The Power of Doing Nothing

 

Pernahkah suatu akhir pekan, di saat orang-orang berbondong ke luar rumah menikmati hiburan dan atmosfer berbeda dari udara pekerjaan, Anda justru diam di rumah tanpa mengerjakan apa-apa? 

Hanya bersandar nyaman, ditemani buku-buku, film, dan musik favorit sepanjang hari? Atau cuma uwel-uwelan sama anak-anak di kasur sembari bercengkerama dan bercakap ngalor ngidul?

Hmm, saya pernah sih! Karena pada waktu tertentu, rasanya lebih segar setelah melewati satu hari tanpa melakukan apa-apa. Semacam JEDA, dan menekan tombol PAUSE. 

Tekan Tombol PAUSE

Percaya dengan The Power of Doing Nothing ?  Sebuah “Kekuatan Baru” muncul justru dalam keadaan kita sedang tak melakukan apa-apa. Setidaknya di waktu tertentu saya merasa harus menekan tombol PAUSE.  Mundur tidak, maju juga bukan.  JEDA.  

Di saat itu, saya mengisi energi yang habis terkuras di hari-hari sebelumnya. Menjauhi keramaian, mendekam di tempat ternyaman dan paling hangat yang disebut rumah. Bahkan, ketika menyadari rumah kediaman kami tidak lebih luas dari separuh halaman rumah tetangga depan! 

Kebanyakan orang mungkin terheran-heran bagaimana mungkin saya bisa betah di rumah kecil itu untuk menghabiskan waktu di akhir pekan, tidak melakukan apa-apa? “Apakah anak-anakmu tidak merengek minta pergi berlibur ke tempat-tempat eksotis nan memukau?”  


Tentunya, anak-anak kami juga ingin pergi ke tempat-tempat bagus untuk rekreasi.  Apalagi mendengar cerita ayahnya yang kebetulan tugas di banyak negara dalam kurun waktu berbeda-beda. 

Belasan tahun lalu, saya juga pernah menjalani profesi jurnalis yang menuntut selalu melakukan perjalanan ke daerah-daerah liputan menyeberangi lautan dan benua.  Ini pun menjadi bahan cerita saya kepada anak-anak.  

Anak-anak kami yang gemar membaca buku juga mengetahui ragam hal tentang tempat menarik untuk dikunjungi. Sejauh ini, memperbincangkan apa yang diceritakan ayah dan yang dibaca di buku atau dilihat di film saja sudah sangat seru.  

Seringnya, diakhiri dengan doa mereka untuk kelak menuntut ilmu di negara tersebut, travelling, atau bermukim nun di sana.  

Lalu, kenapa kami sekeluarga senang dalam beberapa waktu tertentu untuk tinggal diam di rumah saja tanpa melakukan apa-apa?

Tidak melakukan apa-apa kadang merupakan jalan keluar yang terbaik untuk ragam masalah.  Termasuk masalah kelelahan dan kering karena kehabisan energi. 

Saya teringat kata-kata Christopher Robin kepada Winnie The Pooh dalam film fantasi Disney, ”Ketika kita tidak melakukan apa-apa, akan membawa kita untuk melakukan yang terbaik kemudian.”

Apa benar demikian? 



Idenya Christopher Robin 

Masih ingat bukan film fantasi Christopher Robin yang dilaunching tahun 2018 lalu? Christopher yang bekerja keras terus menerus tanpa libur di akhir pekan karena tuntutan perusahaan, justru menemukan solusi untuk bisnis koper Winslow ketika ia sedang tak melakukan apa-apa. 

Ia tak perlu melakukan pengurangan pegawai perusahaan Winslow saat itu, sebagaimana disarankan oleh anak pemilik usaha. Masalah yang dihadapi perusahaan Winslow adalah menurunnya penjualan produk koper dalam beberapa tahun terakhir selama perang berkecamuk.  

Tidak ada orang pergi berlibur akibat perang, menyebabkan tak banyak orang yang membeli koper.  Biasanya koper Winslow laris manis menjelang masa liburan.  

Christopher secara tak sengaja menemukan solusi brilian untuk meningkatkan penjualan koper Winslow tanpa memecat seorang pegawaipun.  Bisa dibilang tak sengaja, YA.  

Sebab, ia justru menemukan solusi itu setelah bersenang-senang dengan alam masa kecil, bermain bersama Winnie The Pooh dan kawan-kawannya.  

Padahal, Christopher sebenarnya memeras otak sepanjang akhir pekan untuk menghitung efisiensi dan mempersiapkan presentasi di hadapan pemilik perusahaan.  Solusi yang awalnya akan dia tawarkan adalah cara-cara efisiensi hingga sekian puluh persen.  

