Ya, aku pernah didera rasa kehilangan percaya diri, karena melihat ke atas tanpa memetik hikmah yang dalam. Sebagai ibu bekerja ranah publik, aku pernah merasa sangat tidak percaya diri waktu anak balitaku sakit-sakitan, sementara di kantor pada masa itu aku “cuma” seorang staf yang ternyata juga datang paling pagi dan pulang paling akhir. Ha ha ha, miris ya.
Lalu aku melihat perempuan-perempuan muda yang usianya jauh di bawahku kemudian memegang jabatan yang jauh lebih tinggi, tampak jauh lebih beruntung- lebih menarik- dan disukai. Ya, pernah pada masa itu.
Itu dulu ya, di tahun-tahun yang sudah lewat. Kemudian aku mulai belajar bahwa memang akan selalu ada orang yang lebih segalanya, dan sebetulnya itu bukanlah sebuah ancaman. Sejak kecil aku punya dorongan untuk selalu jadi nomor satu (dan baru aku sadari itu tak selamanya baik).
Di kehidupan masa dewasa aku menemui bahwa aku memang ngga selalu harus jadi yang terbaik di suatu lingkungan. Melakukan yang terbaik iya harus, tetapi tak tertutup kemungkinan akan ada yang lain melakukan lebih baik. Ya ngga apa-apa. Hidup bukan untuk bersaing atau saling mengungguli dalam beragam peran yang dijalani perempuan, baik sebagai ibu-istri-pekerja-maupun makhluk sosial.
Bekerja di sektor publik bagi Ibu bukan perkara sepele. Di dalamnya ada beragam dinamika yang sama sekali tidak sederhana. Ibu yang memilih berkiprah di ranah publik seperti di kantor atau organisasi lainnya, akan selalu dihadang dengan kepercayaan dirinya sendiri menghadapi dinamika tersebut.
Sebab ketika menjalani peran sebagai ibu di ranah domestik (rumah) dan publik (kantor), ada sikap berikut konsekuensi yang harus diambil dalam skala prioritas. Keduanya sama penting, dan keduanya layak diperjuangkan ibu.
Sebagai ibu bekerja ranah publik, aku juga mengalami dinamika itu. Tulisan ini aku buat untuk berbagi tentang bagaimana usahaku memupuk dan menjaga kepercayaan diri dalam dinamika bekerja, belajar, dan berkarya.
Semuanya tidak terlepas dari peranku sebagai istri dan ibu dua orang anak yang kini beranjak remaja. Buat aku, sedikit ilmu yang dibagikan akan lebih bermanfaat daripada banyak ilmu yang disimpan.
Aku akan sangat senang jika berbagi ilmu dan pengalaman lewat tulisan bisa menjadi sumber solusi buat kamu yang sedang mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi.
Jika kamu merasakan manfaat tulisan ini nantinya, cukup doakan aku supaya tetap semangat menulis ya… Dan kamu boleh langsung mengabaikan tulisan ini jika isinya tidak sesuai dengan harapanmu.
Disclaimer: tips dalam tulisan ini diperuntukkan bagi ibu bekerja ranah publik (kantor dll), tanpa mengurangi sedikitpun respect pada ibu yang memilih berperan penuh di ranah domestik (ibu rumah tangga). Ibu rumah tangga juga perlu “Confidence Maintaining” namun mungkin dalam konteks yang berbeda karena tantangannya juga beda.
Mengapa Kepercayaan Diri Ibu Harus Ditumbuhkan dan Dipupuk?
Kepercayaan diri para ibu bekerja ranah publik, menurutku berada di prioritas pertama untuk ditumbuhkan dan terus dipupuk. Kenapa?
Coba deh bayangkan kondisi ini, yang mungkin sebagian sudah teman-teman alami.
1. Punya atasan yang usianya jauh lebih muda atau jauh lebih tua. Yang usianya jauh lebih muda kadang sangat pintar dan cerdas serta cadas, tapi bukan main lagaknya. Bikin kita putar otak supaya tetap tune in dan ngga insecure berlebihan. Yang usianya lebih tua kadang sangat konservatif, bikin kita ngga pede apakah bisa menghadapinya dengan smooth tanpa membuatnya tersinggung atau salah persepsi.
