"Light Tekwan" untuk sarapan akhir pekan.
Minggu pagi yang mendung, lalu disambung hujan rinyai-rinyai. Enaknya sarapan yang hangat berkuah. Saya membuka lemari es dan mengeluarkan paket tekwan buatan Dewi -teman kuliah di eranya- untuk diolah menjadi hidangan sarapan. Ini bukan sembarang tekwan ya, tapi "Light Tekwan" yang ringan dan cocok untuk lidah awam.
Apa itu "Light Tekwan" ?
"Light tekwan", sebetulnya sama dengan tekwan pada umumnya, hanya bedanya tekwan ini rasanya lebih ringan, tidak terlalu berasa ikan dan udang pada kuah maupun tekwannya. Namun, gurih rasa ikan dan udangnya tetap ada, dalam kadar yang lebih bersahabat bagi banyak lidah orang kebanyakan.
Tekwan jenis ini bisa dikonsumsi oleh konsumen yang lebih luas, terutama yang baru coba-coba makan tekwan atau belum terbiasa makan tekwan layaknya Wong Kito Galo. Misalnya masyarakat dari kultur Jawa yang terkondisi “ngga suka yang terlalu mbelenger ikan”, akibat terbiasa makan tempe tahu sebagai protein nabati harian dan sayuran seperti pecel sehari-harinya.
Kultur Andalas yang terbiasa makan ikan dan produk laut setiap hari, lebih suka tekwan dengan rasa ikan dan kuah udang yang ‘berasa’ banget. Begitu juga orang-orang Borneo dan Celebes. Suami saya Wong Kito Galo, sukanya tekwan yang betul-betul terasa ikan dan udangnya.
Sementara saya yang dibesarkan dalam kultur Jawa, selalu “mau mabok” kalau mengikuti selera tekwannya. Terlalu “mblenger”, kalau kata orang Jawa.
Tapi, saya layak bersyukur karena menemukan produk “Light Tekwan” yang dibuat oleh teman kuliah saya, Dewi. Dewi memang pandai mengolah masakan. Selain tekwan, ia juga membuat mpek-mpek untuk dijual. Amazing ya, sosok Betawi Asli seperti Dewi bisa terampil mengolah mpek-mpek dan tekwan. Ia lahir dan besar di Tanah Betawi, dari ayah dan ibu yang juga asli Betawi.
Dewi membuat tekwan setiap hari, untuk dijual ke wilayah Jabodetabek. Ada saja konsumen yang pesan setiap hari. Saya sendiri baru pertama kali nih mencoba “Light Tekwan” ala Mpok Dewi. Beneran penasaran sih gimana rasanya tekwan yang dibuat oleh orang Betawi Asli.
Jadilah, saya pesan 5 porsi tekwan. Dewi mengirimkannya di Sabtu siang dari kediamannya di Bekasi ke Depok dengan jasa kurir Paxel. Tiba di kediaman saya di Depok sore hari, langsung diamankan di kulkas (tidak di freezer) karena ada rencana dihidangkan untuk sarapan Minggu pagi.
Tekwan buatan Dewi dikemas satu kali hidang dengan plastik mika sederhana. Satu porsi seharga Rp 15.000,- berisi tekwan, soun, potongan bengkuang, jamur kuping, bumbu kaldu untuk kuah, bumbu bubuk, irisan daun bawang, bawang goreng, dan sambal. Seporsinya pas untuk sekali makan, tidak terlalu banyak atau sedikit. Potongan tekwannya juga pas sekali suap, tidak terlalu besar atau kecil.
Tekwan yang dikemas Dewi dalam plastik masih dalam kondisi setengah matang tapi kering. Jadi harus dimasak dulu hingga lembut kenyal.
BACA JUGA :
Cara Menghidangkan “Light Tekwan”
Perlu sedikit kesabaran nih untuk menghidangkan “Light Tekwan”, supaya hasilnya mantap. Pertama, keluarkan tekwan dari plastik lalu seduh dengan air panas. Saya sih menggunakan air termos saja. Ini fungsinya untuk membilas tekwan.
Lalu, didihkan air kira-kira semangkuk lebih sedikit ya, masukkan tekwan dan rebus sampai empuk (sekitar 2 sd 3 menit). Selanjutnya masukkan bumbu kaldu dan bumbu bubuk, aduk. Diamkan sejenak, baru masukkan jamur kuping dan bengkuang. Terakhir sebelum diangkat, masukkan soun.
Segera angkat dan masukkan ke dalam mangkuk. Taburi daun bawang dan bawang goreng serta tambahkan sambal sesuai selera. “Light Tekwan” siap disajikan. Hidangkan dan nikmati hangat-hangat.
Sebaiknya, soun tidak dimasak terlalu lama karena bisa “lodoh” dan mengurangi rasa. Begitu juga bengkuang dan jamur kupingnya. Lebih enak jika dimakan dalam kondisi masih “cekres cekres”.
