Home Manager Yang Berjaya

“Saat azam terpancang untuk tidak berkarier di kantor, tapi berada di rumah demi perkembangan anak-akan tak terluput, sebenarnya Yasmin belum punya cukup amunisi. Tapi, justru ketidakcukupan amunisi itu yang mengantarnya menerima tantangan perjuangan menjadi ibu rumah tangga, Home Manager yang berjaya” 

-----------

Aku mengenal Yasmin sebagai sosok perempuan cerdas, lembut, dan moderen.  Kami satu angkatan saat mengenyam pendidikan Pasca Sarjana di universitas ternama yang jadi idaman tempat belajar kebanyakan orang. Ia memiliki apa yang diidamkan setiap perempuan. Wajah rupawan, otak cemerlang, kecukupan ekonomi, jiwa berbisnis, pendidikan yang tinggi, dan peluang karier yang membentang di perusahaan multinasional. 

Selama berinteraksi dengan Yasmin di kampus, aku sering minder.  Selain karena kelihaian berbahasa Inggrisnya yang ciamik, juga karena kemampuan presentasi Yasmin yang membuatku jadi merasa sangat sangat kurang ilmu. Kegemarannya membaca buku menjadi sumber inspirasiku.  Waktu itu aku melanjutkan kuliah Pasca Sarjana sambil bekerja kantoran, dengan perut membuncit berisi jabang bayi calon anakku yang kedua. Sementara Yasmin belum menikah. 

Aku menduga, kelak Yasmin ketika telah menikah dan berkarier, pastinya akan menjadi salah satu dari jajaran top manajemen perusahaan ternama.  Suatu saat di masa depan, aku membayangkan membaca namanya terpampang di media, sebagai wanita karier yang sukses. Tidak pernah sedikitpun kusangka bahwa Yasmin memilih untuk berada di rumah, tidak di kantor.  Yasmin menobatkan dirinya sebagai home manager, sebagai ibu rumah tangga yang belajar berbisnis dan bebas berekspresi. 

“Sejujurnya mba, aku ngga pernah merencanakan bahwa setelah menikah akan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, meninggalkan karier di kantor, lalu berbisnis di rumah,” ungkap Yasmin kepadaku baru-baru ini ketika kubuka topik tentang rumah tangga. 

        Nyaris 10 tahun telah berlalu dari masa kebersamaan kami kuliah di kampus.  Anak-anakku telah beranjak besar.  Sementara Yasmin telah menikah dan dikaruniai dua anak balita.  “Aku memang ibu rumah tangga, yang terpacu untuk menjadi homemaker atau homemanager, sosok ibu rumah tangga yang ingin mewujudkan rumah menjadi tempat kembali setiap anggota keluarga.  Tempat bersumbernya kenyamanan dan kebahagiaan,” ujar Yasmin penuh makna, memaksaku merenung panjang.

Apa yang pernah kuduga tentang karier Yasmin ternyata cuma khayalan saja.  Selepas lajang, Yasmin memilih lebih banyak di rumah, mengurus keluarga, dan menjajaki berbagai bisnis paruh waktu. Pilihan yang sebetulnya tidak direncanakan, tapi lebih mengikuti intuisinya untuk fokus mendampingi anak-anak di masa perkembangan.  

Diam-diam aku salut pada Yasmin, suami, dan keluarga besarnya atas dukungan positif untuk pilihan ini. Terutama pada ibundanya.  Ibunda Yasmin adalah seorang dokter spesialis anak senior. Ketika mengandung Yasmin, ia sedang menjalani masa pengabdian Dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) di sebuah desa terpencil di Maumere, Flores.  

