7 Langkah Memaafkan Diri Sendiri untuk Membentuk Pribadi Merdeka

 


Kata memaafkan biasanya identik dengan kesalahan dan luka.  Lazimnya atas sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Baik itu kejadian atau kesalahan yang dilakukan diri sendiri maupun oleh orang lain terhadap diri. 

Setiap orang punya luka. Ada yang terluka akibat hubungan yang toksik, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, perundungan, ataupun kekerasan yang dilakukan oleh orang tua ketika masih kanak-kanak. Ada yang belum bisa memaafkan pelakunya, namun yang lebih sulit adalah memaafkan diri sendiri atas keadaan yang telah terjadi.

Bagiku, memaafkan diri sendiri jauh lebih sulit daripada memaafkan orang lain.  Bagaimana dengan teman-teman?  Begitu juga kah? 

Mengapa terasa lebih sulit memaafkan diri sendiri?  Karena kesalahan yang aku lakukan atau keadaan yang menyebabkan luka, seringkali diikuti rasa tidak berdaya mengontrol diri dan situasi.  Perasaan ini sering terbawa-bawa meskipun kejadiannya sudah lewat bahkan bertahun-tahun lalu.  

Belakangan setelah membaca buku-buku seputar kesehatan mental, mengikuti kelas pulih mental, berkonsultasi dengan psikolog senior, aku baru menyadari mengapa memaafkan diri sendiri itu tidak mudah.  

Diri yang Tidak Sendiri 


Kenapa tidak mudah memaafkan diri sendiri?  Selain karena perasaan tak berdaya mengontrol diri dan situasi, sebabnya adalah karena sebetulnya diri ini tidak sendiri, lho teman-teman. Ya, diri ini memang tidak sendirian.  Di dalam diri kita, ada sesosok mungil yang selalu mengikuti kita ke mana pun kita melangkah.  Sosok ini selalu minta dikasihi, dimomong, dan dirangkul.  Dia adalah sosok kanak-kanak dalam diri kita yang minta diasuh.  INNER CHILD.  

Setiap diri kita punya inner child.  

PR besar kita adalah untuk selalu menjaganya tetap diasuh dan dirangkul, didengarkan, dan disayang.  Jangan biarkan ia terluka.  Inner child yang terluka akan muncul ke permukaan kehidupan kita, bermanifetasi menjadi monster yang mengantar kita pada berbagai perilaku tak diharapkan serta gangguan mental.  

Namun, jangan merasa rendah diri jika memiliki inner child yang terluka, karena ada cara untuk memperbaikinya.  Yaitu dengan terapi memaafkan diri sendiri, untuk pulih. Bisa kok. Ada banyak kelas dari psikolog yang bisa diikuti untuk treatment inner child yang terluka. 

Mengapa Memaafkan Diri Sendiri? 


Memaafkan diri akan mengubah hidup menjadi lebih baik.  Memaafkan diri, menerima semua luka masa lalu, dan berfokus pada pilihan yang lebih baik, akan membawa diri pada kondisi pulih, menjadi pribadi yang merdeka terbebas dari luka.  



Memaafkan diri sendiri memang tidak sederhana.  Tahapannya didahului dengan menyadari ada inner child yang terluka.  Ada hal-hal di masa lalu, di masa kecil, yang sebetulmya melukai diri dan tersimpan dalam alam bawah sadar diri.  Lalu, munculnya di saat dewasa, ketika ada trigger atau kondisi yang membuat semua luka masa lalu itu muncul ke permukaan.  Bermanifestasi menjadi tindakan kita yang rasa-rasanya kok seperti bukan diri kita.  

Misalnya, ketika di masa kecil kita ternyata kurang didengar pendapatnya, atau tidak pernah diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat.  Saat dewasa, kita lalu punya kecenderungan untuk selalu minta didengar oleh pasangan, tapi enggan mendengarkannya.  Mungkin kita berbicara dengan berteriak pada pasangan dan pada semua orang, seolah jika hanya bercakap pelan maka tidak ada orang yang akan mendengarkan. 

Itu hanya senukil contoh kecil.  Mungkin, kita tak bisa menerima kondisi masa kecil ketika kita diperlakukan demikian tak adil.  Mungkin kita belum bisa memaafkan orang tua yang kita anggap salah mendidik kita.  Dan mungkin kita juga belum bisa memaafkan keadaan yang kita alami, apalagi memaafkan diri sendiri serta menerima semuanya.

