Morning Cycling is Healing !


Karena rutin bersepeda tiap pagi, saya jadi kenal dengan Teteh Mihati, perempuan sebaya saya yang bekerja sebagai penyapu jalan.  Berseragam oranye, selepas Subuh Teh Mihati mengayuh sepeda dari rumahnya di Nagasari menuju Kantor Bupati di kawasan pusat Kabupaten Karawang.  Sepeda diparkirnya di sana.  Lalu, ia menunaikan tugasnya menyapu tepian Jln Husni Hamid. Jatahnya sekitar 1 km. Tugas itu tuntas Pukul 8.00 pagi.  Siang hari, ia kembali bertugas menyapu jalan pada Pukul 14.00 hingga selesai ba’da ashar. Demikian setiap hari.  

---

Rutin bersepeda ba’da Subuh selama satu jam setiap hari mulai saya lakukan sejak awal November 2019. Genap dua bulan aktivitas morning cycling saya jalani dengan sukacita. Kenapa sih kok morning cycling? .....


---

Enam bulan sudah saya bertugas di kantor cabang sebagai wakil pimpinan.  4 bulan di awal saya cuma ikut olahraga senam.  Belum kepikiran untuk bawa sepeda sama sekali. Kalau kemudian memutuskan untuk rutin bersepeda di pagi hari, itu memang ada triggernya. 

Trigger utamanya adalah rasa takut, kuatir, dan sedih yang melanda.  Kadang tidak tahu kenapa sebabnya.  Mungkin stress ya?  Barangkali.  Saya tidak tahu persis waktu itu.  Namun, bertugas di kantor cabang dan tinggal terpisah dengan keluarga memang mempengaruhi pribadi saya. 

Pertama, jadi sering kepikiran anak, sedikit - sedikit jadi baper.  Kedua, waktu sepulang kerja yang biasa dinikmati bersama keluarga jadi terasa hampa karena dilewatkan sendirian.  Perasaan jadi lebih sensitif dan mudah sedih.  Ketiga, di awal-awal sering saya gagal pulang di akhir pekan karena tugas.  Ternyata kurang waktu berkumpul dengan keluarga melemahkan saya.


Saran Sahabat 

Seorang sahabat yang juga terpisah jarak nun jauh di sana dan menjalani kehidupan yang serupa dengan saya, tapi sudah lebih lama serta survive, bilang begini,”Pi, kamu hanya butuh lebih banyak olahraga untuk membuang semua yang negatif.”  

Lalu dia bercerita, waktu luangnya setelah bekerja habis untuk olahraga.  Ya bulutangkis, tenis meja, tenis lapangan, sampai volley dan basket.  Semua dijabanin.  Hasilnya? Ya ngga sempat sedih. Ngga sempat sama sekali. Bahkan kalau semua cabang lagi off, dia push up dan sit up sampai mandi keringat di rumah dinas sendirian.  Hahahaha…..  Edan.  Lah habis gimana, mau pulang tiket pesawat masih mahal, alamakjan. 

Tapi, positifnya tidur jadi nyenyak dan otomatis terbangun di malam hari untuk bermunajat.  Lalu bertilawah sejenak tetiba sudah Subuh. Kalau sudah Subuh, matahari akan cepat meninggi…. Hari akan cepat berlalu bersama tugas-tugas yang datang silih berganti.  



Saya sebetulnya jauh lebih beruntung dari sahabat. Setidaknya saya masih bisa pulang setiap pekan karena ngga perlu pusing dengan harga tiket pesawat. Karawang-Depok sebetulnya ngga jauh.  Hanya tanggung jawab stand by di wilayah tugas lah yang akan membuat pimpinan bijak memilih kapan saat harus tetap di wilayah tugas, dan kapan boleh lepas sejenak.  Jadi ya ngga bisa seenaknya aja meninggalkan wilayah tugas dong.  