        Selama menjalani tugas sebagai Dokter PTT, ibunda Yasmin nyaris tiap hari berjalan kaki naik turun perbukitan dalam keadaan mengandung hingga usia kandungan 9 bulan.  Menjelang due date, ia kembali ke Jakarta dan lahirlah Yasmin.  Itulah sebabnya kenapa nama lengkap Yasmin adalah Floresiana Yasmin Indriasti.  Nama depannya diambil dari kata Flores, tempat di mana Yasmin selama 9 bulan ikut di dalam rahim dan tugas medis.  

Yasmin paham bahwa Ibunda menyimpan harapan besar pada anak perempuannya untuk menjadi sosok mandiri yang tak bergantung secara ekonomi pada laki-laki.  Beberapa kali Ibunda bertanya,”Apa kamu ngga kepingin kerja kantoran lagi, Yasmin?” 

    Ibunda tak pernah bertanya lebih dari itu. Meski begitu, Yasmin bisa menangkap kekuatiran Ibunda. Bagaimana jika terjadi apa-apa terhadap suaminya, sementara ia tak memiliki mata pencaharian yang memadai. Padahal pendidikannya tinggi, dan kemampuannya mumpuni. 

        Yasmin bukan cuma cerdas, ia punya banyak bakat dan kemampuan.  Pintar menggambar dan mendisain, giat mengeksplorasi masakan, juga punya kemampuan copywriting yang bisa diandalkan. Di samping itu, ia juga sangat menguasai teknologi. Dengan beragam kemampuan itu, ia tetap rendah hati dan suka berbagi baik untuk kegiatan formal maupun informal. Ibu rumah tangga jempolan, batinku.  

Aku merasakan Yasmin sangat bijak dalam menyikapi pandangan dan tantangan, termasuk anggapan orang sepertiku yang takjub dengan pilihannya.  Dalam menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga, Yasmin juga menikmati proses mewujudkan mimpi. 

    Ia menjajaki beberapa bisnis yang kelak akan dibesarkan tanpa kehilangan momen mengasuh anak-anak sendiri.  Mimpi besar itu tidak pernah menciutkan perannya sebagai ibu rumah tangga.

Yasmin beberapa kali mengulang kalimat ini kepadaku, “Pekerjaan yang tidak ada jenjang karier, Key Performance Indicator (KPI), maupun imbalan kenaikan penghasilan seperti ibu rumah tangga dan relawan (volunteer) memang lazim tidak mendapat tempat di masyarakat, mba.”  

    Itu sebabnya, Yasmin merasa penting menciptakan sistem bagi ibu rumah tangga. Sistem inilah yang kemudian ia tuangkan dalam sebuah panduan home manager.  Aku justru ingin mengatakan pada Yasmin, kalau aku jadi dia, tak akan sanggup menjalaninya.  

        Aku pasti akan pilih bertahan kerja kantoran, demi gaji yang harus kudapat setiap bulan pertanda kemandirian finansial.  Juga demi sebuah ‘pride’ sebagai citra diri perempuan membagi waktu dengan baik antara mengurus anak dengan karier.  

    Aku pribadi tidak pernah siap untuk menjadi ibu rumah tangga, walau berkali-kali berniat resign karena merasa kelelahan. Selalu kupilih kembali tetap bekerja, dan membuang jauh-jauh hasrat jadi ibu rumah tangga karena membayangkan tak kan sanggup menjalaninya.

    Yasmin justru berkata sebaliknya. Ia tak kan sanggup untuk bekerja kantoran dan harus meninggalkan anak-anak yang masih kecil di rumah. Ia percaya saat ini berada di jalur yang tepat, meski harus menjawab pertanyaan banyak orang tentang lulusan pascasarjana yang melupakan karier kantoran. 

    Tak ada kalimat mantera khusus baginya, hanya kelapangan hati menjalani semua dengan perasaan suka cita. Berdamai dengan keadaan, Yasmin berproses menata hati dan pikiran.

