Writepreneur Modal Dengkul? Bisa! Tapi, Optimalkan Teknologi Ya….

 


“Memulai bisnis hanya perlu modal dengkul.  Bahkan jika kamu ngga punya dengkul, pinjamlah dengkul orang lain.” - Bob Sadino

 

Jika ditilik, makna kata-kata sang maestro bisnis Indonesia ini sangat dalam. Merintis usaha butuh kegigihan, dengan sedikit atau banyak modal.  Kuncinya bukan di banyak/sedikitnya jumlah sumber daya yang dimiliki saat memulai.  Namun, lebih ke niat dan upaya maksimal yang kemudian dilakukan.


Rintis Bisnis Modal Dengkul?

Apakah betul-betul bisa memulai usaha hanya bermodalkan dengkul?  Bisa pastinya. Dengkul alias lutut yang merupakan bagian pada alat gerak manusia bisa dipacu untuk melangkah.  Langkah awal itulah yang jadi permulaan. 


Merintis bisnis ya harus dimulai. Mulai, dikerjakan, gagal, belajar, lalu mulai lagi dengan lebih keren.  Seperti itu terus sehingga usaha makin berkembang.


Alm. Om Bob Sadino sangat menghargai dengkul manusia, ketika kebanyakan orang justru menganalogikan dengkul sebagai tempat nangkringnya otak orang tolol.  Otak dengkul, begitu sering kita dengar sebutan orang terhadap mereka yang bertindak bodoh. Tapi Om Bob justru menjadikan dengkul sebagai amunisi utama untuk mulai bisnis!


Pernah dengar kan percakapan yang viral antara Om Bob dengan seseorang seperti ini:

A                    :  Om, saya mau bisnis tapi ngga punya modal

Om Bob          :  Mau ngga dengkulmu dibeli 500 juta ?

A                     :  Ngga mau lah om

Om Bob          :  Nah kalau gitu, kamu sudah punya modal sepasang dengkul yang nilainya bahkan lebih dari 1 Milyar


Kita semua pasti sepakat yah bahwa sepasang dengkul manusia nilainya tidak bisa disetarakan dengan mata uang.  Anugerah Tuhan untuk manusia, jelas.  Secara implisit Om Bob mau bilang bahwa sepasang dengkul anugerah Tuhan ini sudah cukup untuk membuat kita mulai. 


Ngga ada alasan ngga punya modal uang kalau mau mulai usaha. Sebab, ada modal uang pun kalau kitanya ogah bergerak ya ngga mulai-mulai. 


Percakapan inilah yang juga mendorong dan menyemangati saya untuk merintis usaha. Usaha apa nih? Yang jelas, usaha yang dibangun berawal dari hobi menulis. Writepreneur.  Yes. 


Meski saat ini saya bekerja kantoran, namun hobi menulis yang mulai menghasilkan membuat saya tertarik untuk menjadi pelakon usaha di bidang kepenulisan (writepreneur). 


Kenapa Writepreneur?

Entah siapa yang pertama kali menggunakan istilah ini, writepreneur adalah sebutan bagi para pelakon usaha di bidang kepenulisan.  Mulai dari kepenulisan buku, skenario, artikel baik online maupun offline, konten media online baik copywriting maupun content writing, blog, tutorial dan sebagainya.   


Teman-teman bisa mulai merintis bisnis apa saja, sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Beberapa rekan kerja saya lebih memilih merintis bisnis MLM (Multi Level Marketing) atau memasarkan produk dengan brand buatan sendiri. 


Baca Juga :  Ide Bisnis Kreatif Untuk Karyawan


Sebagian besar rekan sekerja saya di kantor sudah punya brand sendiri untuk usahanya.  Mulai dari fashion, makanan, minuman, bahkan barang cetakan ataupun jasa desain.


Apapun, sah-sah saja.  Merintis bisnis sedini mungkin saat masih berstatus karyawan menurut saya sangat bagus. Sebab, mencoba itu butuh proses. Butuh energi dan pikiran.  Butuh mental baja.  Tidak ada sebuah keberhasilan bisnis dapat diperoleh tanpa proses. 


Makanya, mencoba sejak awal lebih banyak benefitnya ketimbang mencoba setelah pensiun nanti.  Setelah pensiun, energi dan pikiran sudah makin terbatas.  Begitu pula mental sudah sangat berbeda. 


