Penggunaan Gadget Anak Mengkhawatirkan Selama Pandemi Covid-19? Ini 7 Cara Jitu Menyiasatinya


Foto oleh Amina Filkins dari Pexels


“Perubahan itu nyata.  Bergulir.  Bagaimana membatasi screen time sementara selama pandemi kita terkondisi serba online?....Bagaimana mengalihkannya menjadi impactful screen time?”

Empat laptop berjajar.  Menyala berbarengan di rumah.  Dua digunakan ayah dan ibu saat Work from Home (WfH) ketika terjadi pembatasan mobilitas ke kantor hingga 50%.  Dua digunakan anak sulung dan anak bungsu untuk pembelajaran jarak jauh. Begitulah yang terjadi nyaris setiap hari di rumah saya selama pandemi Covid-19. Mungkin juga di rumah-rumah wilayah merah sebaran Corona di penjuru Nusantara. 

Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan hidup manusia di seluruh penjuru dunia. Shifting (pergeseran) makna juga terjadi pada cara belajar sekolah formal.  Tak terkecuali di Indonesia.  Pembelajaran jarak jauh bagi siswa sekolah mulai dari PAUD hingga Perguruan Tinggi, menjadi satu-satunya pilihan, sejak lonjakan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 belum mampu dikendalikan. 

Seribu satu konsekuensi turut menyertai bersamaan dengan pilihan ‘sekolah dari rumah’ melalui fasilitas online. Beriringan dengan level stress dalam rumah dan efektivitas belajar, yang paling jelas di depan mata adalah terjadi peningkatan penggunaan gadget pada anak selama pandemi Covid-19.  


Foto oleh
 Andrea Piacquadio dari 
Pexels


Seberapa tinggi peningkatan penggunaan gadget pada anak selama pandemi Covid-19 yang sudah menginjak hitungan tahun pertama?... Apakah mengkhawatirkan?.

Saya pribadi awalnya mendengar keluhan beberapa ibu yang sulit mengontrol penggunaan gadget anak-anaknya selama pandemi.  “Sebelum pandemi saja setengah mati mengalihkan anak-anak dari gadget.  Tambah lagi ini pandemi semua pelajaran via online, mau ngga mau pakai gadget.  Buyar semua lah itu upaya untuk meminimalkan penggunaan gadget pada anak.”  Begitu kira-kira intisari keluhan para ibu.  Nada-nada kuatirnya sudah mengemuka. 

Sejumlah orang tua yang sadar akan pengaruh negatif gadget bagi perkembangan anak, memang berupaya membatasi screen time anak.  Screen time adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan jumlah waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan televisi, komputer, ponsel pintar, tablet digital, hingga permainan video.

Beragam sebab kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan gadget anak telah banyak diteliti. Mulai dari kesehatan mata dan tulang punggung hingga psikososial anak.  Ini menjadi acuan para orang tua untuk membatasi penggunaan gadget pada anak.  

Sebelum Corona merebak, anak-anak bisa dialihkan dari gadget melalui berbagai kegiatan melibatkan interaksi dengan kawan atau orang tua .  Kegiatan tersebut sebagaimana artikel yang pernah saya tulis di SINI. 


Namun saat Covid-19 melanda, perubahan sungguh nyata. Kita semua dihadapkan pada Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).  Pembatasan mobilitas mengkondisikan hampir semua kegiatan dilakukan serba dari rumah. Belajar dan bekerja berpindah online. Gadget menjadi piranti utama untuk terhubung dengan dunia luar sepanjang waktu tanpa jeda. 

Wajar bila orang tua kuatir.  Generasi pandemi mungkin akan jadi generasi yang paling intens berada di depan layar digital.  Tak ternafikan. Generasi orang tua tak pernah mengalami ini dan gamang dengan perubahan yang terjadi sedemikian nyata dan cepat. 

Saya pun melakukan Survei Online :)


Saya termasuk orang tua yang merasakan kegamangan itu.  Kondisi memang telah berubah.  Berbekal rasa ingin tahu, saya coba melakukan survei sederhana melalui Google Form kepada rekan-rekan kerja di kantor, tetangga, dan teman-teman yang memiliki anak usia sekolah.  Saya ingin mengetahui seberapa besar sih peningkatan penggunaan gadget pada anak selama pandemi?  Jika memang  mengkhawatirkan, toh kita harus punya solusi untuk tidak mati gaya di tengah perubahan yang terus bergulir ini. 