        Walau kami berdua berbeda pilihan, tapi antara aku dan Yasmin ada sebuah ikatan batin tentang konsistensi dalam menjalani pilihan itu.  Justru jadinya aku belajar dari Yasmin dan Yasmin berkaca dariku yang telah lebih dulu menjalani rumah tangga. Kalau ada yang bertanya, ibu rumah tangga bisa apa? Yasmin bisa menjelaskannya dengan gamblang tanpa berjeda. 

        Melalui prosesnya selama menjadi ibu rumah tangga bertahun-tahun, Yasmin menyadari bahwa Ibu Rumah Tangga (IRT) bukan sekedar housewife.  IRT bukan sekedar orang yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga belaka.  

    Ibu rumah tangga adalah homemaker, home manager yang berjaya.  Terlalu sempit bagi Yasmin jika peran ibu rumah tangga hanya disejajarkan dengan pemegang tugas masak-masak dan bersih bersih, disambi menyuapi dan menyeboki anak.  Jauh lebih dari itu. 

        Home manager adalah konsep tentang ibu rumah tangga yang berfungsi sebagai manager, yang tentunya harus punya kemampuan managerial.  Memanage manusia (semua anggota keluarga lengkap dengan perasaannya lho), memanage barang (logistik keluarga), memanage uang juga waktu.   Karena tak ada jenjang karier dalam rumah tangga, home manager harus membuat sistem sendiri.  

        Contohnya, menyusun target tahunan, bulanan, mingguan, sekaligus menyediakan hati yang luas ketika banyak kejadian tak terduga yang mengacaukan semua penyusunan. Selain itu, juga membuat sistem reward bagi diri sendiri, rancangan pengembangan diri, sistem untuk menata hati serta menata diri.  Bahkan, sejak awal perlu ditetapkan visi misi diri. Ini yang akan selalu mengingatkan mengapa seseorang harus tetap persisten dalam menjalani peran ibu rumah tangga. 

        Yasmin menuangkan konsep dan idenya itu bersama rekan sepemikiran Risa Arisanti.  Hasilnya, terbitlah sebuah buku planner bagi para ibu rumah tangga di awal tahun 2021 yang diberi tajuk “Home Manager Planner”.  Kini, di tahun 2022 Home Manager Planner telah disempurnakan Yasmin dan Risa menjadi Home Manager Journal yang lebih padat dan ringkas. 

        Planner tersebut memberikan panduan rinci bagi para ibu untuk mewujudkan mimpinya. Mimpi tentang peran ibu rumah tangga sebagai tiang utama yang menciptakan rumah sebagai pusat kenyamanan anggota keluarga.  Home sweet home.  

        Sambutan pasar terhadap buku tersebut pun cukup baik.  Aku turut bangga pada upaya Yasmin mengangkat konsep ini. Aku termasuk pemakai setia Home Manager Planner dan Home Manager Journal karena sangat membantuku dalam merawat konsistensi bekerja sepanjang tahun.  

        Melalui Home Manager Planner ini Yasmin bisa menuangkan idenya untuk ditularkan ke banyak orang. Ia meyakini mimpinya sama dengan mimpi para ibu rumah tangga lainnya.  Besar kemungkinan mimpi itu lebih terarah untuk dicapai melalui sistem yang dirancang dan ditulisnya dalam buku Home Manger Planner.  Yasmin bagai menyediakan tangga untuk dinaiki.  


        Dalam sebuah kesempatan berkomunikasi dengannya, aku katakan pada Yasmin bahwa aku bangga pada ibu rumah tangga seperti Yasmin. Dan ia menyahut, “Kita semua Home Manager mba, anggota keluarga kita butuh rumah bukan rumah semata dalam bentuk bangunan, tapi rumah dimana ada sosok yang dipanggil Ibu dengan segala kehangatan dan cintanya. Rumah tempat pulang dari segala keruwetan.” 

        Terima kasih Yasmin. Aku, ibu bekerja kantoran, maupun kamu ibu rumah tangga, dan siapapun ibu di luar sana, kita semua layak jadi Home Manager yang Berjaya, lepas dari apapun anggapan orang tentang pilihan-pilihan kita. 