2. Punya staf yang usianya sangat muda belia atau sangat jauh di atas kita. Mirip dengan kondisi di poin 1, hanya sebagai atasan kita mungkin akan sangat ditantang tetap percaya diri menghadapi polah yang muda sekali atau yang tua sekali.
3. Mau lanjut kuliah lagi, ngga pede apa sanggup kuliah sambil kerja dan ngurus anak, sementara ngerasa butuh untuk peningkatan skill dan karier. Apalagi lihat beasiswa di sana sini yang bikin mupeng tapi kok ngga pede ya. Perlahan-lahan jadi makin ngga pede. Pertanyaan “bisa ngga ya?”, perlahan berubah jadi “mungkin ga ya?”, seolah semakin mendekatkan pada limiting belief.
Limiting belief adalah hal-hal yang membatasi kita untuk melakukan sesuatu yang asalnya dari pikiran kita sendiri yang kita yakini/percayai.
4. Tuntutan bekerja cepat dan tepat sekaligus luwes dan stamina on dari awal sampai akhir project. Sementara diri menyadari bahwa seiring bertambahnya usia sendiri dan jumlah anak, semakin remponglah pembagian urusan domestik versus publik. Bikin kadang ngga pede, bakal beres ngga ya. Dan sering juga kacau balau.
5. Tidak mendapatkan kepercayaan untuk memimpin project tertentu padahal memiliki kapasitas yang dirasa cukup. Jadinya ngga pede, apakah memang kita dinilai ngga mampu? Atau ada faktor lain?
6. Situasi up and down dari diri dan lingkungan sekitar yang bikin adrenalin rush. Lalu berpikir, bisakah semua selesai sesuai harapan? Ini sering menguji kepercayaan diri.
Bayangkan tanpa kepercayaan diri yang terpatri, bagaimana Ibu bisa stay sampai akhir, saat berada di kondisi satu sampai enam di atas?...
Namun, kepercayaan diri tidak muncul begitu saja. Seseorang akan merasa cukup percaya diri jika memiliki kecukupan kapasitas, kemampuan, skill dan citra diri yang positif.
Bagaimana kita bisa percaya diri sebagai atasan jika ternyata kemampuan managerial kita belum ada apa-apanya dibandingkan rekan-rekan yang dipimpin?
Bagaimana kita bisa percaya diri sebagai pimpinan jika terlalu banyak drama dalam kehidupan rumah tangga yang tidak bisa kita atasi sehingga mempengaruhi pembawaan dan kepemimpinan di ranah publik?
Nah, untuk berada di kondisi kepercayaan diri yang prima, harus ada awal keberanian untuk memulai memupuk dan menumbuhkannya.
Bagaimana Caranya Menumbuhkan dan Memupuk Kepercayaan Diri Ibu ?
Kabar gembiranya, aku pernah baca di jurnal bahwa Ibu bekerja memiliki self efficacy yang tinggi untuk mengembangkan diri di luar rumah.
Self efficacy merupakan keyakinan akan kemampuan yang dimiliki individu untuk mencapai tujuan tertentu pada berbagai kondisi dengan cara berpikir positif, meregulasi diri, dan memiliki keyakinan positif (sebagaimana ditulis Albert Bandura dalam bukunya yang berjudul Self Efficacy).
Berbekal modal self efficacy sebagai cikal bakal kepercayaan diri ibu, aku pikir ini bisa jadi amunisi utama untuk menghadapi dinamika bekerja ranah publik.
Sepanjang perjalananku bekerja selama 23 tahun terakhir, liku likunya mengajariku untuk tidak melupakan prioritas “confidence maintenance”.
Aku bukan perempuan dengan karier setinggi galah ya, karena aku tahu apa tujuanku dalam bekerja. Memang bukan karier yang tinggi, tapi lebih pada apakah semua yang aku kerjakan di luar rumah itu menjadi teladan untuk anak-anakku. Keluarga adalah batu penjuru bagiku, terutama anak-anak.