Ini sebab saya memilih merintis bisnis di bidang kepenulisan : 

1.  Hobi menulis sejak kecil

Sejak duduk di Sekolah Dasar saya sudah suka menulis dan menjuarai lomba menulis.  Kesukaan itu membuat saya terus berlatih menulis hingga dewasa meskipun sering tidak percaya diri dengan hasil karya sendiri.


2.  Bisa dilakukan sambil tetap bekerja kantoran

Memulai menjadi writepreneur bisa saya lakukan sambil tetap bekerja kantoran dan mengurus anak-anak.  Hanya butuh manajemen waktu saja untuk skala prioritas.  Bahkan kantor dan urusan rumah tangga bisa menjadi sumber ide menulis yang tak pernah kering. 


3.  Membuka banyak peluang untuk pengembangan diri dan ilmu

Ini sangat memenuhi kebutuhan saya sebagai seorang Intuiting Introvert yang suka berkreasi lewat kata dan berbagi ilmu. 

Sejak menerima job menulis walau terbatas, memenangkan lomba menulis, menulis buku, dan rutin menulis artikel blog, maka branding diri sebagai penulis terbentuk secara perlahan. Saya pun mulai mendapat kesempatan untuk menjadi pembicara/narasumber untuk topik kepenulisan. 

Ke depan, bukan tidak mungkin bisa berkolaborasi dengan lebih banyak pihak lagi untuk inovasi di dunia kepenulisan.  Ini sangat menyenangkan!


4.  Nyaris tanpa modal

Modal utama adalah keterampilan menulis, dan itu bisa dilatih. Karena bertekat terus membiasakan berlatih menulis, jadi ketika memulai bisnis ini saya merasa nyaris tanpa modal. 

Justru, saya memanfaatkan idle capacity yaitu wifi di rumah yang biasanya hanya dipakai untuk hiburan, dialihkan untuk blogging yang lebih menghasilkan. Waktu me time, bisa digunakan untuk cari ide tulisan dan mengembangkan gagasan.


Baca Juga :    Manfaat Menulis Bagi Karyawan


Optimalkan Peran Teknologi

Selain kegigihan dan keberanian untuk memulai, merintis bisnis di era kini tak bisa lepas dari peran teknologi.  Itu pun saya sadari.  Walau terasa berat karena tak terbiasa dengan teknologi masa kini, mau tidak mau saya pun menyesuaikan diri. Bukan hanya untuk bisnis kepenulisan, semua bidang usaha nampaknya memang wajib mengoptimalkan teknologi agar terus berkembang. 


Teknologi yang dimaksud di sini antara lain :

1.  Penggunaan piranti yang mumpuni (laptop/ Hp/ tablet/ lainnya)

Banyak sekali jenis bisnis bisa dijalankan dengan piranti teknologi tanpa bertemu secara fisik.

2.  Penggunaan aplikasi  dan software tertentu untuk mendukung proses usaha

Contohnya adalah:  

a.     Penggunaan Zoom meeting room dan Google Meet untuk memfasilitasi rapat virtual dengan tim bisnis maupun calon pelanggan. 

b.     Penggunaan Google Drive untuk bekerja pada satu folder dengan tim bisnis

c.     Penggunaan aplikasi foto editing, video editing, buku kas, aplikasi pembayaran dan sebagainya untuk membantu berjalannya usaha

d.     Penggunaan media sosial seperti FB, IG, whatsapp group, TikTok, Twitter untuk branding dan promosi


3.  Penggunaan layanan teknologi penyimpanan data dan cyber security.

Seiring dengan berkembangnya usaha, kita mungkin akan membutuhkan layanan cloud.  Juga, semakin waspada dengan menerapkan cyber security pada system perangkat untuk melindungi data bisnis.

4.  Penggunaan layanan antar jemput produk menggunakan kurir/angkutan via aplikasi.  

Pe  Pesan kurir dan kirim barang cukup menggunakan aplikasi, ngga perlu datang mengantri ke counter pengiriman barang.


Walaupun teman-teman mulai dengan merintis bisnis pesan antar makanan tradisional di sekitaran komplek tempat tinggal, tetap bia mengoptimalkan teknologi lho.  Misal, bisnis CILOK.  Teman-teman bisa buka PO secara online melalui WA Group, sekaligus memperkenalkan produk CILOK tersebut melalui foto berikut copywriting dan video. 