Sebab utama tekwan ini tidak “mbelenger” adalah bumbu kaldu udangnya mungkin didesain Dewi tidak terlalu pekat. Begitu juga campuran ikan di tekwannya, tidak dibuat terlalu banyak. Jadi, rasanya masih rasa tekwan namun bisa dinikmati oleh masyarakat umum kebanyakan.
Sarapan Tekwan Hujan Hujan
Nah, Light Tekwan ini pas sekali disajikan sebagai sarapan di akhir pekan ketika hujan. Akhir pekan tuh, kalau hujan-hujan kan bawaannya mager ya. Inginnya pasti yang hangat dan berkuah, tapi tetap bergizi. “Light Tekwan” ini jadi pilihan yang tepat.
Saat akhir pekan jika hujan dan sedang tidak ada kegaitan di luar, biasanya saya sarapan agak siang. Sekitar jam 9. Dan sebegaimana kejadian pekan ini, hujan mengguyur di siang hari juga, membuat makan siang pun ingin yang hangat berkuah. Ngga ada salahnya sih makan siangnya makan tekwan lagi , hahahaha…. Ini doyan atau malas masak ya bu.
Buat ibu-ibu yang memang tidak berbakat di dapur seperti contohnya saya, memang harus nyetok makanan seperti tekwan ini di kulkas. Karena Dewi membuat tekwan setiap hari, saya tinggal hubungi Dewi saja untuk kirim tekwannya. Bisa untuk stok beberapa hari, tanpa disimpan di freezer. Sebab, tekwan yang dikemas Dewi dalam kondisi kering. Kalau mau, bisa saja membuat kaldu udang tambahan untuk kuahnya.
Kesan Setelah Mencicipi “Light Tekwan”
Rasa penasaran saya terjawab sudah setelah mencicipi tekwan buatan Dewi. Ternyata, tekwan buatan Dewi yang asli Betawi ini rasanya lebih moderat. Ini jenis tekwan yang cocok buat saya, orang yang dibesarkan dalam kultur nabati bukan hewani. Rasa ikan di tekwannya tidak seperti tekwan buatan mertua atau ipar yang Palembang asli. Rasanya lebih ringan dan tidak “eneg”. Untuk suami saya, pastinya ini kurang nendang.
Mungkin sebagian orang akan ragu, kok makanan Palembang yang buat orang Betawi?.. Nanti rasanya gimana tuh… Nah ini sebetulnya tergantung kepiawaian memasak dan selera orang yang memakannya juga. Banyak juga orang Jawa yang membuka restoran Rumah Makan Padang di luar negeri dan rasanya bisa diterima banyak orang karena moderat.
Soal makan memang soal selera. Dan selera makan tekwan saya sih terpenuhi dengan “Light Tekwan” buatan Dewi. Dengan level rasa seperti ini, bisa tambah semangkuk lagi, belum mbelenger. Yang penting disajikan panas-pans dengan sambal yang hot. Selain menghangatkan tubuh juga jadi bersemangat.
Oiya, paket tekwan ala Dewi ini sambalnya lumayan “nonjok”. Jadi, yang kurang suka pedas sebaiknya jangan dituang semua sambalnya. Terlalu hot! Tapi bagi yang hobi pedas seperti saya, cuzz ini mantap banget kalau dituang semua sambalnya.
Jenis soun yang digunakan Dewi juga yang cepat menyerap air. Jadi, harus segera disantap begitu terhidang. Sebaiknya kuah ditambah agak banyak, supaya tidak habis terserap soun.
Dan yang lebih mantap, minumnya perasan lemon diseduh dengan air hangat ditambahkan madu. Tubuh serasa disanjung deh dengan menu sarapan seperti ini di akhir pekan yang diguyur hujan! Saya sih bakal pesan lagi ke Dewi, untuk stok makan malam kalau besok-besok pulang kantor pas hujan waaah pasti mantap. Disajikan dengan wedang jahe gula aren juga cocok!
Bagaimana Cara Pesan “Light Tekwan?’
Usaha masak memasak Dewi memang baru dirintis. Bahkan Dewi masih memikirkan nama brand untuk produk makanan yang diproduksinya. Padahal pelanggannya sudah lumayan banyak dan konsisten nih, hanya dari promosi mulut ke mulut.
Saya dan teman-teman Dewi memesan tekwan langsung ke Dewi via chat WA. Pembayaran bisa via transfer Bank BCA dan Ovo. Teman-teman di wilayah Jabodetabek yang tertarik mencicipi tekwan buatan Dewi bisa langsung menghubungi Dewi Anggraini di nomor HP +62 812-1094-6126.
Dah, daripada penasaran, ngga usah ragu langsung pesan aja dan cicipi sendiri yah. Bagi yang muslim ngga usah ragu karena Dewi memasak tekwan beserta pelengkapnya dari bahan-bahan yang Insha Allah halalan toyiban.
Sekaligus kita doakan ya supaya Dewi bisa segera bikin brand dan mengurus perizinan industri rumah tangga ke Dinkes setempat sehingga produknya makin jaya. Tetep semangat mengembangkan usaha Wi, saya siap makan deh pokoknya !! (Opi)
Foto-foto: koleksi pribadi penulis
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.