Bagiku, peran yang tidak bisa tergantikan adalah peranku sebagai ibu bagi anak-anakku. Karena itu, semua peranku di luar rumah kuharap bisa menjadi pendukung bagi semakin bagusnya peranku sebagai ibu bagi anak-anak.
Sedangkan peranku sebagai apapun di kantor bisa digantikan oleh siapapun. Makanya, yang paling penting buat aku bukan karier yang tinggi sekali, tetapi karier yang membuatku tetap bisa menjadi diri sendiri, menjadi versi terbaik diriku.
Aku ngga mengatakan bahwa aku sangat percaya diri, tetapi aku menyadari bahwa kepercayaan diriku harus selalu ON agar hal-hal terbaik dapat aku lakukan. Usahaku untuk itu ngga boleh berhenti.
Ini sepuluh tips sederhana ala aku untuk mulai menumbuhkan dan memupuk kepercayaan diri ibu :
1. Re-inventing yourself : Melihat ke dalam diri dan menemukan kembali diri
2. Bring Passion: Temukan passion dan hal produktif setiap hari yang mengantarmu pada rasa bahagia bermakna
3. Build support system: Hargai bantuan sekitar
4. Growth Mindset: Latih mindset bertumbuh
5. Self Love and Care: Merawat diri, berterima kasih pada diri sendiri
6. Attachment to Your Body: Mengolah fisik dan psikis secara teratur
7. Communication Skill On Board : Latih komunikasi dengan orang lain, alam, dan diri sendiri
8. Challenge Yourself : Menantang diri sendiri
9. Say No to Comparison: Berhenti membandingkan tidak sehat
10. Keep on Learning and Making Progress: Terus belajar, berkarya, dan bertumbuh
Kita bahas satu persatu ya teman:
1. Re-inventing yourself : Melihat ke dalam diri dan menemukan kembali diri
Mengenal diri sendiri adalah hal mendasar sebelum kita berkiprah di manapun. Setidaknya diri paham apa yang menjadi nilai-nilai utama, apa yang ingin kita raih, tujuan bekerja di ranah publik, apa yang menjadi kekuatan diri, dan bagaimana sikap serta pandangan kita terhadap hal tertentu.
Misalnya aku nih. Aku tipe orang yang mengutamakan nilai-nilai kebermanfaatan, kedamaian, kekeluargaan, dan kenyamanan. Ini akan mempengaruhi aku dalam perjalanan pekerjaan di ranah publik.
Buatku jabatan bukan satu-satunya yang paling penting untuk membuatku jadi bermanfaat dan punya peran. Dengan atau tanpa jabatan, aku akan punya strong will untuk eksistensi diri dan mempengaruhi pengambilan keputusan dengan cara lain yang tidak melanggar norma.
Memangnya bisa?
Bisa aja.
Aku meyakini bahwa alam dan Tuhan bekerja dengan caranya sendiri. Niat dan usaha baik selalu disambut mestakung. Semesta mendukung. Selama kita mau berusaha dan konsisten, pasti akan memberikan hasil yang tidak pernah sia-sia.
Semakin kita mengenal diri, kita akan tahu batasan-batasan mana jalan yang akan kita tempuh, mana yang tidak. Sehingga, kita akan tetap percaya diri mengambil langkah atau sikap karena yakin dengan nilai utama diri.
2. Bring Passion: Temukan passion dan hal produktif setiap hari yang mengantarmu pada rasa bahagia dan bermakna.
Bagaimana menemukan passion, bisa dibaca di artikel sebelumnya ya di SINI.
Aku ingin mengatakan bahwa passion penting, tapi bukan segalanya ya. Maksudnya, penting untuk menemukan passion supaya kita selalu merasa sangat bergairah dalam menjalani hari-hari.
Namun, passion jangan diartikan sebagai dasar dari seluruh sebab kebahagiaan. Bukan di situ letak intinya.
Yang terpenting adalah, kita tahu hal apa yang membuat kita merasa sangat bersemangat menjalani hari, bergairah dalam mengerjakannya.
