Mata minus 5 yang ditunggangi kacamata tebal ini menyapu pandangan ke seisi hypermarket. Saya sedang kumat nih, pulang kerja ngelayap mampir ke sebuah mall yang di dalamnya ada tempat belanja kebutuhan rumah tangga.
Begitulah saya kalau sedang dihampiri jenuh. Pekerjaan sebagai karyawati yang berulang mengerjakan itu lagi-itu lagi setiap hari, mengundang jenuh datang. Salah satu pengalihan saya ya pulang kantor mampir ke mall, cuci mata lihat pemandangan beda. Hahaha….
Biasanya saya akan mengelilingi mall sampai lelah. Memanjakan mata dengan barang-barang bagus, yang saya rekam di otak untuk dijadikan referensi. Pulang kadang menenteng lingerie yang model/warnanya saya belum punya, atau makanan kesukaan buat anak-anak di rumah. Itu aja seringnya.
Kadang saya dapat inspirasi untuk tulisan dari hasil mengamati orang-orang di mall. Mulai dari pakaiannya, model rambutnya, tingkahnya, dan sebagainya. Termasuk, rasa ingin tahu saya mengapa saat pandemi ini mall juga tetap ramai dikunjungi. Apakah banyak orang jenuh seperti saya?...
Ooh rupanya bukan semata-mata karena banyak orang jenuh sih. Situasi pandemi yang mungkin dinilai relatif terkendali oleh masyarakat dan kebutuhan ekonomi membuat pusat-pusat perbelanjaan tetap mendapat tempat di hati pengunjung belanja offline.
Kebutuhan dapur seperti sayuran dan buah-buahan serta produk dairy seperti susu dan keju olahan sepertinya masih menarik ibu-ibu secara offline, meskipun juga bisa dibeli secara online.
Mata saya yang meniti dari sudut ke sudut hypermarket menemukan pemandangan yang nyaris sama seperti sebelum pandemi dulu. Para ibu, bisa bermenit-menit berada di depan rak sambil memegang produk keju olahan yang akan dibeli. Memilih, membaca label berkali-kali, membandingkan harga dan merk sampai puas. Endingnya, bisa dua: produk masuk ke keranjang belanjaan, atau kembali diletakkan di rak.
Saya tersenyum.
Pemandangan ini tidak hanya sering saya jumpai di hypermarket. Di supermarket kecil depan komplek rumah pun demikian adanya. Pasalnya, di supermarket kecil pun merk keju olahan yang dipajang cukup beragam.
Pemandangan seperti ini sering saya amati: Ibu muda menggendong bayi, berdiri di depan rak keju olahan, bisa sekian menit memilih di sana. Membaca label produknya dengan seksama, membandingkannya dengan merk lain. Bayi yang digendongnya sampai bosan, merengek-rengek minta pindah. Sang ibu belum akan beranjak dan memilih untuk tetap di depan rak sambil membujuk sang bocah.
Kali lain saya melihat ibu dengan anak-anak yang lebih besar, tak lagi digendong. Ketika sang ibu agak lama memilih keju olahan, anak-anaknya sudah berkreasi dengan memasukkan berbagai barang belanjaan ke keranjang.
Olala, Saya pun tersenyum simpul, ketika sang ibu menyadari polah anak-anaknya. Serta merta ia menyuruh anak-anak mengembalikannya ke rak. “Masing-masing ambil satu saja!” katanya, sambil melanjutkan aktivitasnya meneliti label, harga, dan merk.
Kejadian-kejadian ini menginspirasi saya untuk melakukan survei kecil-kecilan kepada para ibu. Saya ingin mendapat gambaran seberapa penting sih aktivitas meneliti label pada produk keju olahan bagi para ibu? Apakah merk dan harga juga penting?
Survei Sederhana Mengetahui Kebiasaan Ibu Membaca Label Pangan pada Produk Keju Olahan
Survei saya lakukan secara online kepada 24 responden yang kesemuanya adalah para ibu rekan kerja saya di kantor dan para tetangga di lingkungan kompleks perumahan tempat saya tinggal.