Apa itu Pribadi Merdeka?


Pribadi yang merdeka adalah yang hadir hari ini, terbebas dari belenggu masa lalu (luka dan sakit masa lalu) dan ketakutan akan hari esok. Pribadi yang penuh dan cukup. Pribadi yang berkesadaran tentang bagaimana dirinya hadir saat ini. Pribadi yang teleh selesai dengan dirinya sendiri.

Pingin ngga sih jadi pribadi yang merdeka?  Aku sih iya.  Perjalanan untuk sampai ke tahapan membentuk pribadi yang merdeka aku temukan dengan cara yang sama sekali tidak sederhana. Harus sampai dulu di usiaku yang tidak lagi bisa dibilang muda.  Melewati usia 40 tahun, ada beberapa persimpangan yang harus dilalui termasuk ketika mempertanyakan kembali siapakah diri dan mau ke mana?

Kenapa kita perlu berubah menjadi pribadi yang merdeka?  Banyak motifnya. Namun yang paling utama buat aku karena aku butuh energi dan pikiran yang penuh untuk melanjutkan hidup dengan kualitas terbaik.  Aku punya pasangan dan anak-anak yang sangat kusayangi, yang membutuhkan aku.  Aku punya peran sebagai perempuan dengan  bekal pendidikan dan keterampilan yang kumiliki.  

Jika aku pribadi tidak merdeka, terbelenggu dengan ketakutan sisa masa lalu dan ditambah ketakutan akan esok yang tak pasti, bagaimana energi dan pikiran yang penuh bisa kupunya?  Bagaimana hidupku akan menjadi bermakna dan berkualitas?  

Bergerak dari sana, aku memulai proses untuk jadi pribadi yang penuh dan merdeka.  Setelah membaca, mengikuti berbagai forum dan berkonsultasi dengan psikolog senior, aku lalu menyimpulkan bahwa proses menjadi pribadi yang merdeka harusnya dimulai dari memaafkan diri sendiri.  

Ya, langkah awal untuk menjadi pribadi yang merdeka adalah memaafkan diri sendiri.  Bagaimana caranya?  Aku ingin berbagi kepada teman-teman tentang caraku di tahap itu.  Oh ya, aku tidak melakukannya sendiri.  Aku punya sahabat dan psikolog yang sangat berperan dalam perjalanan ini.  

Step by Step Cara Memaafkan Diri Sendiri Ala Opi 


Memaafkan bagiku maknanya melepaskan rasa marah, benci, sakit hati, balas dendam, dengan melibatkan sekaligus baik pikiran dan perasaan.  Saat memaafkan, kita tidak menghindari rasa sakit, melainkan menerimanya lalu menggantinya dengan rasa perdamaian dan cinta.   

Memaafkan akan mengungkap fungsi positif seseorang dan membutuhkan proses yang tidak mudah. Tidak bisa begitu saja mengubah luka menjadi cinta.  Ini transformasi yang lebih sulit dari perubahan apapun yang pernah kualami dalam hidup.

Karena prosesnya tidak mudah, mulailah perlahan dengan  self awareness.  Kesadaran diri bahwa sebagai manusia, sebagai pribadi, kita adalah sosok yang memiliki pikiran, perasaan, batasan, keinginan, dan kebutuhan yang beragam.  Dengan adanya itu semua, kita bisa saja salah. Kesalahan bukan suatu yang terburuk, meski itu memang melukai kita sepanjang hidup.  Kesalahan butuh maaf.  Kesalahan bisa diperbaiki. 

Begini tahapan memaafkan diri sendiri ala Opi: 

1. Sadari bahwa “Diri Tidak Sendiri” 
2. Akui, Terima, dan Cintailah inner child dalam diri kita bagaimanapun keadaannya 
3.Berusaha pahami emosi yang dirasakan 
4.Terima tanggung jawab atas apa yang terjadi 
5.Perlakukan diri dengan kasih sayang dan kebaikan 
6.Fokus pada pilihan yang lebih baik 
7.Pertahankan diri dalam kondisi PULIH dengan SEMELEH 



Kita akan bahas satu persatu tahapannya ya teman-teman.