Hal itu akan kita perjuangkan untuk tetap membuat hidup kita menjadi lebih hidup. Lebih produktif. Lebih bermakna. Secara psikologis ini akan meningkatkan rasa percaya diri bahwa kita mampu.
3. Build support system: Hargai bantuan sekitar
Kita tidak bisa mencapai sesuatu sendiri, tanpa bantuan orang lain. Apalagi sebagai perempuan yang menjadi partner bagi suami, ibu bagi anak-anak, sekaligus sebagai anak dan menantu, tiap perempuan membutuhkan supporting system dalam menjalani semua perannya itu secara paralel.
Membangun support system membutuhkan kerjasama mutual dengan pasangan (suami) dan keluarga. Harusnya, sudah ada kesamaan persepsi dengan pasangan tentang bagaimana peta jalan sebuah keluarga mengejar mimpi untuk maju bersama. Ayah, ibu, anak semua maju bersama, tidak ada yang ditinggal sendirian.
Jangan lupa, kerabat dan tetangga juga merupakan support system yang kadang luput diperhitungkan. Bantuan mereka berupa waktu ataupun kepedulian harusnya kita hargai.
Namun, kita juga perlu waspada sampai di mana bantuan itu tidak menjadi kebiasaan yang melenakan keluarga inti. Jangan sampai, kita jadi tidak percaya diri untuk peran ibu karena support system yang melenakan.
Misalnya, campur tangan yang terlalu dalam dari ibu mertua dalam mengasuh anak. Ini bisa menjadi bumerang bagi ibu. Ibu jadi tidak percaya diri memberikan yang terbaik bagi anaknya.
Intinya, ibu dan pasangan harus update untuk mendiskusikan perkembangan support system dan karier ibu di kantor.
4. Growth Mindset: Latih mindset bertumbuh
Mindset bertumbuh adalah ketika kita tidak berhenti belajar hal-hal baru, tidak dibatasi oleh usia dan kemampuan bawaan (bakat). Tidak ada kata tidak bisa sebelum mencoba mempelajarinya.
Mindset seperti ini harus terus dilatih. Secara langsung dan tidak langsung ini menumbuhkan rasa percaya diri ibu. Percaya bahwa tidak ada suatu hal yang mustahil.
Dengan begitu, ibu tidak akan takut untuk berhadapan dengan tantangan baru.
5. Self Love and Care: Merawat diri, berterima kasih pada diri sendiri
Supaya kepercayaan diri tumbuh dan terpelihara, kita juga perlu tampil bersih dan rapi sewajarnya. Untuk itu kita perlu terbiasa merawat diri dan menyayangi diri sendiri.
Makan bergizi yang cukup, membersihkan diri dan beristirahat yang cukup, serta memberikan hak-hak pada tubuh dan jiwa kita adalah tanda bahwa kita sayang pada diri sendiri. Pikirkan dan fokus hanya pada hal-hal yang penting dalam hidup kita.
Berikan waktu dan tenaga juga hanya pada hal-hal penting saja. Apa saja yang penting dalam hidup, kita sendiri yang menentukan. Ucapkan terima kasih kepada diri sendiri dan berikan penghargaan pada diri ketika telah menyelesaikan tugas atau tantangan.
Sehat raga dan jiwa akan membuat kita lebih mudah untuk memandang dunia dengan lebih objektif, dan pada akhirnya mendorong rasa percaya diri bahwa semua akan bisa diatasi dengan baik.
6. Attachment to Your Body: Mengolah fisik dan psikis secara teratur
Terhubung dengan diri sendiri bisa dirasakan apabila kita hanya melakukan satu hal pada satu waktu (mindful = berkesadaran). Hal ini perlu dilatih sehingga kita terbiasa. Saat bekerja ya bekerja, istirahat ya istirahat.
Olahraga secara teratur, bermeditasi, liburan dan rekreasi kontemplatif secara berkala, akan membuat kita merasa contented. Dampaknya, rasa percaya diri akan terbangun terus.
Tubuh dan jiwa yang sehat dan tenang akan memudahkan diri berkonsentrasi dalam meningkatkan skill baru atau menyelesaikan tantangan yang berat.