Mayoritas responden berprofesi sebagai pekerja ranah publik /karyawati (58,3%). Sedangkan 25% nya ibu rumah tangga (sektor domestik), dan 16,7% adalah wirausahawati.
Ini cukup relevan dengan pengamatan saya bahwasanya saat pandemi, para ibu garis keras offline shopping untuk produk fresh dairy tetap ada aja ya. Nampaknya para ibu merasa cukup aman berbelanja offline di hypermarket ataupun supermarket.
Selebihnya, 16,7% responden memandang merk lebih penting untuk dipertimbangkan lebih dulu karena merk ternama yang sudah direkomendasikan banyak orang dianggap pasti bagus, tidak perlu memperhatikan label pangannya lagi.
Ada 6 merk keju olahan lain yang disebutkan para responden selain Kraft. Keenam merek ini juga pernah dikonsumsi oleh responden.
Responden yang mengonsumsi pangan olahan keju tanpa merk biasanya karena keju tanpa merk tersebut sudah menjadi campuran sebagai isian dalam makanan yang dibeli. Sebagian memang memilihnya karena membuat keju sendiri secara natural atau organik secara terbatas. Biasanya dari produk jualan homemade milik teman/kerabat.
Responden yang memilih untuk tidak mengonsumsi keju tanpa merk adalah karena tidak yakin terhadap kandungan dan cara pengolahannya. Juga, karena merk menurut responden merupakan jaminan after sales dari sebuah produk. Tidak mengonsumsi keju tanpa merk juga dianggap sebagai bentuk kewaspadaan dalam konsumsi pangan.
Walaupun dengan jumlah responden yang terbatas, yaitu hanya 24 orang, tapi setidaknya cukup menjelaskan pada saya tentang hubungannya dengan pemandangan para ibu meneliti label pangan, merk, dan harga yang sering saya jumpai di hypermarket. Rupanya memang kesadaran membaca label pangan sudah mulai meluas di kalangan para ibu.
Berdasarkan hasil survei ini, saya bisa memahami mengapa 83% responden memandang label pangan lebih penting untuk diperhatikan lebih dulu, apapun merknya. Ini terkait dengan tingkat pendidikan mayoritas adalah S1 (62,5%) dan S2 (25%). Dengan latar belakang pendidikan ini, para ibu memandang penting untuk meneliti label pangan pada produk keju olahan terlebih dahulu sebelum memutuskan membelinya.
Berdasarkan survei tersebut, empat hal yang diperhatikan responden saat memilih produk keju olahan adalah hal berikut berdasarkan prioritas :
1. Label pangan (33,3%)
2. Kehalalan (29,2%)
3. Merk (25%)
4. Harga (8,3%)
5. Kondisi keamanan kemasan (4,2%)
Menurut saya, ini kabar baik. Artinya kepedulian untuk memperhatikan dan membaca label pangan pada produk keju olahan di kalangan rekan-rekan saya sudah cukup baik.
Ini dasar yang bagus untuk menumbuhkan kesadaran berikutnya, yaitu memahami label pangan sebagai acuan dalam memilih produk keju olahan berkualitas. Oh ya dalam hal ini yang akan kita fokuskan adalah produk keju cheddar olahan.
Bukankah para ibu cukup bingung menentukan keju cheddar olahan yang berkualitas untuk dipilih? Beragam merk di pasaran adalah salah satu sebabnya bukan?
Ada Apa dengan Keju Cheddar? Populer Untuk Mencukupi Kebutuhan Kalsium Harian
Keju cheddar pastinya sudah tidak asing lagi di jagad dapur para ibu. Keju jenis ini adalah pilihan paling relevan untuk berbagai jenis hidangan bergizi bagi keluarga. Baik digunakan sebagai bahan inti, maupun campuran atau pelengkap.