Survei dilakukan pada 6-8 Februari 2021 kepada 45 responden berusia 20 sd 50 tahun, berlatar belakang pendidikan D3 hingga S2.  64% responden berjenis kelamin perempuan dan 35,6% laki-laki. Responden teridentifikasi anak-anaknya telah mengenal gadget sejak balita (33%) dan sejak batita (28,9%).  Sisanya bervariasi di rentang usia yang berbeda yaitu usia bayi (kurang dari 1 tahun), usia SD, dan bahkan ada yang baru mengenal gadget ketika pandemi. Jumlah anak para responden bervariasi mulai dari 1 hingga lebih dari 4 anak, kombinasi antara usia balita, SD hingga Sekolah Menengah. 
 

Fakta Penting Hasil Survei Peningkatan Penggunaan Gadget Anak


Berdasarkan survei, ada beberapa fakta penting yang menurut saya perlu jadi perhatian yaitu : 

Fakta 1 :  Terjadi peningkatan penggunaan gadget anak dari 1 sd 3 jam sebelum pandemi menjadi 5 hingga 7 jam selama pandemi. 

 
Peningkatan ini bisa diduga adalah dari penggunaan gadget selama pembelajaran jarak jauh.  


Fakta 2:  Yang disukai anak dari gadget adalah nonton Youtube (53,3%) dan main game (17,8%).  Sisanya adalah berselancar di media sosial, ngoprek aplikasi, dan ikut e-learning



 

Fakta 3: 48,9% Responden mengungkapkan bahwa anak-anaknya tertarik ikut e-learning/online course/ creativity class.  Sementara 26,7% responden tidak tertarik.  Sisanya masih ragu-ragu tergantung dari mood anak dan modul kelas yang ditawarkan.

 


Fakta 4 : E-learning yang diminati adalah story telling (17,8%), video editing (13,3%) dan coding (11,1%).  Sisanya bervariasi mencakup desain, Bahasa, robotic, baking, e-learning yang mendukung mata pelajaran sekolah, dan kombinasi.
 


Fakta 5: Hanya 4,4% saja yang meletakkan biaya pada pertimbangan utama mengikutsertakan anak pada e-learning.  51,1% responden (orang tua) meletakkan minat anak sebagai pertimbangan utama.  Sementara 33,3% concern pada minat dan biaya.  


 
Fakta 6: 51,1% responden mendampingi anak dalam penggunaan gadget apabila dipandang perlu.  40% nya selalu mendampingi full. 
 

Anjuran Resmi Screen Time pada Anak, Berapa Lama ?....

Beberapa referensi yang merekomendasikan durasi screen time pada anak bisa kita temukan pada:
1. Panduan World Health Organization (WHO) tahun 2019
2. Rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP) 21 Oktober 2016
3. Rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia  (IDAI) selama School from Home yang dilansir di akun resmi Instagram IDAI @idai_ig tanggal 30 dan 31 Juli 2020.

WHO memberikan pedoman, bayi di bawah usia 1 tahun tidak diperkenankan terpapar layar digital. Sedangkan anak-anak antara usia 2 hingga 5 tahun diperkenankan melihat layar gawai maksimal satu jam dalam sehari.  Lebih sedikit lebih baik.

Sedangkan Rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP) 21 Oktober 2016 dapat dirangkum sebagai berikut: 

Bayi di bawah usia18 bulan tidak diperkenankan screen time sama sekali kecuali video call, misalnya dengan kakek neneknya atau anggota keluarga lainnya yang berjauhan, karena ini termasuk berinteraksi dengan orang lain 

Balita usia18-24 bulan boleh diperkenalkan dengan media digital berkualitas tinggi, namun harus didampingi orang tua agar anak mengerti apa yang mereka lihat

Balita usia 2 sd 5 tahun boleh menonton program bermutu tinggi maksimal satu jam per hari, wajib didampingi orang tua agar anak mengerti apa yang mereka lihat dan bisa mengaplikasaikannya ke dunia di sekitar mereka 

Anak usia 6 tahun ke atas diberi batasan konsisten terkait lama menggunakan layar dan jenis medianya.  Yang harus diperhatikan adalah pastikan gawai /gadget tidak mengganggu tidur, aktivitas fisik, dan perilaku lain yang penting untuk kesehatan. 