Lantas, diri ini terpekur dan berpikir keras.  Olahraga apa yang bisa saya nikmati seperti dia menikmati semua cabang olahraga itu?  Bulutangkis, ngga bisa.  Tenis meja, tenis lapangan, volley dan basket semuanya saya ngga bisa! Kasian deh….. ngapain aja saya semasa muda ya?  Hahahaha….

Lari ? sudah ngga kuat hehehe.  Jogging? Entah kenapa rasanya kurang nendang.  Dipikir-pikir,  bersepeda paling cocok lah buat saya. Beberapa sepeda nganggur di rumah  Depok, cuma digowes Sabtu atau Minggu. Kesempatan saya nih untuk balas dendam karena selama masih bertugas di kantor pusat, hampir pasti tidak akan bisa bersepeda di pagi hari.  Jarak rumah di Depok ke kantor di Jakarta Selatan sekitar 26 km dan pagi buta saya sudah harus berdesakan di kereta cuuyy. 


MULAI MORNING CYCLING


Fix, saya putuskan bersepeda di pagi hari seusai sholat Subuh. Yang penting coba dulu dan konsisten.  Yang lain urusan nanti. 

Jadilah saya dibakar tekad untuk rutin bersepeda di pagi hari supaya sehat.  Usai sholat Subuh, langsung cuzzz gowes muter-muter jalan raya kabupaten, nyusur rel, atau sedikit masuk ke perkampungan dengan sepeda kesayangan yang sengaja diboyong dari rumah Depok ke rumah dinas di Karawang. 

Udara pagi yang sejuk dan kaya oksigen ternyata punya kemampuan hipnotis yang tinggi! Kesejukan dan keheningan pagi itu membuka hati, merasakan bahwa dunia ini ternyata begitu
indah.  Setiap pagi Mang Kumis penjaga rumah dinas membukakan pagar untuk saya, dan dengan suka hati memotret saat bergaya dengan sepeda sebelum melesat dalam kayuhan pedal.
 



Dari kayuhan pertama, sejak menyusur jalan kecil menuju jalan raya, kiri kanan telah ramah menyapa.  Satpam Rumah Sakit Dr Djoko yang letaknya berderetan dengan rumah dinas, selalu tersenyum pada saya walau ia tampak lelah. Mungkin mau aplusan. Abang tukang parkir RS selalu berteriak nyaring ketika saya akan melintas, pertanda untuk berhati-hati akan mobil yang keluar masuk RS.  

Mamang kupat tahu yang baru saja mengeluarkan gerobak dorong untuk menyiapkan dagangannya di depan RS tidak lupa mengangguk atau sekedar menundukkan tubuh.  Caranya memberikan salam kepada saya, pesepeda yang tak pernah dikenalnya. 

Menuju jalan raya, seringnya belum ramai. Sengaja, keluar sepagi mungkin saat jalan masih sepi.  Sebetulnya saya ini penakut, ngeri bersepeda di jalan raya yang ramai.  Beberapa berita tentang tertabraknya pesepeda di jalan raya hingga meninggal, sering menghantui.  Tapi saya mencoba melawan ketaakutan itu sendiri.  Solusinya, gowes pagi-pagi, ketika jalan raya masih sepi.  Namun tetap mengayuh di tepi.  

Teteh Mihati, perempuan penyapu jalan di Jln Husni Hamid Karawang


SEGENGGAM HIKMAH SETIAP PAGI

Karena rutin bersepeda tiap pagi, saya jadi kenal dengan Teteh Mihati, perempuan sebaya saya yang bekerja sebagai penyapu jalan.  Berseragam oranye, selepas Subuh Teh Mihati mengayuh sepeda dari rumahnya di Nagasari menuju Kantor Bupati di kawasan pusat kabupaten.  Sepeda diparkirnya di sana.  Lalu, ia menunaikan tugasnya menyapu tepian Jln Husni Hamid. Jatahnya sekitar 1 km. Tugasnya tuntas Pukul 8.00 pagi.  Siangnya, ia kembali bertugas menyapu jalan pada Pukul 14.00 sampai selesai ba’da ashar. Demikian setiap hari. 

