Review Buku: Don't Be Angry Mom



Jika ada lomba marah-marah, mungkin saya punya peluang besar jadi juara satu.  Suami dan anak-anak tahu persis bagaimana perilaku marah-marah saya di rumah. Ada lantai yang becek sedikit kena tumpahan, saya ngomel. Anak-anak lupa menjemur handuk sehabis mandi, saya marah-marah.  Ayah lupa menutup kulkas, saya pasti langsung naik darah. 

Begitulah...... 

Di kantor saya mungkin terlihat tenang, sabar, dan kalem. Tapi di rumah, ketika mengasuh anak-anak, saya berubah jadi makhluk dengan sumbu panas di ujung yang siap meletup oleh sedikit saja pencetus. Sejujurnya, setiap selesai ngomel itu penyesalan selalu datang.  Apalagi melihat wajah anak yang polos atau ketakutan saat nada suara saya meninggi disertai geraman atau kadang cubitan. Apakah para ibu di luar sana merasakan seperti apa yang saya rasakan?......


Penyesalan tinggal penyesalan.  Tidak ada momen yang bisa kembali.  Yang ada hanya kesempatan memperbaiki diri.  

Saya tertolong oleh sebuah buku berjudul Don’t be Angry Mom, Mendidik Anak Tanpa Marah-Marah karya dr. Nurul Afifah Si Bungsu yang biasa “membajak” HP saya lah yang menunjukkan informasi tentang buku itu seraya berkata:  “ Bu, nih bu… ibu harus baca buku ini kayaknya supaya ngga marah-marah,” kata anak bungsu. Sebuah buku berwarna putih, dengan gambar seorang ibu yang sedang memeluk anaknya, nangkring di sebuah laman online marketplace. 

Baca buku ini dong bu biar ga marah-marah
 
Saya langsung mengecek informasi tentang buku itu. Si Bungsu tersenyum meledek, dan melipir pergi. Entah apa yang membuat saya ketika itu langsung memroses pembelian buku.  Esoknya si buku sudah ada di genggaman saya, siap dibaca. 

Saya membacanya dalam perjalanan pulang dan pergi kantor, serta mencuri waktu saat jam makan siang di kantor.   

Ibu janji ya jangan marah-marah lagi 

Parenting - Parentips

Buku Don’t be Angry Mom, Mendidik Anak Tanpa Marah-Marah ini ditulis oleh dr. Nurul Afifah, founder @bundatalk.  Ia seorang dokter muda (usia 30 tahun) yang aktif mengisi seminar dan talkshow tentang parenting di Indonesia.  Buku ini adalah debut pertamanya.  

Apa sih isi buku ini?  Walaupun judulnya Don’t be Angry Mom, isi bukunya bukan petuah kepada orang tua supaya tidak marah-marah ke anak. Lebih ke tips kendali marah yang diperkuat landasan teori kedokteran, psikologi, kejiwaan, dan agama. Bisa dibilang parentips nih, alias tips for parents

Di awal, buku ini memaparkan tentang serba serbi marah, mulai dari bentuk ekspresi marah dan mengapa marah harus disalurkan dengan tepat.  Selanjutnya, penulis menghubungkan sebab dan akibat marah baik untuk orang tua maupun anak.  Semua sebab yang membuat orang tua marah-marah dijembreng di sini.  Di bagian ini juga dijelaskan bagaimana kebiasaan marah-marah sangat berdampak buruk bagi orang tua maupun anak. Duh, pokoknya nampol banget. 


Selanjutnya, barulah dibahas tentang metode kendali marah.  Mulai dari bagaimana agar tak mudah marah, saat ingin marah, dan bahkan ketika terlanjur marah. Penulis juga memberi catatan penting tentang marah bukan hanya pada orang tua juga pada anak-anak. Penyebab anak marah dan tanda-tanda marah yang tidak normal pada anak dibahas pada satu bab tersendiri. 

Di akhir, buku ini membahas tuntas tentang cara mendisiplinkan anak.  Mulanya saya agak heran, kok tiba-tiba bahasannya tentang disiplin. Agak bingung sih, karena tidak ada paragraf penghubung yang menjembatani antara bahasan mengenai marah di bab-bab sebelumnya dengan bahasan tentang disiplin. 