Screen time rekomendasi AAP (dok. Choc Children's)


Saat pandemi merebak dan pembelajarann jarak jauh diterapkan, Ikatan Dokter Indonesia  (IDAI) mengeluarkan anjuran screen time selama School from Home untuk anak Indonesia yang dilansir di akun resmi Instagram IDAI @idai_ig tanggal 30 dan 31 Juli 2020.  Isinya dapat dirangkum sebagai berikut:

Prinsipnya screen time tidak direkomendasikan untuk bayi hingga usia pra sekolah

Anak usia 1 sd 2 tahun tidak dianjurkan screen time dalam bentuk menonton TV, video, computer, gadget.  Screen time yang diperbolehkan dalam bentuk video chatting didampingi orang tua untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga yang berjauhan 

Anak usia 2 sd 3 tahun diperkenankan screen time tidak lebih dari 1 jam sehari, lebih sedikit lebih baik 

Anak usia 3 sd 6 tahun (usia pra sekolah) diperkenankan screen time tidak lebih dari satu jam sehari.  Semakin sedikit semakin baik.

Anak usia Sekolah Dasar (SD) diperkenankan screen time tidak lebih dari 1 sd 1,5 jam sehari .  

Anak usia Sekolah Menengah (12 sd 18 tahun) diperkenankan screen time tidak lebih dari 2 jam sehari.  

Apabila mengacu pada referensi penggunaan gadget anak secara internasional maupun nasional di masa pandemi, nampaknya tidak ada titik temu antara pedoman kesehatan dari dokter dan kebijakan pendidikan dari sekolah.  Walaupun dalam anjuran kesehatan untuk anak acuan durasi screen time tidak berubah selama pandemi, ini bertabrakan dengan kenyataan penggunaan gadget yang nyaris setengah harian untuk sekolah online.  

School from Home di masa pandemi Covid-19

Anjuran IDAI menyebutkan bahwa durasi screen time anak Sekolah Dasar sebaiknya tak lebih dari 1,5 jam sehari.  Pada kenyataannya, anak saya berada di depan laptop sejak pukul 7.30 hingga 12.00 Wib setiap harinya. Diselingi break sekitar 30 menit.  Anak anda bagaimana?... 

Berdasarkan hasil survei yang saya lakukan, terungkap bahwa saat break sekolah sekitar 11,1% masih di depan layar untuk nonton Youtube dan 11,1% main game.  Setelah selesai sekolah, 13,3% masih di depan layar untuk nonton Youtube dan 6,7% main game.  Faktanya, masih ada tambahan screen time lagi pada beberapa anak yang menggambarkan bahwa peningkatan penggunaan gadget selama pandemi memang tak ternafikan. 

Lalu Bagaimana Menyikapi Kondisi Peningkatan Penggunaan Gadget Anak selama Pandemi ini?.....


Ibarat berniat menari di alam terbuka, lalu hujan turun tak kunjung reda.  Daripada merutuki hujan yang tak kunjung berhenti, atau lelah menunggu hujan berhenti untuk mulai menari, akan lebih baik untuk mulai belajar menari di tengah hujan. Daripada merutuki Corona, lebih baik mulai bergerak mencari celah mana dari penggunaan gadget yang bisa dialihkan untuk menyiapkan anak-anak menghadapi tantangan era peradaban selanjutnya.   

Ini 7 cara yang saya tawarkan untuk menyiasati agar peningkatan penggunaan gadget anak di masa pandemi lebih berdampak pada kesiapan anak menghadapi zaman baru:  


1. Arahkan penggunaan gadget untuk penguasaan teknologi 

2. Alihkan penggunakan gadget untuk kreativitas sesuai minat anak 

3. Beri Ruang untuk Anak Belajar Hal Baru via Gadget 

4. Kombinasikan Penggunaan Gadget dengan Keterampilan Pendukung 

5. Manfaatkan Gadget untuk Melatih Skill Literasi Anak

6. Gadget untuk Beribadah Lebih Menyenangkan 

7. Tunjukkan kepada Anak bahwa Gadget hanya Tool, Kendali ada pada Manusia


Yuk kita tilik satu persatu: 

1. Arahkan penggunaan gadget untuk penguasaan teknologi 

Ke depan, penguasaan teknologi bersamaan dengan pendidikan iman, karakter dan pendalaman passion adalah yang utama.  Mengenalkan dan membiasakan anak untuk mengendalikan teknologi wajib dilatih secara terarah.  Di masa pandemi ini adalah kesempatan yang tepat untuk orang tua belajar sebagai pengendali teknologi bersama anak. 

Ajak anak mengekplorasi piranti teknologi dengan pendampingan penuh 

Arahkan anak untuk lebih menggunakan gadgetnya bukan hanya untuk memuaskan hasrat bermain.  Tapi, sedikit sedikit gugahlah anak untuk mendalami bagaimana gadget tercipta, tujuan diciptakannya teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, dan bagaimana mulai belajar menguasai teknologi yang terus berkembang.  Arahkan pada penguasaan fitur gadget dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, beserta filosofi pergerakan teknologi. Kelak, fitur-fitur piranti teknologi itu akan berkembang mengikuti kebutuhan zaman.  Jadikan anak-anak kita paham dan peduli tentang itu secara bertahap.   
 
