Munggahan Virtual, Tak Mengurangi Kesakralan




Ramadan di rumah aja. Ibu sedang datang bulan. Di siang terik ia meneguk minuman dingin. Sluuurrrppp.  Aaaah segarnya. 

"Ibu, kok ga puasa?" anak bertanya.  

"Ibu kan lagi haid, dek."  Sambil menjawab, sang ibu lanjut menyeruput sejumput kesejukan pelepas dahaga.  Segelas es kopi susu tandas. Tak berbekas.

Si anak, bocah kelas 3 Sekolah Dasar yang pada hari itu sedang berpuasa, meniru ibunya mengambil segelas minuman dingin.  Ia duduk manis di samping sang ibu, lalu minum dengan penuh rasa nikmat. 

"Loh, adek kan puasa.  Kok ikutan ibu minum? Batal dong puasanya?"  ibu menegur.

Anak nyengir. Sibuk menghabiskan minumannya. 

Ibunya kapok.  Besok-besok ngga lagi-lagi deh minum di depan anak yang sedang latihan berpuasa.  Hehehehehe.....

-------------

Siapa yang pernah mengalami kejadian seperti di atas? Ngacuuuuung .... he he he. Namanya anak-anak, punya kecenderungan selalu meniru perilaku ibunya. Ibunya puasa ikutan puasa. Ibunya tidak puasa, ikutan juga tidak puasa.  Padahal, ibunya tidak berpuasa karena sedang haid. 

Walaupun belum ada kewajiban karena belum akil baligh, anak usia 9 tahun memang sebaiknya sudah terlatih untuk berpuasa Ramadan.  Untuk membiasakan dan menumbuhkan kesadaran berlatih puasa tanpa terpaksa bagi anak, ternyata juga ada tipsnya lho.  

Saya dapat tipsnya dari Ustadzah Hajjah Zaina Fitriah Djahi, LC. Alumnus Universitas Cairo Mesir yang kini menjabat Ketua Kelompok Bimbingan Ibadah Haji & Umroh Assadiyyah ini berkesempatan menyampaikan tausiah jelang Ramadan di acara Munggahan Virtual Keputrian Perum BULOG pada hari Jumat, 9 April 2021. Silaturahmi yang menjadi tradisi karyawati di tempat saya bekerja, tahun ini diselenggarakan secara virtual melalui zoom meeting room karena situasi pandemi Covid-19. 

Ruang teater BULOG Corporate University
siap menanti kedatangan Ustadzah

Namun, hal tersebut tak mengurangi kesakralannya.  Munggahan yang menjadi wadah karyawati dan pensiunan untuk kumpul bersama sejenak, lepas dari rutinitas pekerjaan, saling bermaafan, kali ini justru terasa lebih mengharukan. Dipersiapkan secara mendadak karena kesibukan pekerjaan masing-masing, namun ternyata lebih banyak yang bisa bergabung ke virtual room, membuat munggahan kali ini jadi istimewa. 

Munggahan karyawati di tempat saya bekerja, juga menjadi wahana untuk melepas para karyawati yang memasuki masa pensiun.  Tahun lalu, Ketua Keputrian kami juga pensiun secara hormat karena mendapat amanat sebagai Direktur Bisnis di perusahaan. Bahkan kami belum sempat melepas beliau di acara khusus lho.

Pembacaan Ayat Suci Al Quran 

Jika biasanya munggahan offline di tahun-tahun sebelumnya dihadiri hanya puluhan orang, justru di acara online ini malah sampai 163 orang karyawati plus pensiunan bisa ikut bergabung. Senang banget.  Semoga barokah buat semua.  

Padahal, undangan virtual baru disebar via WA Group Keputrian sehari sebelum acara. Tahun-tahun sebelumnya, selalu ada panitia yang mengurus acara munggahan.  Kali ini, spontan.  Tidak ada panitia.  Teman-teman karyawati dari masing-masing divisi bahu membahu berkontribusi untuk mewujudkan acara ini.  Ada yang cari narasumber, ada yang menyiapkan zoom room, ada yang menyiapkan ruangan, ada yang membuat publikasi, ada yang ditodong jadi MC-Qari-Saritilawah, ada yang menyiapkan konsumsi-souvenir- doorprize, ada pula yang menyiapkan cinderamata untuk para pensiunan.  Lengkap. 