“Teteh, pagi banget ya harus sudah nyapu jalanan,” kata saya.
“Iya bu, alhamdulillah ini juga ada pekerjaan bu, ada gaji, masih bisa ngurus anak pulang dari nyapu pagi sebelum berangkat nyapu siang,” ujar Teh Mihati sambil tersenyum. Tampak indah di kulit wajahnya yang kuning bersih. 

Teteh Mihati, perempuan penyapu jalan di Jln Husni Hamid Karawang
sedang menunaikan tugas mulianya

Saya pura-pura melihat ke jalan sambil menyembunyikan mata yang tiba-tiba berair. Rasa syukur tergambar jelas di wajah Teh Mihati yang walaupun pekerjaannya menyapu jalan mulai jam 5.30 pagi tapi sudah tampil rapi dengan seragam oranye. Lengkap dengan wajah berbedak serta bibir bergincu. Senyumnya sumringah. 

“Senang ya Teh, tiap bulan gajian. Terima berapa teh kalau gajian?” tanya saya lagi.
 “Satu juta delapan ratus lima puluh ribu, bu.  Alhamdulillah gaji ga pernah telat,” jawabnya, lagi-lagi tersenyum.

“Alhamdulillah,” ucap saya sambil tersenyum.  Rasanya tersenyum di atas kebahagiaan orang lain itu indah loh…. Dalam hati, saya memohon keberkahan Tuhan atas rizki yang disyukuri Teteh Mihati.  

Setelah perkenalan kami, setiap melihat saya melintas mengayuh pedal di ruas jalan Husni Hamid saat bersepeda pagi hari, Teh Mihati pasti melambaikan tangannya sambil tersenyum.  Kadang memanggil, “Ibu…hati hati.” 

Jika melihatnya lebih dulu sedang menyapu, saya pasti menyapanya sambil melambai, “Teteh Selamat pagi…” 

Sesederhana itu tapi rasanya tidak terbeli olah apapun.  Senyum yang tulus di pagi hari , adalah pelajaran penting buat saya untuk menghargai hidup.


Secara kebetulan juga setiap pagi jalur sepeda saya selalu melewati Taman Pemakaman Umum (TPU) Karangpawitan. Melewati kuburan pagi hari, saat cahaya dunia masih redup dan jalan masih sepi, membuat saya lebih memperhatikan jalan.  Jelas terlewati makam-makam yang dipagar rapi.  Di dalamnya jasad-jasad tak bernyawa mungkin sudah hancur menunggu dibangkitkan di hari kebangkitan. Pulang ke akhirat dengan bekal amal masing-masing.  Saya nantinya juga akan seperti itu.  Tiba-tiba saya teringat bekal pulang ke akhirat. Sudah cukup?.... 

Kalu sudah mengingat mati, saya jadi lupa dengan sedih dan luka. Yang teringat, hari ini amal kebaikan apa yang sudah dan akan dilakukan untuk bekal pulang?....



Setelah selesai gowes, saya masih sempat ngadem lalu mandi cantik dan sarapan sebelum ngantor. Jarak kantor cabang dengan rumah dinas yang cuma 5 menit jalan kaki, membuat saya tidak harus gedubrakan di pagi hari untuk berangkat kerja.  

Morning cycling secara tidak langsung membuat saya jadi belajar mengatur waktu.  Malam hari sepulang bertugas, saya nyaris tidak pernah keluyuran.  Langsung pulang dan bersih-bersih, video call an dengan keluarga, lalu mencoba untuk tidur lebih cepat supaya bisa bangun satu jam sebelum Subuh.  Supaya bisa sholat malam dan tilawah dan tiba-tiba sudah Subuh.  Persis seperti yang diujar sahabat saya.  