2. Alihkan penggunakan gadget untuk kreativitas sesuai minat anak 

Secara khusus saya telah menuliskannya di artikel berikut ini.  


Untuk anak yang suka menggambar, gadget bisa digunakan sebagai wahana digital drawing dan desain.  Untuk anak yang suka musik, gadget bisa dijadikan wahana virtual music editing.  Untuk anak yang suka tampil, gadget bisa dijadikan piranti untuk merekam video, podcast, atau semacamnya.  Gadget juga bisa menjadi lahan anak berkreasi mengembangkan website, aplikasi, dan game edukatif melalui aktivitas coding.  Gali minat anak lebih dulu untuk menemukan penggunaann yang tepat baginya.  

Melatih anak menuangkan yang dipikirkan ke dalam sebuah tulisan dengan bantuan teknologi

Berdasarkan survei yang saya lakukan sebagaimana telah dipaparkan di atas, 48,9% Responden mengungkapkan bahwa anak-anaknya tertarik ikut e-learning/online course/ creativity class. Nah, ketertarikan ini bisa jadi adalah minat anak.  Fasilitasi segera.

3. Beri Ruang untuk Anak Belajar Hal Baru via Gadget 

Menggugah anak untuk memiliki growth mindset perlu dilatih sejak dini.  Dorong anak untuk mempelajari berbagai hal baru via gadget dengan pendampingan penuh. Sebagai orang tua tentunya kita jadi ikut belajar.  

Orang tua wajib membantu anak memilih kelas online yang tepat dengan mempertimbangkan minat anak

Berdasarkan survey yang saya lakukan sebagaimana telah dipaparkan di atas, E-learning yang diminati adalah story telling (17,8%), video editing (13,3%) dan coding (11,1%).  Sisanya bervariasi mencakup desain, bahasa, robotic, baking, e-learning yang mendukung mata pelajaran sekolah, dan kombinasi.  Artinya banyak juga yang bisa dipelajari bukan?...

Apalagi hasil survei menunjukkan bahwa biaya bukan menjadi alasan utama pertimbangan orang tua.  Lagipula, saat ini juga cukup banyak sumber belajar online gratis yang bisa dimanfaatkan sesuai minat anak.

4. Kombinasikan Penggunaan Gadget dengan Keterampilan Pendukung

Sebaiknya orang tua jangan membiarkan anak menggunakan gadget hanya untuk satu tujuan.  Belajar saja.  Bermain saja.  Kombinasikan dengan keterampilan yang lain supaya anak menyadari manfaat nyata dari piranti berteknologi.  Belajar sambil bermain. Menggambar sambil mengedit. Membaca ebook sambil menulis atau menceritakan kembali ceritanya dengan bahasa sendiri. Memasak sambil buat video turial masakan.  Dan masih banyak lagi. 

 
5. Manfaatkan Gadget untuk Melatih Skill Literasi Anak

Berbagai aplikasi baca online kini tersedia secara luas.  Bahan bacaannya pun sangat bervariasi untuk beragam minat and usia anak. Latih keterampilan anak dalam membaca, menulis, dan menceritakan kembali menggunakan gadget. Tetap perhatikan jarak baca dan durasi. Dampingi anak dan tentunya beri semangat. 

Mengeksplorasi musik virtual 

6. Gadget untuk Beribadah Lebih Menyenangkan 

Gunakan gadget untuk aktivitas beribadah online bersama rekan seiman yang terpisah jarak. Manfaatkan untuk mendownload materi dakwah yang banyak bertebaran di online. Bahkan untuk menggalang donasi atau kegiatan amal lainnya, dengan gadget serba memungkinkan.

Mengaji dengan bantuan piranti teknologi

7. Tunjukkan kepada Anak bahwa Gadget hanya Tool, Kendali ada pada Manusia

Pada akhirnya, sebagai orang tua sebaiknya terus mengarahkan bahwa sebagai manusia kitalah pengendali teknologi.  Gadget hanyalah alat yang diciptakan manusia.  Manusia lah yang seharusnya mengendalikan bukan dikendalikan.  Semua sengaja dibuat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, bukan menjerumuskan ke situasi tak sehat. 

