerna. Sementara tepung beras merah untuk mendongkrak nilai gizi lainnya.


Karena itu, tak perlu kuatir kekurangan energi dan zat gizi lainnya bila satu kali makan siang diganti nasinya dengan nasi sagu ini.  Nah, apakah tertarik untuk mengkonsumsi nasi sagu dari beras analog untuk mengontrol berat badan kita?  Meski sudah terbukti mampu mengontrol berat badan, jalan panjang diversifikasi pangan sehat memang masih terbentang di hadapan.  Ini menyangkut budaya makan masyarakat, dan level kepedulian para pemilik modal untuk memproduksi beras analog dalam skala besar. Nampaknya jalan ke arah sana masih akan sangat panjang. 


Meski sudah mencoba makan bergizi tinggi serat, jangan lupa tetap berolahraga dan cukup beristirahat ya.  Supaya pola makan sehat yang diterapkan juga seiring dengan pola aktivitas harian kita. Sekali-sekali melahap Cilok atau Cireng masih boleh kok!  Sehat selalu dan tetap semangat !  (Opi) 


Sumber foto:  pexels.com 

Tidak ada komentar

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.