    Kita para ibu bisa apa? Kita bisa apapun jika konsisten dengan pilihan, sekalipun pilihan yang pada awalnya ditertawakan seisi dunia. (Opi). 

12 komentar

  1. Masyaa Allah..
    Saya juga merasa sebenarnya IRT itu tidak hanya sebatas beres2 rumah, ngasuh anak, dan masak. Lebih dari itu. Makanya banyak juga IRT yang kelelahan.
    Mba Yasmin bisa menyimpulkan dengan baik dalam satu istilah: "home manager"

    BalasHapus
  2. quote2 nya tentang home manager bagus2 mba, jadi semangat lagi xD dasign buku journal home mager nya juga bagus deh. sukses ya!

    BalasHapus
  3. Sy yg awalnya jg pengen berkarir akhir.y harus jd IRT, tp mnurtku itu bukan halangan, sejak memutskan menikah hal itu ngga buat mimpi sy padam sy hanya mengubah sedikit jalur untuk meraihnya. Semoga mimpi2 sy segera terwujud dan tetap jd istir dan calon ibu yang bijak dan mampu jd home manager

    BalasHapus
  4. iyes sepakat mbak, tidak perlu memperdebatkan perdebatan yang tidak berujung. Smeua ibu adalah ibu bekerja, yang beda hanya ranahnya, ranah domestik dan ranah publik. Dengan sadar mengambil keputusan menjadi seorang ibu adalah sebuah perjalanan panjang dan dilakukan secra profesional, walaupun KPInya bisa berpuluh-puluh lembar. Saya ibu rumah tangga dan saya bangga. Produktif bisa dimana saja

    BalasHapus
  5. Hidup itu PILIHAN. Setelah berani memilih, berarti harus pula berani untuk KONSISTEN dengan pilihan tersebut. Mau bekerja kantoran seperti Mba Opi ataupun jadi Ibu Rumah Tangga seperti Mba Yasmin pun sama-sama baik. Apalagi selain jadi Ibu Rumah Tangga, Mba Yasmin juga punya side job, bikin planner ini. Saaluuuttt.

    By the way, Plannernya bisa dipesan di mana, Mba?

    BalasHapus
  6. Home Manager atau jadi Ibu Rumah Tangga menurutku sulit. Pernah sewaktu-waktu mama sedang bepergian, otomatis di rumah yang mengurus papa adalah aku, semua kebutuhannya aku yang wajib memenuhinya, biasanya mama. Repot ternyata. Tapi aku jadi belajar time management yang baik dari situ ya. Produktif ga harus kerja kantoran kok~

    BalasHapus
  7. Keren banget ya Yasmin, seorang ibu memang pekerjaannya harus terus belajar ya ada saja hal baru yang kita pelajari setiap hari, jadi salah banget kalau ada orang yang meremehkan ibu dan ibu rumah tangga..

    BalasHapus
  8. wah aku penasaran seperti apa isi bukunya. ini semacam empowering women gitu ya, salut banget!

    BalasHapus
  9. Selalu suka saya dengan tulisan Mbak Opi, selalu ada bahan buat saya untuk merenung.Pokoknya saya iyess, 100 % sepakat.

    BalasHapus
  10. Inspiratif sekali mbak Yasmin ini...bs dpt jurnalnya dmn kah mbak?

    BalasHapus
  11. Benar, tidak perlu lagi mempermasalahkan ibu bekerja dan ibu rumah tangga, karena sesuai yang mbak opi sampaikan, "kita semua layak jadi Home Manager yang Berjaya, lepas dari apapun anggapan orang tentang pilihan-pilihan kita."

    BalasHapus
  12. Waaa, keren. Sebenarnya banyak ibu-ibu yang berperan demikian hanya kurang terarah ya.

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.