Namun, solusi itu justru belum sempat ia presentasikan karena putri semata wayangnya secara tidak sengaja menerbangkan hampir seluruh kertas kerja yang akan dipresentasikannya.  

Dari selembar kertas kerja yang terselamatkan dari angin, dan dibaca terbalik, Christopher menemukan solusi itu.  

Ia membalik teori segitiga Maslow yang harusnya hanya segelintir orang-orang kaya yang bisa membeli koper untuk liburan, dibalik menjadi semua orang yang miskin maupun kaya diberi kesempatan untuk berlibur.  

Lalu, koper Winslow akan dijual dengan harga lebih rendah dari biasanya agar terjangkau.  Sehingga, banyak koper akan terjual.  Lebih banyak koper dijual dengan harga terjangkau akan lebih menguntungkan dibandingkan hanya sedikit koper terjual dengan harga tinggi.  

Selama ini, pangsa pasar koper Winslow adalah segelitir orang kaya yang akan pergi berlibur.  Ketika segelintir orang itu tak lagi pergi berlibur akibat perang, maka setelah perang harus ada kesempatan berlibur bagi semua orang. Itulah ide Christhoper.  

Ia ingin semua orang diberi libur, diberi kesempatan untuk tidak melakukan apa-apa kecuali bersenang-senang, dan kembali dengan segar cemerlang saat waktunya bekerja. 

Itulah penjabaran dari kata-kata Christopher Robin kepada Winnie The Pooh dalam film fantasi Disney, ”Ketika kita tidak melakukan apa-apa, akan membawa kita untuk melakukan yang terbaik kemudian.”  IYES

Produktif atau Toxic Productivity ?

Ada semacam rasa bersalah mungkin buat Anda pada saat “sedang tidak melakukan apa-apa” , dan merasa telah kehilangan produktivitas.  Tunggu dulu.  

Saya pernah berpikir ulang, tentang makna produktivitas.  Produktivitas yang baik adalah yang memberi diri waktu untuk beristirahat, dan pada saat yang bersamaan juga mendorong diri untuk mencapai tujuan dengan cara yang sehat.  

Kita produktif ketika menghasilkan sesuatu dengan usaha dan waktu yang seefisien dan seefektif mungkin. Walaupun sesuatu yang dihasilkan itu tidak melulu kebendaan.  

Ketika diri mencoba produktif, artinya mencoba untuk mencapai tujuan dan bisa meluangkan waktu untuk hal-hal penting lainnya.  Hal penting lainnya adalah ibadah, keluarga/pasangan, sahabat, hobi, dan waktu jeda. 


Namun jika kita produktif, terus bekerja dan menghasilkan, tetapi diri kehilangan waktu untuk hal penting lainnya, maka produktivitas itu akan menjadi toxic.  

Toxic Productivity justru merebut waktu kita hanya untuk bekerja menghasilkan sesuatu, namun tanpa disadari telah merebut waktu untuk diri kita sendiri dan keluarga. Tak jarang jiwa jadi kehilangan diri sendiri, tak kenal diri sendiri, serasa bagai robot saja. 

Toxic productivity inilah juga yang dialami oleh Christopher Robin di film fantasi Disney yang dibahas di atas.  Saking  terobsesi untuk bekerja keras sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap keluarga, Christopher bahkan sampai kehilangan sisi humanisnya yang dulu ketika kecil amat lekat dengan dirinya.  

Istri dan anaknya pun kehilangan banyak waktu dari seorang ayah dan suami.  Keharmonisan keluarga bahkan nyaris terkikis. 

Toxic productivity alias overworking ini justru sering dianggap benar.  Sementara yang mengambil waktu jeda, dianggap tidak produktif dan membuang waktu dengan tidak melakukan apa-apa. 

Tapi jika kembali pada mantra Christopher Robin pada Winnie The Pooh ,” ”Ketika kita tidak melakukan apa-apa, akan membawa kita untuk melakukan yang terbaik kemudian”,  maka nyatalah bahwa JEDA atau PAUSE saat kita tidak melakukan apa-apa adalah sebuah pengungkit POWER untuk produktivitas yang sehat.