7. Communication Skill On Board : Latih komunikasi
Melatih komunikasi dengan orang lain, alam, dan diri sendiri wajib dilatih terus menerus. Ini seperti membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia, alam dan diri sendiri.
Caranya, sediakan waktu khusus atau rutin untuk berkomunikasi secara berkualitas dengan pasangan, anak, kolega, dan kerabat atau sahabat.
Berkomunikasi dengan alam bisa dilakukan dengan memperlakukan benda-benda dan makhluk hidup dengan baik. Begitu juga dengan diri sendiri.
Biasakan melakukan self talk (berbicara dengan diri sendiri) misalnya setiap pagi ketika bercermin, atau malam hari sebelum tidur.
Komunikasi yang baik akan membuat proses kehidupan bergulir dengan smooth, yang pada akhirnya membuat diri semakin yakin serta percaya diri bahwa semua berjalan dengan semestinya. Berjalan dengan baik.
8. Challenge Yourself : Menantang diri sendiri
Cobalah untuk melakukan hal berbeda atau hal baru untuk menantang diri sendiri. Ini perlu sebagai latihan untuk menghadapi tantangan yang sebenarnya.
Dengan terbiasa melakukan hal baru atau belajar sesuatu yang berbeda akan membuat kita secara tidak langsung terkoneksi dengan tantangan-tantangan baru yang sebetulnya membutuhkan rasa percaya diri.
Misalnya, apabila terbiasa presentasi dengan duduk, cobalah dengan berdiri, lalu cobalah dengan berjalan berkeliling ke audiens. Apabila terbiasa menulis hal-hal ringan, cobalah untuk menulis hal yang lebih berat.
Tantang diri untuk melakukan hal baru, perlebar batas limit dan push diri untuk melampauinya. Otomatis percaya diri akan semakin meningkat.
9. Say No to Comparison: Berhenti membandingkan tidak sehat
Bandingkan diri hanya dengan diri kita sendiri pada keadaan sebelumnya. Apakah sudah lebih baik atau malah mundur?
Jangan pernah membandingkan diri dengan orang lain, sekalipun orang lain itu adalah saudara kembar kita sendiri. Sebab, setiap pribadi memiliki jalur hidup yang berbeda, dengan obstacles dan tantangan yang berbeda.
Seperti yang sudah ditulis di awal tulisan ini, bahwa “Akan selalu ada orang yang lebih cantik, lebih kaya, lebih pintar, lebih menarik, lebih beruntung, dan lebih segalanya dari kita. Tapi itu bukan alasan untuk kehilangan kepercayaan diri sendiri.”
10. Keep on Learning and Making Progress: Terus belajar, berkarya, dan bertumbuh
Seingkali kita merasa tidak percaya diri karena kita memang kurang memahami atau menguasai suatu bidang. Ini hanya dapat diatasi dengan terus belajar tanpa malu bertanya atau berguru pada yang lebih dulu menguasai.
Sambil belajar, amalkan ilmu dengan berkarya sedikit demi sedikit.
Meskipun tidak sempurna, adanya karya akan membuat rasa percaya diri kita meningkat. Apalagi jika karya itu bisa berdampak positif bagi orang-orang di sekitar. Teruslah bertumbuh dengan terus belajar dan berkarya.
Seiring dengan proses itu, kepercayaan diri akan semakin tumbuh subur, bahkan menular kepada orang-orang di sekeliling kita. Percayalah, bahwa seperti kebaikan dan semangat, kepercayaan diri itu bisa menular !
Semua butuh latihan
Kepercayaan diri tidak muncul dalam semalam, melainkan perlu ditumbuhkan dan dipupuk terus melalui latihan. Dibiasakan. Sehingga ia terus tumbuh dan menguat. Ibaratnya gedung, perlu maintenance. Perlu dirawat.
Terus melakukan kebiasaan dari nomor 1 sampai 10 di atas adalah cara untuk merawat kepercayaan diri ibu agar terus menguat.
