Kenapa Ibu Ngga Nge-GANK?...


“Kenapa Ibu ngga ikut berkelompok dengan ibu-ibu lain sih?... Pakai baju seragaman, jalan-jalan ke mana gitu barengan, kok ibu ga pernah ikutan seperti itu, Bu. Kenapa?”

Itu pertanyaan putri bungsu, yang juga pernah ditanyakan oleh putra sulung saya.  Sebagai ibu dua anak yang mulai beranjak remaja, saya terbiasa mendapat pertanyaan-pertanyaan sejenis ini.  

Jadi, anak-anak melihat saya tidak pernah ikut kelompok manapun di pergaulan ibu-ibu tempat kami tinggal.  Tidak gabung di kelompok pengajian yang seragaman itu.  Tidak juga gabung ke kelompok jalan-jalan yang pakai jaket kembaran. Group masak?... Tidak juga. He he he.

Kesimpulannya memang ibunya ini tidak ikut kelompok manapun. Saya hanya aktif mengikuti komunitas menulis secara online, tapi tidak nge-gank dengan penulis tertentu. 

Bagaimana dengan di kantor?  Saya juga tidak punya gank khusus.  Berteman dengan hampir semua orang, dan hanya akrab dengan beberapa teman dekat yang kebetulan menjunjung value hidup yang mirip.  Jadi, nyambung kalau diskusi.  Dengan teman dekat yang cuma beberapa orang itu, kami terpisah tempat tugas dan juga punya kesibukan masing-masing.  Jadi, ya tidak selalu melakukan aktivitas bersama-sama.  

Namun, kami dekat secara emosional karena menjalin komunikasi intens. Hal-hal yang kami bicarakan mostly adalah ide-ide, bagaimana menyikapi suatu keadaan, atau hal-hal berbobot lain. Sesekali, kami coffee table talk.  Ini istilah yang kami sebut untuk ngobrol santai dan nyampah soal hal remeh.  

Ini menggambarkan lingkaran pertemanan saya yang memang cuma sesempit itu. Bukan kenapa-napa, seiring bertambahnya usia, saya merasa tidak butuh macam-macam sih.  Cukup orang-orang yang memang mendukung untuk melakukan hal-hal bermanfaat yang memang ingin dan harus saya kerjakan. 

Apalagi, tipe introvert seperti saya sangat mudah terkuras energinya ketika berada di antara sekumpulan orang banyak.  Saya lebih suka melakukan aktivitas sendirian atau dalam group kecil yang memang memiliki value yang mirip. 

Lalu, kenapa tidak membentuk gank khusus dengan orang yang menjunjung value yang mirip? Jawabannya adalah karena saya merasa tidak bebas dan tidak nyaman beraktivitas apabila harus dibatasi oleh aturan kelompok. 

Maksudnya, aturan kelompok yang ngga terlalu penting tapi sepertinya jadi aturan utama dalam sebuah gank.  Dalam satu gank, biasanya kan ada pemimpimnya dan ada aturan tak tertulis untuk selalu bareng, selalu pakai barang yang sama, dan secara tidak disadari terjadi persaingan untuk memamerkan sesuatu.  

Itulah yang saya tidak suka. Ngga nyaman aja. Saya lebih suka bebas berekspresi.  


“Ibu tidak ikutan nge-gank karena memang ibu tidak mau. Ibu tidak mau karena ibu tidak melihat nge-gank itu adalah suatu hal yang penting dan prioritas dalam hidup ibu,” begitu jawab saya kepada anak bungsu.  

Anak saya hanya memandang dengan tatapan yang agak sulit saya deskripsikan.  Mungkin dia tidak paham, atau hanya butuh waktu mencerna jawaban ibunya. 

“Ibu beda,” ujar putri bungsu saya menanggapi jawaban ibunya setelah beberapa saat. 

“Ngga apa-apa menjadi berbeda. Yang penting jangan asal beda.  Selama kita tidak melanggar hak-hak orang lain, menjadi berbeda itu sah-sah saja,” tukas saya. 


Putri bungsu saya yang berusia 9 tahun kemudian tersenyum.  Mungkin dia mulai bisa memahami apa yang dimaksud ibunya.  

“Yuk, kita main boneka barbie,” ajak saya sambil menutup perbincangan bertopik nge-gank ini.  Ia mengangguk dan kami mulai memainkan boneka-boneka barbie kesayangan kami berdua. 

Yang sama dengan saya, ngga nge-gank dan cuma punya lingkaran pertemanan sempit tapi berkualitas, tosss!!! Buat yang nge-gank, no offense ya, itu pilihan kok. Jadi selama kita saling menghargai pilihan masing-masing, ngga ada masalah.  Apa yang dirasa baik untuk diri kita, belum tentu dirasa baik juga untuk orang lain. Iya kan?...  

Teman-teman bisa komen di kolom komentar, apakah kalian termasuk yang nge-gank atau yang tidak nge-gank?   Terus, apa sebabnya?  (Opi)

2 komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Aku juga gaaaa mba 😄😄. Trakhir aku nge-gank, itu zaman smp-smu. Setelah lulus, ga ngelanjutin samasekali. Sampe skr sudah nikah. Alasannya lebih karena aku pun ga ngerasa itu penting skr ini. Dengan tetangga hubunganku bisa dibilang hanya sekedar kenal doang, tapi ga Deket samasekali. Aku ga suka arisan, ga suka kumpul2 juga. Apalagi kalo yg dibicarain ntr ghibah doang.

    Mungkin Krn prioritas udah beda Ya. Di umur segini, ga kebayang aja masih pergi2 Ama gank tertentu, pakai baju samaan dll 🤣. Aku mending jalan Ama suami dan anak kalo skr ini mba 😄

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.