Sesuai dengan namanya, keju cheddar berasal dari Desa Cheddar di Somerset, Inggris. Keju jenis ini tergolong keju yang paling populer di Britannia Raya, karena konon menguasai lebih dari separuh pangsa pasar keju di sana. Di Indonesia, keju cheddar merupakan salah satu jenis keju yang paling umum dijumpai sebagai bahan baku hidangan.
Keju cheddar bertekstur relatif keras, berwarna kuning pucat hingga putih gading. Rasanya cenderung kuat, dan manfaatnya sebagai sumber kalsium harian diketahui berada di urutan kedua setelah keju parmesan.
Kebutuhan normal harian Kalsium bagi kita sangat ditentukan oleh usia dan jenis kelamin. Usia dewasa (19-50 tahun) umumnya membutuhkan Kalsium harian hingga 1.000 mg, termasuk ibu hamil dan menyusui. Sedangkan anak-anak berkebutuhan sekitar 1.300 mg Kalsium per hari.
Manfaat Kalsium bagi tubuh sangat vital yaitu membangun kesehatan tulang dan gigi. Kalsium juga membantu pembuluh darah mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Dalam fungsi fisiologi, Kalsium membantu pelepasan hormon dan enzim yang memengaruhi hampir setiap fungsi dalam tubuh manusia. Terbayang kan apabila kebutuhan Kalsium kita tidak tercukupi? Fungsi-fungsi tubuh pun akan banyak terganggu.
Susu, sumber Kalsium utama |
Sumber Kalisum yang paling mudah diserap tubuh adalah susu. Secangkir susu sapi digadang-gadang mengandung 276-352 mg Kalsium. Selain susu, sumber Kalsium lainnya adalah keju, yogurt, telur, brokoli dan bayam.
Brokoli, sumber Kalsium dari bahan nabati |
Penelitian dari National Library of Medicine menunjukkan bahwa produk olahan susu kaya Kalsium, salah satunya keju cheddar terbukti dapat meningkatkan kepadatan tulang anak. Selain itu, keju cheddar juga bisa berperan sebagai sumber energi yang tinggi kalori agar anak-anak bisa terus bergerak dan tidak mudah merasa lelah.
Saya sendiri lebih sering menggunakan keju cheddar dibandingkan jenis lain, karena praktis bisa diparut di atas berbagai hidangan mulai dari pisang panggang, kue, isian roti, dan bahkan dimakan begitu saja oleh si bungsu. Kebanyakan ibu juga mungkin seperti saya.
Bahkan ketika anak-anak masih bayi dulu, saya menggunakan keju cheddar sebagai pemberi rasa asin gurih pada MPASI. Tak heran ya, keju jenis ini sangat popular di kalangan keluarga Indonesia dan menjadi pilihan banyak ibu.
Keju Cheddar Natural dan Olahan
Kita bisa membedakan keju cheddar menjadi dua yaitu yang natural (natural cheese) dan olahan (processed cheese).
Keju cheddar natural dibuat dari susu hewan (bisa sapi, kambing, atau lainnya) melalui proses alami setidaknya selama 60 hari, hingga ada yang paling lama 3 tahun. Bahan dasar pembuatnya adalah susu segar, garam, kultur, dan enzim.
Keju cheddar natural tidak tahan lama karena tanpa pengawet. Rasanya tidak terlalu asin. Penyimpanannya di suhu dingin agar bisa lebih tahan lama. Teksturnya lebih rapuh dan kusam. Begitu pula penampakan warnanya, kusam dan tidak berkilau. Cita rasanya berbeda-beda tergantung dari lamanya waktu proses. Ada yang hambar (earthy), nutty (seperti kacang), dan fruity (menyerupai rasa buah).
Sedangkan keju cheddar olahan terbuat dari susu hewani yang ditambah beberapa bahan yaitu pengemulsi, padatan susu, pengatur keasaman dan pengawet. Bahan tambahan tersebut ditambahkan untuk mempermudah dan mempercepat proses pembuatan keju.