Begitu setiap hari, saya coba untuk konsisten.  Ngga mudah juga.  Karena kadang ada tugas sebagai wakil pimpinan yang harus dilakukan sampai larut malam, atau sebelum Subuh sudah harus ada di gudang untuk mengawasi fumigasi.  Tapi itu ngga setiap hari.  Pada saat-saat itu memang saya absen gowes.  Ya ngga apa-apa juga.  Besok dilanjut lagi.  Santai aja, ngga ada beban. 

Dalam hal ini, saya harus berterima kasih banyak kepada sahabat saya yang alhamdulillah, dari yang tugasnya dekat dengan keluarga, lalu dijauhin, lalu dekat lagi, jauh lagi, dan sekarang dekat lagi, dia tetap konsisten dengan semangat olahraganya itu.  Bertugas terpisah dari pasangan dan anak memang banyak tantangannya, dan itu terselesaikan dengan olahraga serta ibadah!



Dua bulan rutin bersepeda di pagi hari, saya bisa bilang morning cycling is healing.  Menyembuhkan segalanya.  Pedih, sakit, luka yang ada di hati karena sedih, kuatir, dan tidak puas dengan keadaan bisa menguap.  Kok bisa?....

Ya, bisa banget.  Apalagi kalau di jalur sepedamu selalu melewati keheningan dan kesejukan, menjumpai senyum tulus orang-orang yang penuh rasa syukur (seperti Teh Mihati, Abang tukang kupat tahu, satpam RS Dr Djoko, dan tukang parkirnya), dan melintasi makam-makam yang juga suatu saat akan menjadi rumahmu. Sekejap kesedihan di hati akan sirna.  Berganti dengan syukur dan indah, serta motivasi untuk menjadi versi terbaik diri sendiri.  



Cuma satu yang tidak bisa digantikan oleh morning cycling yaitu rindu.  Rindu bertemu pasangan dan anak-anak harus ditunaikan dengan perjumpaan. Jadi, bersepeda di pagi hari menjadi sarana untuk saya supaya bertekad sehat. Sehingga saat perjumpaan menunaikan rindu dengan yang tercinta kita semua dalam keadaan sehat dan segar.  

Udara pagi yang dihirup sambil mengayuh pedal sepeda itu memang ajaib. Bisa merasuk sampai ke dalam sukma. Oksigennya masuk ke paru-paru, disaring dengan baik hingga diedarkan oleh pembuluh darah sampai ke otak dan seluruh tubuh. Keheningan yang kemudian beralih menjadi bergegas seiring dengan meningginya matahari, menyajikan gambaran yang nyata tentang gerak kehidupan di bawah kuasa Nya. 

Itulah sebabnya, sayang sekali melewatkan bersepeda pagi hari.  Setiap malam, saya berusaha mengkondisikan agar cukup istirahat sehingga tidak kesiangan bangun. Suatu pagi, hujan gerimis.  Mang Kumis penjaga rumah dinas melarang saya pergi gowes. “ Gerimis bu, nanti masuk angin,” ujarnya.

Saya bersikukuh.  Terus gowes dalam gerimis sampai tuntas satu jam.  Namun, memang badan sudah tak muda lagi, yah saya baru saja berulang tahun yang ke 42 tahun.  Jadilah benar apa yang dikuatirkan Mang Kumis. Enter win.  Sampai kantor saya merasa pusing dan perut mual-mual. Hahaha.  Tanpa aba-aba langsung nenggak jamu Tolak Angin.  

Suatu hari, salah seorang bos di kantor pusat yang kebetulan selalu mengamati perkembangan saya bersepeda, memberikan apresiasi pada saya.  Beliau bilang, “Kereen, salut dengan semangat untuk sehatnya”.



Saya menjawab,” Bismillah Bu, harus sehat, ada anak-anak yang nunggu ibunya pulang , jadi harus sehat.”  Tekad untuk selalu pulang dalam keadaan sehat dan memberikan kasih sayang yang utuh pada anak-anak membuat semangat sehat terus membuncah. Walaupun kadang memang akhir pekan pulang bersama lelah, saya bertekad tetap positif dan yakin pengaruhnya pada kesehatan tubuh dan jiwa. 