1. Sadari bahwa “Diri Tidak Sendiri” 

 
Seperti sudah kutulis di atas, diri kita sejatinya tidak sendirian.  Ada inner child (sosok kanak-kanak) yang minta disayang dan diperhatikan.  

Dengan menyadari bahwa diri ini tidak sendiri, kita jadi punya “self awareness” (kesadaran diri), bahwa kita memiliki pikiran dan perasaan terhadap kejadian-kejadian di masa yang lalu, yang mungkin mempengaruhi diri kita di masa sekarang dan masa depan.

Dengan kesadaran diri ini, kita akan paham bahwa apa yang akan kita lakukan ke depan adalah mengontrol hal-hal yang berada di bawah kendali diri yaitu pikiran, perasaan, dan tindakan kita sendiri.  

2. Akui, Terima, dan Cintailah inner child dalam diri kita bagaimanapun keadaannya 



Setelah menyadari penuh bahwa diri tak sendiri, akuilah dan terimalah keadaan ini.  Akuilah jika ada kejadian-kejadian di masa lalu yang menyakitkan, tidak berkenan, atau tidak menyenangkan buat kita.  Terimalah kejadian-kejadian itu sebagai kejadian di masa yang sudah lewat, sudah berlalu, dan tidak bisa diubah dengan mesin waktu sekalipun.  

Jika ada inner child yang terluka, terimalah luka itu. Peluk dan basuh luka itu.  Semua kebaikan akan bermula dari suatu penerimaan.  Acceptance is the beginning.  Cintailah innerchild kita dengan menerima luka, dan mengucapkan terima kasih pada diri atas penerimaan itu.  Lalu ucapkan pada diri bahwa luka itu kini tak lagi menganga tapi sudah kering dan akan semakin pulih ke depannya.  

3.Berusaha pahami emosi yang dirasakan 



Saat mengingat tentang kejadian yang menyakitkan, inner child yang terluka, dan membayangkan sosok yang telah melukai diri kita, akan muncul gejolak emosi dalam diri.  Pahami emosi yang kita rasakan itu.  Mungkin ada marah, sedih, takut, kuatir, dan mungkin juga benci.  

Pahamilah semua rasa yang muncul.  Oh, iya aku marah padanya.  Ya, aku benci sekali pada dia.  Aku jijik pada diriku sendiri.  Aku sedih dengan apa yang sudah terjadi.  Misalnya begitu.  Saat itu mungkin kita akan merasa sangat sulit memaafkan.  

Tetapi, jangan berhenti sampai di pemikiran itu.  Pahami dulu perasaannya.  Perasaan marah, sedih, jijik, kuatir, benci itu semua valid.  Dengan memahami perasaan itu, kita akan bisa mengatur diri untuk memutuskan apa tindakan kita selanjutnya. 

4.Terima tanggung jawab atas apa yang terjadi 



Setelah memahami emosi yang dirasakan, kita akan melangkah untuk bisa menerima tanggung jawab atas apa yang sudah terjadi. Setiap kejadian ada kelanjutan dan konsekuensinya. Apabila kejadian buruk tersebut menerpa kita, maka kelanjutannya akan menjadi tanggung jawab kita juga.  

Apakah kita mau menerima dan mengarahkan berikutnya menjadi lebih baik, atau diam saja dan membiarkan keadaan  memburuk.  Pilihan untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan menghapus mental korban adalah yang terbaik.  

Kerahkan energi dan pikiran untuk mengangkat derajat diri kita sendiri, dan berfokus pada hal-hal yang berada di bawah kontrol diri.  Hal-hal yang berada di bawah kontrol diri adalah pikiran, sikap, dan tindakan diri.  

5.Perlakukan diri dengan kasih sayang dan kebaikan 



Selanjutnya, dalam setiap tindakan yang didasarkan rasa tanggung jawab kepada diri sendiri, perlakukan diri ini dengan kasih sayang dan kebaikan.  

Berlembut-lembutlah kepada diri sendiri.  Berikan diri ini dorongan bukan paksaan, semangat bukan cemoohan, dan cinta bukan benci.  Tidak ada yang mampu menyayangi diri kita lebih baik selain diri kita sendiri.  