Agar Power itu Muncul setelah Doing Nothing 

Bukan sembarang JEDA, bukan sembarang PAUSE.  Bukan sekedar “tidak melakukan apa-apa”.  Ada syaratnya agar sebuah “Doing Nothing” bisa menghasilkan POWER untuk melakukan yang terbaik sesudahnya.  Ini syaratnya pada saat doing nothing/jeda/pause: 


1. Benar-benar tidak melakukan apa-apa yang berhubungan dengan produktivitas sebelumnya 

2. Rehat sejenak dari media sosial saat doing nothing 

3. Sediakan suplemen jiwa 

4. Batasi waktu 

5. Bebaskan pikiran, tidak memikirkan apapun 


Begini penjabarannya:

1. Benar-benar tidak melakukan apa-apa yang berhubungan dengan pekerjaan sebelumnya 

Saat doing nothing, ya kita benar benar menekan tombol pause. Tidak melakukan pekerjaan atau sisa pekerjaan kemarin.  Misalnya masih merapikan tabel-tabel laporan, masih merekap laporan pekerjaan atau semacamnya.  Jadi, ya benar-benar tidak melakukan pekerjaan yang sudah menyita energi kita di lima hari kerja ke belakang. 

2. Rehat sejenak dari media sosial saat doing nothing 

Ketika doing nothing, putuskan sejenak hubungan kita dengan aktivitas dunia maya.  Untuk satu waktu jeda yang telah ditetapkan waktunya (satu hari atau sekian jam), tak usah melihat timeline media sosial atau posting dan uplaoad.  Biarkan telepon genggam beristirahat juga.  Selain berfungsi untuk detoksifikasi pikiran, akan membuat kita lebih fokus jeda. 


3. Sediakan suplemen jiwa 

Doing nothing bukan semata-mata gogoleran dan tidur ngga ngapa-ngapain.  Itu sih namanya malas total ya.  Tidur iya, tapi ya ngga seharian gitu.  Sediakan suplemen jiwa untuk menemani saat doing nothing.  

Suplemen jiwa ini bisa berupa buku-buku berkualitas yang belum sempet dibaca di hari kerja, film-film bagus yang inspiratif untuk ditonton, musik kesukaan yang membangkitkan mood.  Sangat disarankan juga beragam panduan spiritualitas semacam meditasi, art healing (melukis, menyanyi, mewarnai, doodle, menggambar, menulis), telaah kitab suci lebih mendalam, dan semacamnya.  

Dalam kondisi tenang tanpa memikirkan apapun, seluruh panca indera menjadi lebih peka sehingga baik sekali untuk memberinya suplemen.  


4. Batasi waktu 

Doing nothing harus dibatasi waktunya. Misalnya cukup satu hari saja.  Atau sekian jam, tetapkan sendiri dan tepati.  Misalkan kita bekerja 5 hari sepekan, sudah cukup digunakan satu hari untuk doing nothing (jeda) dan kita masih punya satu hari libur di akhir pekan untuk bepergian misalnya. 

Apabila benar-benar dilakukan, maka di hari berikutnya kita akan merasakan punya power yang lebih untuk melanjutkan beragam aktivitas.  


5. Bebaskan pikiran, tidak memikirkan apapun 

Doing nothing ngga selalu harus dilakukan di akhir pekan kok.  Anda bisa saja melakukan ini setiap mendapat signal diri untuk menekan tombol pause.  Setiap merasa sangat lelah, butuh jeda, kita bisa ritual doing nothing untuk melipatgandakan power berikutnya.  

Nah, saat doing nothing, benar-benar bebaskan pikiran dari hal-hal pekerjaan yang pelik.  Tidak memikirkan apapun selain kesadaran diri dan fokus untuk mengistirahatkan pikiran agar menjadi lebih jernih.  

Nah itulah kelima tips yang bisa dipraktekkan ketika diri memutuskan untuk menekan tobol pause sejenak. 

Jika lelah, waktunya istirahat bukan menyerah.  Berhenti sejenak bukan berhenti berbuat, namun JEDA yang bermanfaat.  

Selamat menekan tombol PAUSE, dan semoga You Get The Power of Doing Nothing ! Good Luck!  (Opi) 


Foto-foto koleksi pexels.com, dan koleksi pribadi penulis.

29 komentar

  1. Makasih Mbak sharingnya, bermanfaat banget buatku yang gabisa banget jeda apapun apalagi gak overthinking.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama sama mba nurul. sama deh kalau soal overthinking saya juga hahaha... tapi kita bisa berlatih untuk jangan sampai bikin mental down . tetap semangat

      Hapus
  2. Wah, menarik banget topiknya kak.. dimana saat ini saya sedang berusaha untuk selalu produktif, mungkin ada baiknya saya harus "pause" untuk beristirahat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah sebenernya diri kita punya batasan pribadi sampai sejauh mana kekuatan tubuh. pandai-pandai membaca signal tubuh kayaknya supaya ngga kurang istirahatnya

      Hapus
  3. Terima kasih atas sharenya Mb..
    Artikelnya cocok banget buat saya sebagai ibu rumah tangga yang disibukkan dengan kegiatan rumah dan kerja.
    Ada kalanya kita perlu mengambil jeda diantara sekian aktivitas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah mba dhona, selamat menekan tombol pause, dan semoga jedanya berkualitas