Penambahan garam pada keju cheddar olahan jumlahnya bisa dua kali lipat dibandingkan pada pembuatan keju cheddar natural. Sehingga, keju cheddar olahan rasanya relatif lebih asin daripada keju cheddar natural.
Cita rasa keju cheddar olahan hanya rasa milky-asin saja. Tekturnya relatif elastis, kenyal, dan lebih berkilau/licin dibandingkan keju cheddar natural. Keju cheddar olahan dalam kemasan rapat bisa disimpan pada suhu ruang, tidak perlu di kulkas (suhu dingin).
Karena mengandung pengemulsi, keju cheddar olahan jadi lebih awet dan berumur panjang dibanding keju cheddar natural. Pengemulsi menyebabkan kandungan lemak, whey, dan bahan tambahan lainnya menyatu, bahkan ketika dilelehkan. Sementara keju cheddar natural karena tidak mengandung pengemulsi akan lebih mudah terpisah, lebih mudah basi, dan wujudnya tetap sama seperti ketika dibuat.
Kita memiliki pertimbangan dalam mengkonsumsi keju cheddar, apakah menggunakan keju natural atau keju olahan.
Keju natural mungkin lebih sulit diperoleh dibandingkan keju olahan berbagai merk yang banyak tersedia di pasaran. Selain itu, keju natural tentunya juga harganya relatif lebih mahal. Itulah sebabnya, keju cheddar olahan menjadi pilihan yang paling relevan bagi para ibu di Indonesia, termasuk saya.
Memilih keju cheddar olahan yang berkualitas juga perlu cermat. Banyaknya merk keju cheddar olahan di pasaran sudah pasti membuat para ibu bingung kan? Nah, bagaimana cara mudah untuk memilih keju cheddar berkualitas bagi keluarga?
Jawabannya ada di Kampanye #KejuAsliCheck. Para ibu wajib tahu. Kampanye #KejuAsliCheck yang digagas Keju Kraft dari Mondelez Indonesia, mengajak para ibu untuk lebih pintar dalam memilih keju cheddar dengan komposisi bahan yang tepat dan berkualitas.
Mungkin banyak para ibu yang belum tahu, bahwa tidak semua keju cheddar di pasaran menggunakan keju cheddar sebagai bahan baku utama. Kalau kita perhatikan label pangan pada kemasan keju cheddar olahan, maka kita bisa saja menjumpai urutan pertama bahan yang disebut bukanlah keju. Nah, ini dia yang harus dicermati.
Cara Memilih Keju Cheddar Olahan Berkualitas via Kampanye #KejuAsliCheck
Menentukan keju cheddar olahan yang berkualitas dapat diterapkan dengan dua cara mudah, yaitu :
1. Memastikan keju pada urutan pertama komposisi (bukan air atau tepung)
2. Memastikan tercantum klaim nutrisi pada kemasan
1. Memastikan keju pada urutan pertama komposisi (bukan air atau tepung)
Apabila di label pangan terlihat bahwa yang disebut pertama bukanlah keju cheddar, maka bisa dipastikan keju olahan tersebut kurang berkualitas, tidak asli, alias kaleng-kaleng ya. Sebab, yang namanya produk keju maka bahan utamanya harus keju, bukan air atau tepung. Air dan tepung selayaknya hanya merupakan bahan campuran yang jumlahnya minimal. Itulah pentingnya mencermati label pangan agar terdeteksi #kejuaslicheck.
Pastikan kita menjumpai label kemasan produk yang sesuai dengan Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 31/2018 tentang Label Pangan Olahan.
Label Pangan Olahan yang selanjutnya disebut Label adalah setiap keterangan mengenai Pangan Olahan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada Pangan Olahan, dimasukan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian Kemasan Pangan.