Setelah demikian besar manfaat yang saya rasakan dari bersepeda di pagi hari, rasanya sebisa mungkin akan terus saya jalani selama masih mampu.  Morning cycling is healing, of course. (Opi)






Bersepeda Pagi Hari 


Lewat kayuh pedalku 
Pagi adalah anugerah 
Sebongkah waktu yang dikaruniakan Tuhan 
Untuk menutrisi hati dan menata jiwa insan
Lewat keberlimpahan oksigen dan harmoni 
yang tercipta dari udara berpadu berkas cahaya matahari baru, 
ditingkahi telisik daun-daun bergoyang di dahan pohon-pohon besar sepanjang jalan raya yg kulalui

Lewat kayuh pedalku 
Pagi adalah rahmah 
Sebentuk kemenangan yang disediakan Tuhan 
Untuk insan yang bersikukuh membuka katup kelopak mata
Di awal panggilan adzan
Yang bersedia melawan ketakutan dan kekuatiran tentang 
Apa dan bagaimana nantinya hari ini akan berujung

Lewat kayuh pedalku 
Pagi adalah karunia 
Segenggam rasa yang kukenang setiap waktu berjeda
Melalui senyum perempuan penyapu jalan 
Menyela lambaian tangan abang penarik becak 
Menyusul tatapan mata penuh harap ibu penjual nasi uduk 
Menyambangi deru kendaraan di jalan yang makin riuh seiring meningginya matahari 

Lewat kayuh pedalku 
Pagi menjadi saksi 
Beralihnya hening fajar ke riuhnya gerak yang bergeges dan menderu 
Menyusul aktivitas menjemput rizki 


Lewat kayuh pedalku
Jarak dan pacu bukanlah penentu 
Tapi harmoni dan semangat pagi 
Pasti kurekam dan kugenggam sampai senja nanti 
Bekalku untuk kokoh menyusuri hari
Bismillahi tawaqaltu alaih…. La haula wala quwwata illa billahil alil adziim…. 

Opi
Karawang, 30 Desember 2019 



6 komentar

  1. Wah itu lingkungan kompleksnya nyaman sekali. Selama tinggal di Indonesia, rasanya saya belum menemukan lingkungan yang senyaman ini untuk bersepeda. Di kompleks-kompleks dekat tempat tinggal saya, kalau bukan banyak mobil, jalannya tidak mulus, bikin kita gak minat untuk naik sepeda

    BalasHapus
    Balasan
    1. lumayan ni... kalau pagi memang sepi. mulai jam 6.30 pagi sudah mulai ramah jalan depan rumah. banyak mobil dan motor , dekeeet banget sama RS

      Hapus
  2. wah iya aku juga pengen banget mbak
    sayang belum ada sepeda
    harus nabung nih suka banget liat kehidupan di pagi hari
    jadi fresh gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nabung dulu mas buat beli sepeda , biar terlaksana yah... aamiin . semangat hehehehe

      Hapus
  3. Baca ini aku juga jd keoengin rutin olahraga mba. Tp Krn sepeda aku ga bisa, kayaknya LBH suka jogging :D. Dari dulu kalo jalan aku seneng, dan kuat jalan jauh. Mungkin Krn hobi travelingku ya. Kalo udh traveling, biasanya kemana2 pasti banyakan jalannya, apalagi kalo sedang winter. Ga berasa capek Krn dingin. Makanya olahraga yg aku favoritin ya jogging. . Hrs rutin deh, mumpung msh tahun baru :D

    BalasHapus
  4. Nah ini dulu aku juga srring melakukan sepedaan tiap weekend, tapi seksrang udah jarang huhu, lebih suka joging sekarang ini :) tapi bener sih bisa membuang energi negatif kalo kita olahraga

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.