Mungkin masih banyak cara lain untuk maintenance confidence buat ibu bekerja, yang 10 di atas itu adalah cara ala Opi ya. Kamu boleh berbagi cara lainnya dengan menulisnya di kolom komentar, aku juga ingin tahu dan belajar lebih banyak dari kamu.
Kita bisa belajar bareng kan, dan semakin percaya diri tentunya. Aku mau. Kamu?..... (Opi)
Masya Allah mbak Opi, aku jadi tak bisa berkata-kata nih, setelah membaca tulisan mbak yang lengkap ini. Sungguh memberikan pencerahan ga hanya bagi ibu bekerja melainkan semua ibu apapun profesinya. Integritas tinggi dan bertanggung jawab walaupun karier setinggi galah bukan menjadi prioritas. Yang penting menjadi role model terbaik bagi anak2. Keren!
BalasHapustulisan ini bagus banget Mba Opi, ga kebayang padetnya seperti apa keseharian ibu bekerja dan punya anak. tapi tetep sih growth mindset harus dimiliki untuk tetap bertumbuh, manajemen waktu dan energi juga challenging sekali di fase seperti ini
BalasHapusmakin tambah usia, makin menurunkan standar dan target sih, mbak. gak usah muluk2 seperti zaman masih single dulu. ada hal lain yang akhirnya jadi prioritas. tapi ya enggak masalah. semua ada masanya kok. tiap orang punya kisah dan perjuangannya masing2, itu yang selalu kutekankan pada diri sendiri, setelah menikah ini, hehe
BalasHapusUntuk aku si ga pedean, ini artikel yg sangat membantu. Akan kucoba satu per satu, terutama bagian "berterima kasih pada diri sendiri" hal sederhana yg sulit untuk dilakukan.
BalasHapusSaya selalu kagum dengan ibu yang mengurus rumah sekaligus bekerja kantoran. Apalagi jika ibu tersebut punya anak lebih dari satu.
BalasHapusSebagai ibu rumah tangga yang tidak bekerja kantoran, sepertinya saya tidak bisa membayangkan saya di posisi itu.
Tapi 10 tips diatas untuk confidence maintenance for working mom juga bisa saya terapkan untuk saya sebagai ibu rumah tangga yang tidak bekerja kantoran.
Terimakasih mb, membaca dan melihat gambar-gambar di artikel ini merupakan healing tersendiri buat saya 🥰🙏🏻
Walaupun IRT, aku merasa relate nih mbak Opi dengan tulisanmu, setiap perempuan kudu pede ya dengan dirinya dan potensi yang dimiliki, berusaha terus untuk mengembagkan diri agar lebih baik lagi setiap hari
BalasHapusMasyaallah seneng banget baca tulisanmu mbak. Bener sih kepeecayaan diri itu naik turun tp insyaallah bisa di up lg dengan tips2 di atas td. Insyaallah akan kuterapkan semuanga
BalasHapusSaya mengagumi profesi seorang ibu baik ibu yang juga bekerja atau full mengabdikan diri untuk menjadi ibu rumah tangga di rumah saja. Keduanya hebat dan keren
BalasHapusWaw, lengkao bgt mbak tulisannya. Penting bgt nih dibaca temen2ku yg lg galau setelah punya anak dan tetap bekerja. Thanks infonya
BalasHapusTemanku yang working mom wajib baca ini nih. Biar dia nggak kehilangan percaya diri gara-gara omongan orang lain yang nggaj bertanggung jawab. Aku share ya mba
BalasHapusMasyaAllah, Mbak Opi. Salut sama ibu bekerja di publik. Secara umum, tips di atas cocok banget juga untuk ibu rumah tangga semacam saya
BalasHapusNyatanya, kita semua butuh support system. Peluk dan gandengan tangan yuk, Mbak
Keren banget tulisannya.. aku jg ibu RT yang masih ber2 aja dan pernah berada di fase merasa sebagai orang yang ga berguna dan benar2 tidak percaya diri. Pas baca artikel ini ternyata fase ini juga bisa dialami oleh Ibu yang berkarier dan juga punya anak. Keren sekali tips2 nya 🙏🏽🙏🏽 semangat terus kita semua
BalasHapus