Bagaimana tidak terharu.  Dalam hitungan 3 hari saja semua bisa terwujud. Sehari sebelum acara kami bahkan sempat melakukan gladi bersih virtual untuk memastikan semua akan berjalan dengan lancar.  

Pandemi nyata-nyata sudah mengubah banyak sisi dalam kehidupan. Bersyukur, niat untuk bisa tetap bersilaturahmi bisa terwujud walau secara virtual.  Air mata saya sempat mengembang saat MC mempersilakan Wakil Ketua Keputrian untuk memberikan cinderamata kepada para karyawati yang pensiun. Inilah pertama kalinya kami melepas purnabhakti secara virtual.  Entah seperti apa ya masa di saat saya pensiun nanti. Belum terbayang.  Sama dengan kejadian saat ini, silaturahmi virtual yang belum terbayang di tahun -tahun sebelumnya.  Tahun ini kejadian. 

Karyawati yang memasuki purnabhakti dilepas secara virtual 

Yang mengharukan lagi, Ketua Keputrian de jure di tengah kesibukannya sebagai Direktur Bisnis masih berkenan untuk memberikan sambutan dan menyapa para pensiunan dalam acara Munggahan Virtual ini.  Beliau masuk zoom room di tengah perjalanan ke Bandara untuk tugas perusahaan mendampingi para wakil rakyat.  

Ketua Keputrian memberikan sambutan dalam perjalanan ke Bandara

Bagi saya, tak ada yang hilang dari kesakralan silaturahmi dalam Munggahan kali ini. Terasa lengkap dan penuh haru. 

Duh... saking terharu jadi hampir lupa nih untuk sharing tentang tips dari Ustadzah Zaina.  Tips supaya anak yang sedang berlatih puasa tetap berkesadaran berpuasa tanpa terpaksa. Bahkan ketika ibunya off puasa karena sedang datang bulan.


Ustadzah Zaina memberikan tausiyah bertema Bersiap Sambut Ramadan 

Jadi ini tipsnya dari Ustadzah Zaina: 

1.  Kekompakan Ibu dan Ayah 
Ibu dan Ayah wajib kompak untuk memotivasi anak berlatih berpuasa.  Dual parenting nih.  Peran ibu dan ayah sama besarnya. Cara untuk memotivasi bisa macam-macam tergantung kreativitas Ayah Ibu, dan disesuaikan dengan level latihan anak.  Selama tidak bertentangan dengan hukum syari, sah-sah saja menciptakan cara memotivasi.

2.  Kekuatan Doa
Ibu dan Ayah juga wajib kompak selalu menyebut nama anak-anaknya dalam doa, mohon kepada-Nya agar anak-anak diberikan kelembutan hati menerima pelajaran dan tumbuh kesadaran berlatih berpuasa secara konsisten.  Kekuatan doa jangan diremehkan.  Doa yang penuh pengharapan dalam keihklasan, Insha Allah diijabahNya. 

3.  Berikan Penyemangat 
Anak-anak bisa diberi penyemangat supaya mau berlatih puasa walau ketika ibunya sedang tidak berpuasa karena haid.  Penyemangat bisa berupa apa saja selama tidak bertentangan dengan agama.  Logisnya, penyemangat ini adalah kompensasi dari energi dan usaha yang sudah dikeluarkan anak untuk mau berlatih. 

4.  Tumbuhkan Kesadaran, Jangan Dipaksa
Anak-anak yang belum akil baligh jangan sekali-kali dipaksa untuk berlatih puasa.  Justru, tugas orang tua adalah menumbuhkan kesadaran mereka.  Caranya tidak bisa instan.  Penuh kesabaran sejak dini, orang tua terlebih dahulu memberikan wawasan tentang mengapa kita perlu berlatih puasa sejak dini.  Sesuatu bisa dikerjakan dengan baik jika banyak latihan.  Itulah yang kita tanamkan pada anak.  Kegigihan berlatih juga akan mendapat ridho Allah.  Anak-anak perlu ditanamkan perihal ini sejak dini.  Cara demikian jauh lebih efektif dibandingkan kita memaksa atau menakut-nakuti anak dengan adzab. 