6.Fokus pada pilihan yang lebih baik 



Dalam memperbaiki kesalahan dengan rasa tanggung jawab, fokuslah pada pilihan yang lebih baik. Nah untuk bisa melihat dengan jernih pilihan-pilihan yang baik, tentunya kita harus berada pada kondisi yang baik pula.  Sudah bisa menerima, sudah paham konsekuensi, dan sudah siap menyayangi diri dengan pikiran-sikap-tindakan terbaik. 

Fokus pada pilihan yang lebih baik akan membuat kita sadar bahwa yang sebelumnya itu kurang baik, ya sudah kita terima, sudah lewat.  Nanti, bukan tidak mungkin dalam proses ke depannya kita menemukan pilihan yang lebih baik lagi. 

Misalnya kita merasa apa yang dilakukan orang tua kita dulu itu salah didik.  Terimalah.  Hasilnya mungkin ya seperti diri kita sekarang.  Kita tidak bisa minta dilahirkan dan didik ulang.  Terimalah.  Maafkanlah orang tua kita.  Itulah yang mampu mereka lakukan di zamannya.  Lalu, kita bisa fokus pada pilihan yang lebih baik setelahnya yaitu tidak mengulanginya pada anak-anak kita.  Cukup berhenti di diri kita.  

7.Pertahankan diri dalam kondisi PULIH dengan SEMELEH 



Ketika sudah bisa memilih dan fokus pada pilihan, artinya kita tinggal berusaha konsisten tetap di jalur itu.  Jalur PULIH.  Kita sudah bisa pulih dari luka masa lalu, sudah bisa memaafkan, sudah bisa menerimanya sebagai bagian dari diri kita di masa lalu yang menjadikan kita seperti sekarang ini.  Tidak melupakannya, tetapi meletakkannya sebagai masa lalu yang membentuk kita sekarang.  

Istilahnya SEMELEH , diletakkan pada tempatnya.  Semeleh dari bahasa Jawa “seleh” yang artinya meletakkan atau menaruh.  Jadi, letakkan semua di tempatnya.  Yang ada di masa lalu biarkan di sana, yang ada di masa kini kita jalani, yang ada di masa depan kita belum tahu maka biarkan menjadi misteri sampai tiba waktunya dialami.  

Dengan semeleh (meletakkan semua pada porsinya, pada tempatnya) kita akan menjaga diri dalam kondisi PULIH.  Tidak selalu terluka dan terbawa luka berlarut-larut hingga sulit memaafkan orang lain, diri sendiri, dan keadaan.  

Tetapi ketika semeleh, semua di porsinya, saat terluka kita akan belajar menerima, memaafkan, dan lapang. Kita akan merdeka dari belenggu luka. 

Bagaimana teman-teman, apakah langkah-langkah di atas bisa dimengerti? Mudah-mudahan bisa ikut dipraktekkan ya oleh teman-teman. 


Kunci memaafkan diri sendiri adalah mengakui kesalahan, lalu memahami mengapa kesalahan itu terjadi.  Selanjutnya, kita berusaha untuk memperbaiki situasi setelah semua peristiwa itu terjadi. 

Alangkah baiknya kita menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, kita dan orang lain punya potensi untuk melakukan kesalahan.  

Memaafkan dengan sebenar-benarnya memaafkan akan membuat kita lebih bahagia dan optimis.  Memaafkan diri sendiri dapat menumbuhkan harapan, membebaskan dari kecemasan, dan melindungi diri dari depresi.  


Walaupun tidak mudah untuk memaafkan diri sendiri, aku mengajak teman-teman semua untuk tidak ragu memulainya. Aku memimpikan semakin banyak jiwa-jiwa merdeka yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.  Sudah memaafkan masa lalu, dan tidak merisaukan masa depan.  Hidup di saat ini dengan hati yang lapang dan menerima diri sebagai manusia yang mungkin berbuat salah, tapi selau memilih untuk memaafkan.  

Jika teman-teman merasa kesulitan, jangan ragu untuk menemukan ahli yang tepat.  Carilah psikolog yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan teman-teman.  Jangan membiarkan hati yang luka oleh masa lalu dibawa terus berjalan ke depan.  

Sayangi diri kita yuk, ajaklah diri kita berjalan dengan hati yang lapang. Selamat berjuang untuk hidup yang lebih berseri, diawali dengan penerimaan yang utuh dan maaf yang berlimpah.  Maafkan aku ya jika caraku menulis ini semua kurang berkenan.  (Opi)

Tidak ada komentar

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.