Tetapi setelah saya renungi, oooh ya rupanya karena penyebab marah pada orang tua seringkali karena anak-anak tidak disiplin, dan orang tua sering menggunakan kemarahan untuk mendisiplinkan anak.  Barangkali penulis ingin sekaligus menyajikan solusi pendisiplinan anak tanpa marah-marah di bab akhir.  Ini dugaan saya ya….. 

Bagaimanapun bahasan di bab akhir tentang parentips cara mendisiplinkan anak tanpa marah sangat bermanfaat.

Menggugah Orang Tua untuk Mengelola Emosi

Buku ini ingin menggugah orang tua bahwa pada dasarnya, marah merupakan bentuk emosi yang wajar dan manusiawi. Namun, marah bisa menjadi malapetaka apabila disalurkan dalam bentuk destruktif (merusak).  Destruktif misalanya membanting barang, melakukan kekerasan fisik maupun verbal (memukul, menghina, membully) dan perbuatan merusak lainnya.

Menyalurkan marah secara tepat adalah mengelola emosi marah secara konstruktif (kebalikan dari destruktif).


Kesalahan fatal kita sebagai orang tua adalah (menurut buku ini), persepsi bahwa marah bisa mendisiplikan anak. Padahal, sebaliknya marah justru membuat anak semakin tidak disiplin. Di buku ini, dr. Nurul Afifah menjelaskan secara gamblang bedanya marah dengan tegas.  Tegas lah yang dibutuhkan dalam  mendisiplinkan anak, bukan dengan marah. 

Kemarahan tidak mengajarkan apa-apa terhadap perkembangan anak.  Ia justru membuat renggang ikatan batin antara orang tua dan anak.  Anak akan merasa tidak nyaman dan takut karena perilaku orang tuanya yang sering marah.  (halaman 43)

 

Penyebab dan Dampak Marah bagi Orang Tua dan Anak


Ini nih sebabnya kenapa orang tua jadi marah-marah.  Coba cek deh ke diri kita masing-masing, cocok kan….

Penyebab marah pada orang tua: 

1. Sebab internal (fisik dan psikis) :  lapar, lelah, mengantuk, mood swing, takut, stress, dan hidup yang tergesa-gesa (terburu-buru)

2. Sebab eksternal : keluguan anak yang terjadi di saat fisik dan psikis orang tua sedang tidak tepat.  Misalnya anak masih pilih-pilih baju padahal sudah akan berangkat, hari sudah siang tapi belum bangun tidur, tidak mau membereskan mainan, susah makan, tidak mau belajar, tidak mau membantu, dan sebagainya.  

3. Gap kesenjangan :  orang tua melarang versus anak ngeyel 

4. Beda standar : orang tua menginginkan anak yang ideal 




Dimarahi berulang-lang terus menerus memberikan dampak yang sangat menyeramkan bagi anak.  Ini dampak marah bagi anak sebagaimana ditulis dr. Nurul Afifah: 

1. Dampak fisik : kerusakan/kematian sel otak anak, jantung lelah, Dyspepsia (nyeri pada ulu hati anak)

2. Dampak psikis :  kepercayaan diri anak menurun, menutup diri, depresi, prestasi belajar menurun, kesulitan menjadi pendengar yang baik, cenderung menjadi pribadi yang emosional.  


Dan ini dampaknya bagi orang tua yang suka marah-marah :  

1. Dampak fisik: tekanan darah tinggi, serangan jantung, penurunan fungsi paru, stroke, sakit kepala, dyspepsia/ mag/nyeri ulu hati, sulit tidur, melemahnya kekebalan tubuh, stress, gangguan kecemasan, depresi, memudarkan kecantikan dan mempercepat penuaan dini.  
2. Dampak psikis:  kehilangan kendali diri, merugikan diri sendiri, bertentangan dengan agama, menyebabkan permasalahan pada anak, menurunkan bonding orang tua dengan anak.  