      Hapus
  4. makasih sharingnya, menarik nih, sepertinya baru ini topiknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama sama mba tira, yups.. mencoba selalu menyajikan topik yang menarik supaya semangat terus

      Hapus
  5. Terimakasih sharing kerennya mbak Opi. Aku mau coba juga ah tekan tombol PAUSE untuk menghilangkan toxic.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama sama mommy zee. selamat menekan tombol pause dan mengambil jeda yang berkualitas ... tetap semangat

      Hapus
  6. Setuju Mbak. "Pause" itu penting banget supaya nggak stress. Makasih sudah mengingatkan dan terus menginspirasi ya Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup. stress mah secukupnya ajah, kalau kata psikolog kita juga butuh "eustress" yaitu stress dalam kadar pas yah untuk membuat kita tetap CAIYOOOOO .... ngga loyo lemes tanpa chalenge gituh

      Hapus
  7. Wah gila sepenting itu ya kita harus rehat sejenak dari aktvitas. Btw saya setuju kalau berhenti sebentar dari social media benar benar terasa manfaatnya, saya sudah pernah mencoba, hidup jadi tidak diburu teman, lebih rileks tanpa tekanan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah jadi rileks dan lebih waras yah kak.... soalnya kebanyakan medsos bisa bikin overthinking hihihihihi

      Hapus
  8. Buat orang yang selalu merasa bersalah kalau hanya rebahan, ini cukup melegakan sih, yang penting ada batas waktunya. Jangan sampai keblabasan. Anyway, thanks for sharing ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul betul betul. rebahan juga kalau buat intuiting kayak saya mah beneran diperlukan hahahaha.... kayak ngecas batre mbaaaa

      Hapus
  9. Kereenn kak Opi sharingnya. Memang diri kita perlu jeda sejenak agar kembali segar dan produktif lagi ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuk yuk yuk tekan tombol pause. sejenak namun enak, ya kan...

      Hapus
  10. Yes, mbak. Sebagai orang introvert, justru ide dan energi akan bermunculan saat saya sendirian dan tidak melakukan apapun.
    Terima kasih sharingnya mbak 😊

    BalasHapus
  11. Iya, terkadang kita perlu Jeda sejenak. Bukan untuk apapun atau siapapun, tapi untuk diri sendiri, agar menjadi lebih segar lagi dan yang paling penting, tidak merasa bersalah karena melakukannya.

    BalasHapus
  12. Saya suka tulisannya mbak, selain penulisannya mudah dimengerti, idenya out of the box, juga sangat memanjakan mata karena visualnya yang bikin adem. Ternyata kita memang perlu sesekali menekan tombol pause, supaya bisa melihat hal-hal yang kita anggap biasa menjadi kebih indah.

    BalasHapus
  13. bener banget nih kak, istirahat sejenak untuk mendapatkan energi lebih di hari berikutnya. harus diagendakan biar gak overworking dan overthinking. terimakasih sharing nya kak :)

    BalasHapus
  14. Sepertinya ini ide bagus buat saya. Karena saya sudah merasa suntuk dan berat untuk melanjutkan pekerjaan saya dan kalau memaksakan diri malah tambah menyakiti diri sendiri. Rehat sejenak untuk melesat lebih cepat. Hatur nuhun sharingnya, Kakak.

    BalasHapus
  15. aha betul banget dan ini pernah sy lakukan untuk refresh dan review, setelah jeda lebih powerfull, tidak ada letih berlebihan

    BalasHapus
  16. Ah, menarik banget bahasannya, mbak! Makin ke sini, memang makin sering lupa untunk 'pause'. Padahal kita juga berhak untuk rehat, ya..

    BalasHapus
  17. aku mbnakpernah hanya bertemankan buku buku, I do nothing dan ini sesekali perlu sih.

    dan artikel ini jadi mengingatkan aku juga untuk mabil jeda hahaha akhir2 ini terllau banyak di kejar DL yang dibuat2 sendiri jadi g slow

    duh jangan sampai kehilanag ngisi humanis ya ..

    BalasHapus
  18. Masyaa Allah. Ternyata sepenting itu melakukan 'doing nothing'. Terimakasih artikelnya Mbak.

    BalasHapus
  19. setuju deh mbak, dengan rehat sejenak seringnya idenya jadi banjir hihihi. Makasih sharingnya mbak

    BalasHapus
  20. Tulisan yang pas sekali dibaca pas saya lagi agak mager, harus doing nothing
    Suka sekali sama artikelnya

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.