Label pangan paling sedikit mencantumkan 9 poin ini :
1. Nama Produk
2. Daftar bahan yang digunakan
3. Berat bersih atau isi bersih
4. Nama dan Alamat pihak yang memproduksi/ mengimpor
5. Halal bagi yang dipersyaratkan
6. Tanggal dan kode produksi
7. Keterangan kedaluwarsa
8. Nomor ijin edar
9. Asal usul bahan pangan tertentu
Dalam Kampanye #KejuAsliCheck, bagian label pangan yang mendapat perhatian lebih adalah pada bagian daftar bahan pangan yang digunakan. Di situlah kita mengecek kualitas produk keju cheddar. Apakah komposisi utamanya keju cheddar atau bukan.
2. Memastikan tercantum klaim nutrisi pada kemasan
Klaim Gizi atau klaim nutrisi adalah segala bentuk uraian yang menyatakan, menunjukkan atau menyiratkan bahwa makanan memiliki karakteristik gizi tertentu termasuk nilai energi dan kandungan protein, lemak dan karbohidrat, serta kandungan vitamin dan mineral. Begitulah yang diatur oleh Peraturan BPOM No 13/2016 tentang Pengawasan Klaim pada Label dan Iklan Pangan Olahan.
Di kemasan keju cheddar Kraft juga tercantum klaim nutrisi (klaim gizi) yang menyebutkan karakteristik nilai gizi. Karakteristik gizi dimaksud yaitu informasi nilai gizi, takaran saji, jumlah per sajian untuk lemak, protein, karbohidrat, gula, garam, Vitamin D dan Kalsium.
Klaim nutrisi keju cheddar Kraft adalah: konsumsi per takaran saji bisa memenuhi 30% kebutuhan kalsium harian. Jadi misal takaran sajinya 20 gram, maka dengan mengkonsumsi 20 gram keju cheddar Kraft yang mengandung 10 atau 20% Kalsium berarti kita sudah memenuhi 30% kebutuhan kalsium harian.
Selebihnya, asupan Kalsium bisa kita penuhi dengan mengonsumsi bahan pangan sumber Kalsium lainnya.
Mengkonsumsi keju cheddar KRAFT secara rutin bisa membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Sebab, konsumsi sesuai takaran saji dapat memenuhi 30 persen kebutuhan kalsium harian, sumber vitamin D dan protein. Semuanya merupakan komponen esensial dalam tumbuh kembang anak-anak kita. Jadi, sudah pasti mengonsumsi keju cheddar Kraft adalah solusi untuk memenuhi kebutuhan masa perkembangan anak.
Keju Cheddar Olahan Merk Kraft
Kraft cheddar merupakan pilihan produk keju yang tepat untuk berbagai kreasi sajian lezat bernutrisi untuk buah hati kita, karena telah memenuhi standar keaslian keju dan diperkaya berbagai nutrisi yang juga tertuliskan di label kemasan. Ini menjadikan keju cheddar Kraft sebagai pilihan yang tepat bagi para ibu cerdas dalam menyajikan hidangan lezat bernutrisi bagi buah hati.
![]() |
Hidangan kreasi keju Kraft ala artis BCL (Sandwich Kraft Cheddar) |
Berbagai keunggulan yang dimiliki oleh keju cheddar Kraft ini juga dapat dilihat langsung pada kemasan, sehingga akan memudahkan para Ibu dalam memastikan manfaatnya bagi buah hati.
Keju cheddar yang dihadirkan oleh Kraft telah memenuhi semua kriteria sesuai kampanye #KejuAsliCheck, yaitu berbahan utama Keju Asli New Zealand pada urutan pertama. Ini keju asli ya bukan kaleng-kaleng.
Keju cheddar Kraft juga dilengkapi nutrisi Calcimilk yang kaya akan kalsium, protein dan Vitamin D. Anak-anak dijamin suka karena rasanya yang lezat. Rasa lezat ini adalah rasa gurih keju yang khas, yang berasal dari rasa keju asli, bukan dari perasa keju tiruan/tambahan.