4.  Ucapan Lembut 
Ucapan yang lembut pada anak berpengaruh sangat dalam di batin anak.  Termasuk ucapan lembut ketika menegur, memberikan saran, dan meminta anak untuk berlatih puasa walau ibu sedang tak puasa.  Jangan sekali-kali berkata," Eeeh dasar tukang ikut-ikutan ibu tidak puasa... ibu kan lagi haid."  Ucapan seperti ini tidak baik bagi pembentukan karakter anak.  Akan lebih baik jika diganti dengan," Ibu sedang haid nih, jadi tidak puasa.  Setelah Ramadan nanti ibu wajib membayar puasa ibu yang batal ini.  Nah, anak solihah tetap puasa ya."  Sip kan....

5.  Beri contoh perilaku dan adab 
Ini yang terpenting menurut Ustadzah Zaina. Contoh perilaku adalah yang paling teringat oleh anak.  Ketika ibu sedang haid dan tak puasa, sebaiknya hindari makan minum di depan anak. Tunjukkan pada anak bahwa orang tua menghargai anak yang sedang puasa. Hindari membuat anak kepingin ikut makan minum juga.  Orang tua punya tanggung jawab untuk mengkondisikan anak tetap semangat berlatih puasa.  Biarlah godaan datang dari luar, bukan dari ayah dan ibu atau keluarga.  

Nah, itulah 5 tips dari Ustadzah Zaina.  Bisa nih, langsung dipraktikkan oleh ibu-ibu dong.  Selamat praktik ya....

Ustadzah Zaina juga membahas tentang apa saja yang perlu disiapkan menjelang Ramadan.  Kita diingatkan lagi untuk menilik kebersihan hati sendiri, perbanyak doa, istigfar, dan tilawah Quran.  Sejuk banget diingatkan oleh Ustadzah.  Semoga bisa mempraktikkan, aamiin. 

Beberapa pertanyaan via chat room dari para karyawati seputar fidyah, ziarah kubur sebelum puasa, swab PCR serta vaknasi Covid-19 di saat berpuasa juga dijawab oleh Ustadzah Zaina. Beliau memberikan penjelasan kebanyakan berdasarkan Mahzab Imam Syafii.  Misalnya tentang swab PCR dan vaksinasi Covid-19.  Jika merujuk pada kehati-hatian dikaitkan pada Mahzab Imam Syafii, memang jadi batal puasanya.  Namun jika dalam kondisi yang tidak terelakkan tetap harus swab PCR dan vaksinasi saat berpuasa sebagai suatu ikhtiar, bisa merujuk pada mahzab lainnya, jatuhnya jadi makruh dan tidak batal puasanya.  Islam tidak menyulitkan hambaNya untuk beribadah.  

Di ujung acara munggahan virtual ini, semua happy karena sekotak dessert box dan souvenir masker dikirim ke ruangan masing-masing.  Apalagi yang dapat doorprize berupa saldo Ovo dan Gopay. Bahagia banget pastinya.   Iya, di acara ini kami bagi-bagi saldo e-wallet yang diumumkan di akhir acara. Hadiah menarik ini sukses membuat para peserta bertahan sampai akhir acara.  

Serangkaian doorprize yang bikin hepi

Saya mengikuti acara munggahan virtual ini sambil Work from Home (WFH). Tetap aman tanpa berkerumun.  Bisa tetap bersilaturahmi.  Dapat tambahan ilmu dan wawasan dari Ustadzah.  Lengkap.  

Semoga diberikan kesehatan buat semuanya, menyambut Ramadan dengan ceria, dan lebih baik dari sebelumnya.  

Dari Munggahan Virtual tahun ini saya belajar banyak.  Salah satunya adalah bahwa sesuatu terjadi atas izin Allah.  Setiap hal yang diniatkan untuk sebuah kebaikan, akan menemukan jalan untuk terwujud.  Mestakung.  Semesta mendukung.  Jadi,  kita punya pilihan untuk menumbuhsuburkan ladang kebaikan di dalam hati dan hari-hari kita sendiri.  Tetap semangat semuanya dan jaga kesehatan yaaa .... Tak lupa saya haturkan mohon maaf lahir dan batin. (Opi) 

163 karyawati dan pensiunan hadir dalam Munggahan Virtual 

4 komentar

  1. Wahhh terima kasih mba novi,ada ulasannya jadi bisa jadi kenang2an nih munggahan virtualnya dan tips2nya juga bisa dingat2 lagi..mohon maaf lahir batin juga mba novi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama sama yaaa... semoga tetap sehat dan semangat hari hari ke depan.. aamiin

      Hapus
  2. Masya Allah...haru Pi..sehat2 kita yaa

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.