Berdasarkan survei yang telah saya lakukan, mayoritas responden (orang tua) telah memiliki cara yang cukup bijak untuk memastikan bahwa anak menggunakan gadget untuk hal yang bermanfaat.  Mulai dari pendampingan, memberikan panduan apa yang boleh dan tidak boleh berikut konsekuensinya, mengaktifkan parental control ataupun aplikasi family link, diskusi penggunaan gadget, dan membuat kesepakatan tentang penggunaan gadget dengan anak.

Mengekplorasi piranti teknologi 

Kondisi serba online mungkin akan terus terjadi meskipun kelak pandemi telah lewat.  Kerja virtual dan belajar online bisa jadi adalah hal biasa dan normal baru.  Kelak mungkin kita akan sempat merasakan atau melihat anak-anak generasi Z dan alpha saat dewasa tak lagi berangkat ke kantor tapi cukup berada di mana saja untuk melakukan kerja virtual bersama rekan-rekan kerja dari berbagai negara.  Persiapkan saja sejak sekarang, alih-alih pusing tujuh keliling dengan pandemi dan tetek bengeknya.  Siasati dengan jeli, hingga tercipta impactful screen time.  Setuju ?... (Opi) 

Terima kasih untuk para responden yang telah membantu saya mengisi survei via link Google Form.  Kalian luar biasa 😊.  Sebagai ungkapan terima kasih, ada tiga buku parenting untuk tiga orang responden yang beruntung. 

13 komentar

  1. Keren mba tulisannya, memang pembelajaran online ini mengubah perilaku anak menjadi pasif, dan terpaku pada layar hp dlm waktu lama

    BalasHapus
  2. Bagus, Mbak, artikelnya. Bisa jadi masukan buat para guru dan orang tua untuk menyiasati penggunaan gadget sebagai sarana belajar. Anak saya dua-duanya "terpaksa" over screen time. Bagi anak-anak, memang perlu pendampingan penuh dari orang tua untuk menyiasati over screen time ini.

    BalasHapus
  3. Wah tulisannya lengkap banget ada surveynya juga. Saya kaget story telling menjadi pilihan pertama dalam elearning. Sesuatu hal yang sangat positif.. Situasi saat ini mau tidak mau menuntut kita semua utk lebih lama bersama gadget sehingga sebagai ortu harus bijak dalam mendidik anak2.

    BalasHapus
  4. Aduh aku merasa tersindir sekaligus terinspirasi. Thank you tulisannya mba

    BalasHapus
  5. Aku suka banget ini tulisannya. Mengupas tuntas tentang penggunaan gadget pada anak2. Memang sekarang susah sekali ya memisahkan gadget dengan anak2..

    BalasHapus
  6. Setuju banget mba, gadget memang cuma tools kendali tetap pada manusia itu sendiri. Ada dampak positif dan negatif dari belajar online gini ya, meski screentime jadi terganggu, sebenernya kita juga bisa ngontrol diri untuk tidak terlalu disetir gadget. Infonya lengkap, aku suka nih~ disesuaikan dengan fakta dan data~

    BalasHapus
  7. Saya pun ngerasa selama kelas online ini screentime saya jadi meningkat jauh, bahkan sampe jenuh. Jadi suka kepikiran ini kalo masih anak anak dampaknya gimana, hehe

    BalasHapus
  8. Wah lengkap pembahasannya, dijabarkan satu-satu. 👍

    BalasHapus
  9. Keren banget tipsnya Mbak Opi, aku juga worry penggunaan gawai pada anak nih, kalau anakku biasanya selain main dan nonton, juga kuis di blog. Pengen ikutkan kelas online tapi bingung kelas apa..

    BalasHapus
  10. Setuju banget mbak dengan artikel mbak Opi ini.. terkadang penggunaan gadget harus dilandasi dengan control, apalagi pada anak-anak.. kalau dulu boro-boro, pegang komputer cuman pas sekolah di pelajaran komputer hahaha
    Jangan sampai kita digunakan oleh teknologi dengan side effectsnya.. tapi sebaliknya kitalah yang seharusnya menggunakan teknologi

    BalasHapus
  11. Keren banget mba tulisannya. Tipsnya menginspirasi...😍😍😍

    BalasHapus
  12. mbak datanya lengkap banget, ya ampuun detail sekali lihat ini. aku harus coba semua tips-nya deh, apalagi skarang mau enggak mau anak2 udah terpapar gadget sedari dini karena sekolah online.

    BalasHapus
  13. lengkap banget mba ulasannyaa. saya sendiri juga ngerasain selama di rumah screen time jadj puanjang banget dan sesekali ingin break hehehe

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.