Coba kita perhatikan label pangan pada kemasan keju cheddar Kraft dengan seksama. Saya pikir, selain melindungi konsumen dengan kualitas produk yang jelas dikomunikasikan dalam kemasan, Kraft juga ikut andil dalam melakukan edukasi bagi para ibu agar cermat memilih bahan pangan berkualitas.
Secara tidak langsung, brand Kraft dengan Kampanye #KejuAsliCheck ikut ambil bagian dalam membantu memperbaiki akses pemenuhan gizi anak Indonesia melalui edukasi kepada para ibu.
Saya yakin, para ibu yang terbukti dari pengamatan dan survei saya sudah terbiasa memperhatikan label pangan sebagai langkah pertama, akan makin cerdas dengan melatih diri memahami cara membaca label pangan tersebut melalui Kampanye #KejuAsliCheck. Pastikan memilih produk keju berkualitas dengan memperhatikan komposisi utama dan klaim nutrisinya ya bu ibu....
Pohon tomat tumbuh di lapangan, rumput tumbuh di sebelahnya
Ibu cermat memilih bahan pangan, anak tumbuh sehat jadi hasilnya
(Opi)
Foto-foto dari pexels.com, koleksi pribadi penulis, dan Kraft.
Masyaa Allah.. totalitas banget Mba, sampai ngadain survei..
BalasHapusSemangat Mba.. 👍👍👍
Kalo liat keju cheddar bawaanya suka pen bebikinan apa gitu. Enak tuh ditaburin di salad buah 🤤
BalasHapusSaya pantengin lho survey-surveynya mb, keren banget ini artikel bisa jadi mini penelitian. Favorit saya dan keluarga juga keju kraft cheddarnya.
BalasHapusHi-five Mbak Opi 🙋🏻♀️ Kraft Cheddar memang enaak dibikin apa aja, dan yg pasti sehat dong
BalasHapusTop banget, Mbak Opi. Selalu suka saya tulisan-tulisan Mbak, selain renyah dibaca, juga komplet. Khusus tulisan ini, saya suka banget karena ada laporan survei yang akhirnya saya jadi ngerti kenapa istri saya suka berlama-lama di depan rak ambil-taruh tuh barang. Termyata, fokus pada label...hehehe. Thanks ya, Mbak!
BalasHapusmbak Opi keren pakai survey segala, ada pantunnya juga, sukaaaa
BalasHapusMembaca artikel ini tiba-tiba jadi mengidam keju. Informatif juga karena menyertakan survey dan ilmu terkait keju. Terima kasih artikelnya, Mbak.
BalasHapusLengkap banget informasi soal Keju...terima kasih informasinya yang sangat bermanfaat.Aaamin
BalasHapuslengkap bener nih mba reviewnya, serius, ada observasi, masyaAllahu kereen. thankyou mba for sharing.
BalasHapusYessss, setuju harus melakukan #KejuAsliCheck karena sekarang banyak pemalsuan. Btw, hasil surveinya mewakili banget budaya pembelian keju kebanyakan ibu Indonesia.
BalasHapusMba Opiiii, totalitas banget sampai ada surveynyaa 👍 memang brand yang sudah dikenal masyarakat lebih memberi "kepercayaan" saat akan dibeli yah. kalau saya pertama liat brand dulu, kalau dirasa ndak sesuai budget baru liat yang lain, baru cek logo halalnya. itupun kalau ga terburu-buru Mba -_-
BalasHapusMasha Allah mbak Opi, super duper jelas banget ini mbak. survei sudah mebuktikan bahwa ibu-ibu sekarang sudah semakin cerdas dalam memilih keju. artikelnya sangat bermanfaat mbak, terima kasih.