Lalu, foto dan video CILOK dapat dibuat menggunakan aplikasi seperti Canva, PhotoGrid, Lightroom, Inshot dan lainnya.  Teman-teman bisa menguploadnya di media sosial seperti status WA, instastory, dan feed TikTok untuk branding sekaligus promosi CILOK tersebut.


Untuk pengiriman ke luar komplek, teman-teman bisa menggunakan jasa kurir via aplikasi.  Nah, siapa tahu nanti bisnis CILOK nya makin berkembang sehingga bisa dibuat dalam bentuk frozen dan dikirim lebih jauh. 


Secara langsung dan tidak langsung, peran teknologi sangat penting bukan dalam mendukung bisnis?  Apalagi di dunia kepenulisan, mutlak dikuasai nih penggunaan teknologi dan perkembangannya. 


Saat bekerja tim dalam penulisan buku antologi, saya bekerja jarak jauh dengan rekan-rekan tim penulis dan penerbit. Para penulis tersebar di negara yang berbeda.   Kami menggunakan Drive yang dapat diakses bersama, rapat dengan WA Group (karena perbedaan waktu), dan komunikasi by email.  Dengan bantuan teknologi,  semua bisa terlaksana dengan lancar. 


Sudah Memiliki Semuanya?

Kalau modal sudah yakin, dengkul sudah siap melangkah, peran teknologi sudah digenggam, tunggu apa lagi… yuk lah mulai merintis bisnis.  Jangan meragu lagi.  Kalau tidak dicoba, tak akan ada hasilnya.


Sebagai calon entrepreneur juga writepreneur, memang harus memiliki semuanya.  Kemampuan dan kemauan serta dukungan teknologi. Selain itu masih ada lagi lho yang harus kita miliki….  Simak kata Dave Thomas si pendiri Wendy’s berikut ini : 


 “Apa yang anda butuhkan untuk memulai bisnis? Ada tiga hal sederhana: lebih mengenal produk anda sendiri daripada orang lain, mengenal pelanggan anda, dan memiliki hasrat yang membara untuk sukses.” – Dave Thomas

 

Nah, selamat merintis bisnis dengan hasrat membara untuk sukses, dan jangan canggung menggunakan teknologi! (Opi)


9 komentar

  1. Bener bgt mba.. kadang emg kerja kantoran butuh aktivitas lain yang bisa jadi sarana melepas penat, syukur2 bisa jadi hobi yang menghasilkan dan bermanfaat, salah satunya menulis 😀. Terimakasih sharingnya mba

    BalasHapus
  2. terima kasih artikelnya, mbak. makin pede dan semangat untuk melanjutkan karir menulis nih. semoga istiqomah dan mau terus belajar

    BalasHapus
  3. Keren bamget mbak. Saya ini baru belajar menulis dan medsos. Inipun masih belum pede untuk.dipublikasikan. nah apalagi dengan trknologi penunjang, belum saya sentuh. Tulisan ini membuka.pikiran saya untuk.merancang ke dpn yang lbh baik. Thankyou.

    BalasHapus
  4. Saya baru belajar menulis nih. Belum sampai memanfaatkan teknologi. Dilihat dari ulasan ini memang kalau memang serius ya kita harus memanfaatkan semua sumberdaya. Harus mau belajar lg hal2 lain yang mendukung penulisan ya. Thanks utk sharingnya.

    BalasHapus
  5. Daku juga writerpreneur, hanya harus lebih disiplin dalam manajemen waktu nih mbak biar lebih produktif berkarya..

    BalasHapus
  6. Aku setujuuu, aku nulis blog pun buat mengisi kegiatan lain karena kadang jenuh juga sama kerjaan kantor ya.. manfaatkan semua yang kita bisa

    BalasHapus
  7. Modalnya modal dengkul, tapi skill nya kudu diasah terus biar makin keren performanya. Saling mendoakan ya mbak, semoga sukses bareng di dunia kepenulisan

    BalasHapus
  8. Setuju, keren banget. Nulis sampai dijadiin buat usaha. Saya aja susah buat konsisten nulis di blog, hehe.

    BalasHapus
  9. Masih belajar nulis. Makasih bgt mba tulisannya nyentil aku bgt. Padahal ada teknologi tapi,suka males2an huhuhu

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.