Ada tiga hal penting yang menurut saya sangat implementatif dari buku ini mengenai poin kendali marah.  Tiga hal tersebut adalah fokus pada kelebihan anak, mencukupkan me time ibu, dan teratur menyediakan waktu berkualitas bersama pasangan.  Ketiga hal tersebut sangat potensial dalam meminimalkan sebab kita jadi marah-marah.  Karena, ketiga hal ini akan membuat batin kita tenang, emosi juga terkontrol.  


Walaupun buku ini tipis, tapi isinya padat sekali.  Bahasanya juga sederhana, tidak menghakimi. Mudah dipahami oleh siapa saja. 

Buku ini pantas dibaca semua orang tua.  Terutama sih orang-orang seperti saya- ibu yang suka marah-marah karena ekspektasi yang terlalu tinggi pada anak untuk berperilaku baik menurut ukuran ibu secara sepihak.  Buku ini mengubah pandangan saya bahwa anak-anak saya bersikap menjengkelkan sehingga membuat saya marah.  Menohok sekali saat tanya balik ke diri sendiri, apakah saya tidak menjengkelkan dengan marah-marah pada mereka?


Selesai baca buku ini, jadi marah deh sama diri sendiri.  Tarik nafas panjang, terus istighfar.  Buru-buru peluk anak-anak (terutama yang bungsu) dan minta maaf sambil mata berkaca-kaca.  Sebagai reframing, saya bilang sama Si Bungsu, “Adek, kemarin-kemarin kalau ibu marah itu bukan karena jahat sama adek ya…. tapi karena ibu sayang….  Ibu pingin adek disiplin, tapi cara ibu salah.  Maafin ibu ya dek.”

Ga seru lah kalau teman-teman cuma baca ulasan saya di blog tentang buku ini.  Harus baca bukunya sendiri dari awal sampai akhir. Mau ikutan giveaway buku ini? Silakan lanjut ke IG @opiardiani untuk mengikuti giveaway buku ini ya.  Siapa tahu beruntung mendapatkan buku ini secara cuma-cuma. 

Sampai jumpa di postingan berikutnya ya …. 



Informasi Buku : 
Judul :  Don’t be Angry Mom, Mendidik Anak Tanpa Marah-Marah 
Pengarang :  dr. Nurul Afifah 
Penerbit:  Penerbit Ikon, Jakarta  Cetakan ke-6,   Januari 2019 
Tebal :  167 hlm. 
Harga :  Rp. 65.000,-
Dimensi :  20 x 14 cm 


Foto-foto:  koleksi pribadi Opiardiani. 

 

3 komentar

  1. Mungkin aku butuh beli buku ini juga. Selama ini aku pun sering marah2 ke anak mba. Trutama si Kaka. Anehnya kalo sama si adek, aku ga terlalu gampang ketrigger. 1 reason lagi yg bikin aku kliatan pilih kasih.

    Bisa jd alasan2 di atas bener, kenapa aku gampang ngomel, mungkin Krn std yg aku harapkan ga tercapai dengan si kakak. Makanya bawaan lgs emosi :(

    Aku coba cari nanti bukunya. Biar gimana, aku pengen kok berubah juga mba. Ga mau aja ntr anakku jd rendah diri,dan tertutup

    BalasHapus
  2. Mungkin aku butuh beli buku ini juga. Selama ini aku pun sering marah2 ke anak mba. Trutama si Kaka. Anehnya kalo sama si adek, aku ga terlalu gampang ketrigger. 1 reason lagi yg bikin aku kliatan pilih kasih.

    Bisa jd alasan2 di atas bener, kenapa aku gampang ngomel, mungkin Krn std yg aku harapkan ga tercapai dengan si kakak. Makanya bawaan lgs emosi :(

    Aku coba cari nanti bukunya. Biar gimana, aku pengen kok berubah juga mba. Ga mau aja ntr anakku jd rendah diri,dan tertutup

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga mba sampe skr msh terus belajar spy ga gampang marah2.... ini kayaknya emang challenge seumur idup mba....skr ku lebih fokus utk meminimalkan hal2 yg bikin aku jd meledak spt capek atau terlalu bnyk beban pekerjaan shg kurang istirahat. Kalau kondisi kita balance kita bs kok marah scr sehat. Semangat mba... niat baek selalu ketemu jalannya yak

      Hapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.