BalasHapusWah, lengkap sekali infonya mbak
BalasHapusWah Keren Mbak sampai ada surveinya. Iya kalau buat anak ibu-ibu biasanya lebih hati-hati. Masa pertumbuhan soalnya tidak bisatbisa Tapi Kraft Cheddar memang sudah teruji keju asli dan lezat hehe.
BalasHapusAku akuin, kalau gak baca ini mungkin aku ga seteliti itu untuk baca label bahan pangan. Btw, aku jadi pengen ngemil keju Kraft nih hahahhaa
BalasHapusMantab banget ei mbak sampe bikin survei. Beberapa tahun ni aku sudsh membiasakan beca label kalo beli apa2 apalagi keju soalnya anakku doyan keju smua jd hrus cari yg paling bangus kualitasnya
BalasHapusMantap, faktanya didukung data survei! 😆 Tingkat pendidikan juga menentukan kebiasaan seseorang, ya, Mbak. Jadi tugas kita nih buat bikin informasi bermanfaat kayak kampanye ini jadi bisa diterima dan dipahami semua orang tanpa terbatas latar belakang. Ah Iyaaa, emang bener, ya, kadang keliling-keliling supermarket buat belanja bisa jadi sarana healing hihi ^^
BalasHapusRasa keju cheddar Kraft memang beda, lebih pas gitu. Tentunya krn keju cheddarnya adalah bahan utama ya pd komposisi. Jadi kualitasnya nggak main-main nih.
BalasHapusJadi salah satu sumber inspirasi untuk menulis itu di mall ya mbak? Sy mo coba ah, kira2 sy dpt inspirasi buat nulis atau malah sibuk ngabisin duit, wkwkwkwk
BalasHapusKeren banget, kak
BalasHapusSelain informasi yang detail tentang keju tapi didukung juga dengan survey
Masyaalloh... Sampai bikin survei sendiri. Mantap mbak Opi
BalasHapusInformatif dan lengkap banget artikelnya, Mbak.
BalasHapusAnak-anak saya juga pada doyan keju. Malah pada digadoin saking favoritnya.
Aku biasanya juga pakai keju kraft dirumah, pernah coba merek lain si akirnya balik ke kraft krn berasa lebih enak rasanya. Mmg kraft si andalan banget kah
BalasHapusKeren banget mbak opi, nulis artikelnya diawali riset dan survei dulu jadi hasilnya lebih valid. Keju kesukaanku ya Kraft, toss..
BalasHapuskeren mba, ada survey observasi,..ini memang sangat penting untuk konsumen, agar lebih yakin lagi untuk menggunakan sebuah produk. thankyou mba for sharing.
BalasHapusAku masuk jadi salah satu diantara 79.2 persen yang membei keju dengan datang langsung ke supermaket hihi. Lebih afdol kalau pilih sendiri dan baca langsung kemasannya
BalasHapusterus terang kalo beli keju saya ga perhatikan label pangannya, yang saya perhatikan cuma merk dan kehalalannya aja. tapi, memang yang paling familiar keju Kraft karena sering terdengan lewat iklan dan jadi keju pilihan kalo mau beli keju
BalasHapusNah, iya nih bener banget. Kadang malah saya lupa buat ngecek lagi kandungan keju. Setelah melihat kampenya ini, saya jadi sadar deh buat ngecek lagi kalau beli. Nah, kalau udah tau gini kan enggak usah diragukan lagi dengan kualitasnya.
BalasHapusAku juga dari dulu lebih milih keju Kraft, selain rasanya lebih gurih, bahan utamanya juga sudah jelas dari keju cheddar.
BalasHapusSaya jadi lebih aware loh buat cek label pangan saat beli keju dan bener ada keju yang komposisi utamanya air
BalasHapusCongratulations Mbak Opi 😘💐
BalasHapusWow... Luar biasa... Artikelnya lengkap detail dan sangat informatif. Ditambah ilustrasi yang gamblang...
BalasHapusKeju adalah salah satu favorit keluarga. Selain bernutrisi, rasanya juga enak...